Chapter 1 : Hadiah Liburan

777 33 3
                                    

Selama ini aku hidup dengan serba kekurangan, berada di tengah keluarga yang tidak harmonis, dan selalu kurang beruntung dalam segala hal. Siklus kemiskinan pun terus berlanjut padaku yang hanya lulusan sekolah menengah atas, sekarang di sinilah aku bekerja sebagai office boy di salah satu perusahaan terbesar di kota ini.

Sudah hampir tiga tahun aku bekerja dan aku hanya bisa menabung untuk beberapa uang receh. Seluruh gajiku habis untuk memenuhi kebutuhan hidupku sehari-hari dan untuk membantu membiayai uang kuliah kekasihku.

Namanya Karen, dia kekasihku yang paling manis dan setia meski tau kondisiku yang serba kekurangan ini. Tak apa aku membantunya, lagipula dia anak yang lumayan cerdas saat di sekolah dan ingin melanjutkan studinya ke bangku perkuliahan. Perlu kalian ketahui bahwa dia berasal dari kalangan yang sama denganku yaitu keluarga miskin, jadi aku memutuskan untuk membantu meringankan biaya kuliahnya.

"Alan, mengapa kamu senyum-senyum sendiri? Apa kerajaanmu sudah selesai semua, ha?" Salah seorang pria datang menghampiriku dan bertanya dengan nada tidak suka.

Pria itu bernama Joshua, rekan sesama tukang bersih-bersih di perusahaan ini. Umurnya terpaut tidak terlalu jauh denganku, hanya beda tiga tahun saja, akan tetapi dia merasa sangat senior di tempat ini. Entahlah, aku hanya mengangguk dan tersenyum membalas pertanyaannya. Malas sekali kalau harus menjawab, dia pasti sedang mencoba membuatku kesal.

Sekedar informasi, Joshua ini benci sekali padaku. Itu terjadi karena dia menyukai salah seorang pekerja wanita di tempat ini, hanya wanita itu selalu saja mencoba mendekatiku. Meski aku sudah menolak dan mengatakan bahwa aku sudah mempunyai kekasih, dia tetap menggodaku. Nama wanita itu Sri, dia sebenarnya tidak terhitung cantik, tapi wajahnya bisa dikatakan manis? Anaknya supel dan asik kalau diajak ngobrol, tapi yah sekarang aku jarang sekali berbicara dengannya. Bukan apa-apa, aku hanya ingin menjaga jarak dengannya, aku tidak ingin memberi harapan padanya.

Selepas membersihkan lantai koridor kantor dia lantai dua, pekerjaanku sore itu telah sepenuhnya selesai. Maka dari itu aku dengan penuh semangat buru-buru pergi ke ruang para staf tukang bersih-bersih dan berniat untuk mengganti pakaian. Namun, sesampainya di depan pintu ruangan, aku segera melihat sosok Sri yang terlihat seperti sedang menunggu seseorang. Sesaat aku berhenti dan merenung sesaat, apa dia sedang menungguku?

Dengan ragu-ragu aku tetap lanjut berjalan menuju ruangan itu. Ketika kedua mata kami saling bertatapan, Sri tersenyum dan segera memanggilku agar cepat mendekat. Sedikit aneh di sini, mengapa juga Sri sebegitu senangnya saat menatapku? Apa aku telah melewatkan sesuatu hal yang baik? Aku pun penasaran dan mendekat dengan langkah besar dan sampai di hadapannya.

"Ada apa, Sri?" kataku dengan ekspresi bingung.

Sri meraih tanganku seraya berkata, "Udah, cepet masuk keburu Pak Gunawan berubah pikiran!" Kemudian Sri buru-buru menarik tangan kiriku dan membawa aku masuk ke dalam ruangan.

Sesampainya di dalam, aku langsung disambut dengan keheningan dan tatapan para staf lain, tak terkecuali tatapan sinis datang dari arah Joshua. Di dalam juga aku sudah melihat sosok Pak Gunawan yang tersenyum menyambut kedatanganku.

"Nah, semuanya udah kumpul kan? Saya hanya ingin menginformasikan kepada beberapa nama yang akan saya panggil, mereka adalah para karyawan yang telah bekerja keras untuk perusahaan ini. Maka dari itu, saya meneruskan pesan dari atasan untuk memberikan cuti seminggu kepada mereka," kata Pak Gunawan dengan nada ramah, aku bisa merasakan bahwa Pak Gunawan ini memang orang yang bersahabat.

Segera satu ruangan berteriak senang dan beberapa saling berpelukan karena saking senangnya. Tentu, Sri yang berada di sampingku hendak memelukku, tapi karena melihat aku yang diam saja, membuat Sri menjadi malu dan buru-buru menenangkan dirinya. Melihat ruangan menjadi gaduh, Pak Gunawan kembali berdeham untuk membuat yang lain berhenti mengoceh.

"Baiklah, dengarkan baik-baik. Nama-namanya sebagai berikut, Ben, Sri, Melinda, Hans, dan Alan. Lima orang yang saya panggil tadi akan mendapatkan reward sebagai karyawan pembersih dengan kinerja paling baik setengah tahun ini, selamat berlibur," kata Pak Gunawan, kemudian dia berpamitan keluar dari ruangan lebih dulu.

"Al, kamu juga dapat! Yey, kita libur!" Sri mengguncangkan tubuhku. Dan jujur saja saat itu aku masih tidak mempercayai apa yang aku dengar. Masalahnya masih ada banyak karyawan yang mungkin lebih baik kinerjanya dariku, juga para senior itu kini menatapku dengan tatapan penuh iri.

"Ya, kamu juga Sri."

"Selamat ya."

Kami pun tidak ingin berlama-lama dan masing-masing mulai mengganti pakaian dengan bilik yang dipisahkan. Aku beranjak mendekat ke arah loker milikku dan membukanya, lalu meraih pakaian ganti yang berada di dalam tas. Sesudahnya aku beranjak memasuki ruang ganti dan menarik tirai penutup. Sembari mengganti pakaian, aku berpikir tentang agenda apa yang aku lakukan ketika mendapat hari libur nanti? Setelah berpikir cukup lama sambil menatap ke arah cermin, akhirnya aku memutuskan untuk memberi kejutan kepada Karen! Ya, sudah kuputuskan! Dia pasti akan sangat senang ketika mendapati aku datang menemuinya.

Oh ya, Karen kan suka buah jeruk. Tenang saja, aku akan membelikan beberapa jeruk kesukaannya itu dengan sisa uang tabunganku bulan kemarin. Dia pasti akan sangat menyukainya!

SISTEM KEHENDAK LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang