Baca sambil dengar multi media ya
****
Di ruang tamu
Faranisa kini tengah memasukkan butir obat terakhir ke dalam mulutnya kemudian meneguk segelas air
"Fara" panggil Michael, nada bicara lelaki itu sangat serius.
"Iya Kak?" jawab Faranisa, meletakkan gelas di atas meja
"Besok Papah sama Verrel bakal dateng, mereka udah tau tentang penyakit lo"
Faranisa terdiam, ia malas membahas tentang penyakitnya. Ia sangat benci itu.
"Lo harus perbanyak istirahat, karena-"
"Karena apa? Karena lo khawatir kalau penyakit gue semakin parah?" potong Faranisa
"Tiga hari lagi, lo harus operasi"
Deg! Sakit. Itu yang dirasakan Faranisa. Apakah harus? Mencium bau rumah sakit saja Faranisa sudah muak, melihat darah saja dirinya sudah ingin pingsan. Lalu, bagaimana jika melakukan operasi?
"Kak, jangan bercanda deh. Penyakit gue gak separah itu"
"Gue gak bercanda"
"Gak asik candaan lo!" tawa miris Faranisa
"LO BISA GAK SIH JANGAN NGEBANTAH! GUE CAPEK FAR, KARENA KEPUTUSAN BEGO LO, PENYAKIT LO NAMBAH PARAH!" bentak Michael, nada bicara lelaki itu sangat tinggi
Faranisa sangat benci dibentak, ia sangat tidak bisa diperlakukan seperti itu. Air matanya selalu menetes, apalagi bila seorang lelaki yang membentaknya.
"Gimana kalau operasi itu gak berhasil?!"
Michael menghela nafasnya perlahan, "Far, itu yang terbaik buat lo. Lo gak perlu mikir aneh-aneh!"
"Gue gak mau!"
"Fara!"
"GUE GAK MAU KAK, SETIDAKNYA BIARIN GUE HIDUP WALAUPUN SEBENTAR! GIMANA KALAU OPERASI ITU GAGAL, DAN GUE BELUM PAMIT KE KALIAN?!" bentak Faranisa yang sudah membendung air matanya
Plak! Satu tamparan mendarat di pipi mulus Faranisa, tamparan yang keras. Faranisa meringis, pipi Faranisa sudah memerah disertai rasa perih dan sakit di saat bersamaan. Namun rasa sakit tak sebanding dengan emosinya saat ini.
"Apa?! Lo berani Kak tampar gue! Tampar sekali lagi, gue emang pantes dapet itu! Karena jantung kecil gue, kalian menderita kan?"
Michael berusaha menahan emosinya, namun tangan Michael sudah mengepal keras. Michael sangat menyayangi Faranisa, ia hanya tidak tahan mendengar ucapan Faranisa yang dengan mudahnya keluar dari mulut itu. Hidup bukan perihal menyerah, apa kita harus menyerah sebelum mencoba? Tidak! Itu tidak boleh dan jangan sampai kalian lakukan.
"Kak, ngapain lo cape-cape ngurus gue? Buat apa, hah? Kalau nantinya gue bakal gak ada di dunia ini!" teriak Faranisa, tangis sudah keluar dari matanya dengan deras
"Fara! Lo bisa jaga ucapan lo?"
Faranisa terjatuh, dirinya terduduk. Menutup wajah dengan kedua tangannya, menangis di sana. Untuk kali ini, tangis itu ditunjukkan di hadapan Michael
"Far.." lirih Michael
"Hiks.. Kenapa harus gue?! Gue benci semua ini! Gue benci! Gue benci!"
Michael terjongkok, memegang kedua bahu Faranisa dengan kuat.
"Fara, gue mohon, jangan kayak gini. Lo bakal baik-baik aja"
"Kak, gimana.. Gimana caranya?!"
"Fara.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Cold Heart
Romance"Don't judge a book by the cover, and don't judge a book by the first page." Axel, lelaki yang memiliki wajah di atas rata-rata, tinggi semampai, periang, dan baik hati. Tetapi, semua itu menjadi berubah dikarenakan masa lalu percintaan yang kelam...