SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA BACA DOA !!!
-
-
-***
Lorong itu seperti tak berujung. Dindingnya terhiasi dengan cahaya obor dan menjadi penerangan satu-satunya disana. Terdengar suara-suara aneh di balik dinding lorong, sekilas suaranya seperti jeritan yang menyayat hati.
Aroma di dalam lorong itu kini membuat Silvi mual, baunya seperti perpaduan antara anyir darah dan bau kemenyan. Hampa dan pengap, dua kombinasi yang paling tidak disukai Silvi. Gadis itu terus berjalan mencari ujung dari lorong ini.
"Ahhh !!!" Silvi terkejut melihat dua sosok berjubah terkurung dalam tralis besi di sampingnya, kakinya di rantai di sudut penjara. Mereka berteriak kepada Silvi untuk melepaskannya.
Bukan hanya itu, tepat di depan dua sosok berjubah, seorang perempuan berusaha menarik Silvi agar menemaninya di dalam penjara.
Lalu beberapa meter dari dua penjara itu, terdapat satu penjara lagi tapi tidak ada teriakan-teriakan seperti sebelumnya. Di dalamnya seorang perempuan, namun ia hanya duduk diam dengan tatapan kosong di pojok ruangan.
Silvi tidak peduli ia diam atau agresif, yang jelas ia hanya ingin keluar dari tempat yang menyerupai neraka ini.
Ia terus berjalan hingga sebuah sinar membuatnya silau. Silvi berlari ke arah cahaya itu, tapi anehnya ia malah sampai di tempat kini tak asing untuknya. Hutan yang sama, yang menjadi saksi bisu saat ia menjumpai perempuan itu.
Namun kini keadaannya berbeda, ia melihat teman-temannya tapi dalam kondisi terikat. Suara gamelan terdengar sangat keras padahal tidak ada yang memainkannya. Obor-obor disusun secara melingkar, dan ada seseorang sedang melakukan ritual di tengahnya. Orang itu seperti membaca mantra, lalu meminumkan sesuatu secara paksa pada teman-teman Silvi yang diikat. Dia tidak asing untuk Silvi.
Tapi aneh. Silvi melihat teman-temannya muntah setelah meminum ramuan itu. Darah keluar dari mulut mereka, lama-kelamaan semakin banyak hingga membuat mereka semua terbatuk. Suara gamelan dimainkan dengan nada yang cepat. Lalu suara teman-temannya yang berteriak kesakitan. Keduanya berbarengan menggema di telinga Silvi. Semakin lama menjadi semakin keras, gendang telinga Silvi seperti mau pecah mendengarnya.
"Aaaaahhhhhh !!!!!" Silvi menutup telinganya dengan sangat erat namun suara itu tetap berhasil masuk ke indra pendengarannya.
"Ahhhhhh !!"
"Ahhhkkk !!!"
"Silvi bangun, Silvi !" Dimas mengguncangkan tubuh Silvi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RONGGENG
HorrorKe sembilan remaja itu tidak menyadari kalau nyawa mereka berada di ambang kematian. Desa Petilasan adalah desa angker. Dan hutan Ronggeng adalah sarangnya. JANGAN LUPA UCAP DOA SEBELUM MEMBACA CERITA INI !! *27 Maret 2020*