DUA PULUH EMPAT

407 38 2
                                    


Kafe Heaven 30 menit sebelum Bia datang...

Mobil yaris merah yang dikemudikan Kanya menepi di depan Kafe Heaven. Kanya sibuk mencari parkiran yang mulai ramai kendati kafe baru buka beberapa jam yang lalu. Setelah memastikan mobilnya terparkir, ia keluar dan mendapati Pram sudah menunggunya di dekat pintu masuk sambil merokok.

"Lama banget sih, hampir jamuran ni."

"Halah, manja. Masuk dulu kan bisa."

"Ogah!"

"Yaudah yuk."

"Aku nyusul, nanggung. Ni..." Pram menunjukkan rokoknya yang baru saja dihisap.

Kanya sudah duduk dan memesan minuman, sedangkan Pram lima menit kemudian baru menyusulnya. Seperti biasa keduanya terlihat asyik meski seringnya mereka sibuk dengan ponsel masing-masing. Pram dengan PUBG dan Kanya yang heboh sendiri jika sedang belanja online.

"Pram..."

"Hem."

"Pram..."

"Hem."

"Pram..."

"Astaga bocah!"

"Pram dengerin dulu!"

"Yaudah ngomong tinggal ngomong. Woi tembak-tembak terus terus!"

Merasa Pram tak mengindahkannya dan terus asyik bermain game, Kanya merebut ponsel dari tangan Pram dengan paksa.

"Anjay..."

"Sini bentar ah. Nanggung, Nya!"

"Nggak-nggak, nggak ada. Lanjutin ntar."

"Etdah bocah.." Pram mendengus kesal. Ia menenggak minuman di hadapannya sampai habis.

"Pram.."

"Coba sekali lagi panggil Pram dapat payung cantik kamu."

"Sialan."

"Sini sini balikin hpnya?"

"Aku suruh Bia ke sini ya?"

"Ngapain?"

"Menurut lo?"

Pram geleng-geleng melihat tingkah Kanya, tanpa persetujuannya ia menghubungi Bia. Beberapa kali Kanya terlihat sibuk, ia mendekatkan ponsel ke telinga. Sadar tak ada jawaban, jemarinya dengan lihai mengirimkan pesan untuk Bia.

"Done..."

Pram melipat kedua tangannya, ia menyandarkan tubuhnya pada kursi dan mengedarkan pandangannya ke penjuru kafe.

"Jadi bahas rencana kita buat kasih surprise buat ultah Bash?"

"Tunggu Bia deh."

"Apa hubungannya coba?"

"Mau tau, Pram?"

"Apa?"

"Hii kepo..."

"Anjay..."

"Pram, Bia itu naksir kamu tauk!"

Kanya menunggu, tak ada reaksi dari Pram. Cowok itu manggut-manggut sambil menggerakkan bibirnya mengikuti irama lagu yang sedang di putar.

I'm the one who wants to be with you.

"Pram..."

Deep inside i hope you feel it too.

"Pram..."

"Hem."

"Dengerin nggak sih?"

"Iya-iya bawel banget sih, Nya."

"Trus?"

"Terus..terus..apanya ?"

"Ya kamunya sama Bia."

"B aja..."

"Anaknya seru juga kok, baik, masih polos."

"Jodohin sama Bash cocok, Nya."

"Enak aja!!"

********

Bia dan Pram berjalan beriringan menuju parkiran kendaraan. Pram mengedarkan pandangannya mencari petugas parkir, ia lantas memberikan helm yang ia simpan di jok sepeda motor untuk Bia.

"Balik ke kos?"

Bia mengangguk ragu. Pram terdiam, meresapi situasi canggung yang sedang menerpanya terlebih setelah mendengar tentang Bia dari Kanya.

"Mau ikut Bi, aku ada futsal sama anak-anak kos. Deket kok dari sini."

"Eng-"

"Tapi kalo mau balik kos ya aku antar dulu."

"Kalo ikut nggak pa-pa emang?"

Pram melirik pergelangan tangan melihat jam menunjukkan pukul sebelas siang, ia lantas menyalakan mesin sepeda motornya.

"Ada Bash juga," imbuhnya.

"Bash?"

Ahay kesempatan nih, Bia kan udah janji buat jadi mak comblang buat Kanya dan Bash.

Pram memacu sepeda motornya melintasi jalanan kota yang cukup padat. Entah apa yang merasuki Pram sampai ia menambah kecepatan yang makin lama makin bertambah. Bia menggigit bibirnya, ia duduk di boncengan dengan perasaan campur aduk.

"Awas!"

Bia berteriak begitu sepeda motor menyalip sebuah mobil yang berhenti mendadak, sedangkan dari arah berlawanan ada mobil yang juga melaju dengan kecepatan tinggi. Reflek Bia melingkarkan tangannya di perut Pram. Jarak keduanya kian dekat, Bia bisa mencium perpaduan aroma rokok dan parfum yang menguar dari tubuh cowok itu. Sedang Pram, ia hanya melirik dari kaca spion melihat ekspresi wajah Bia yang ketakutan.

Bucin Kasta TertinggiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang