Part 25

952 36 3
                                    

Ferry masuk ke dalam ruangan dan menghampiri Kayla yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.


Ia menatap sendu wajah damai Kayla yang kini pucat pasi, ia sangat sedih tidak bisa berbuat apa-apa pada tunangannya ini.

Ferry menarik kursi dan duduk di samping ranjang Kayla, sambil menggenggam telapak tangan Kayla dengan lembut kemudian mencium punggung tangan gadis mungil itu penuh sayang.

"Cepatlah sadar Kay.."

Setelah mengatakan itu Ferry membenamkan wajahnya di telapak tangan Kayla yang terasa hangat.

Kemudian pintu ruangan terbuka, menampakkan wajah kedua orang tua Kayla dengan wajah penuh kekhawatiran.

Ferry dengan bergegas bangkit membiarkan kedua orang tua Kayla bisa leluasa berdekatan dengan anak kesayangnnya.

Mereka langsung menghampiri Kayla dan mencium keningnya dengan sayang, sambil mengucapkan sebuah kata yang membuat Ferry mendengarnya sesak.

Ferry memutuskan pergi dari ruangan itu, saat tiba di luar ruangan tatapan tajam yang menusuk sedang menatapnya.

Ya, dia kakak Kayla. Rehan.

Bugh

Satu pukulan melayang di wajah Ferry, lebam merah sudah tercetak di pipi kanannya.

Ferry hanya bisa diam, dan menerimanya dengan sukarela. Tentu saja ia pantas mendapatkannya, karena ia tidak bisa menjaga Kayla–Tunangannya.

"Itu pantas buat lo."

Rehan berkata dengan penuh amarah, dia sudah sangat bersabar untuk tidak membuat keributan di rumah sakit. namun tangannya yang gatal membuat ia tidak tahan lagi untuk menonjok wajah Ferry.

"Gue nggak bisa menahan diri. Dan lo tau itu."

Rehan pergi masuk ke dalam ruangan Kayla dan meninggalkan Ferry yang memegang wajah lebamnya.

***

Raka bersama motor sportnya berhenti di rumah yang sangat ia benci untuk ia kunjungi, bahkan menyebutnya saja ia merasa jijik.

Raka melangkah ke depan pintu rumah tersebut dan berhenti saat pintu utama itu terbuka menampakkan sesosok Pria yang menjadi musuh bebuyutannya.

"Sedang bertamu heh..?" Dikky berkata remeh dengan kedua tangan dilipat didepan dada dan bersandar dipintu.

"Dimana Bianca?"

Dikky tersenyum kecil bak iblis.

"Dia nggak ada disini."

Raka mengepalkan tangannya,"Ck, lo nggak usah menyangkal, gue tau dia ada disini."

Dikky tertawa kecil, dia melangkahkan kakinya mendekat kearah Raka dan menepuk pundaknya.

"Lo kira gue dengan mudah mengatakannya? jangan harap." Dikky mengatakannya tepat di samping telinga Raka kemudian mencengram pundak Raka dengan kuat.

Habis sudah kesabaran Raka, satu pukulan kuat sudah melayang dan mengenai perut Dikky membuat sang empu merintih.

"Jangan sentuh gue."

Dikky memegang perutnya yang sakit, kemudian menatap Raka dan menyeringai.
.
.
.
.
TBC..

Muehehehe...
Perang kedua dimulai guys wkwkwk

Maaf yak baru bisa up T_T baru dapat inspirasi buat lanjutinnya ehe..

Papay guys! Jangan lupa buat vote & commentnya yak para readers yang ku Cintee.. Awowkwk

RaKayla Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang