haruskah merelakan?

1.3K 96 3
                                    

Happy reading 💕

💮💮💮

Pov bagas

Di sinilah bagas beserta keluarga,di ruangan serba putih, dan beraromakan obat-obatan.

Siapa sangka orang yang ku kira dia sehat-sehat saja, ternyata selama ini tengah berjuang dengan sakitnya.

setelah kejadian dimana dia menyatakan perasaannya padaku.
Sebisa mungkin aku mencoba menghindar agar perasaannya tak begitu dalam padaku, agar tak ada hati yang tersakiti nantinya.

Siapa lagi kalau bukan seseorang yang ku kenal sewaktu menemani om azka bertemu dengan tante adiba.

Hawa

Iya , hawa tengah berbaring lemah di brankar ini entah lah sudah berapa lama dia mencoba menahan sakit yang dia derita.

Flasback on

"Mau kah kamu menikahi anak om? " Ucap seseorang itu, dia adalam om zio sahabat ayah

Kedatangannya saja sudah membuat ku terkejut apalagi permintaan yang baru saja dia lontarkan padaku.

"Maaf sebelumnya om kenapa ya kok tiba-tiba om meminta saya untuk menikahi anak om? " Tanya ku masih menghormatinya

"Karna hawa mencintai kamu gas, bahkan dia juga sudah memberitahukan perasaannya pada mu bukan? "Bukan om zio yang menjawab tetapi tante nina ,mama hawa

"Iya, tapi maaf om tan saya tidak menaruh hati kepada anak om dan tante, dan urusan pernikahan ini bukan hal yang bisa di permainkan seenaknya" Jawabku masih mencoba untuk tenang

"Apa salahnya zam untuk mencoba mencintai hawa, dia hanya ingin di sisa hidupnya bisa bersama orang yang ia sayangi" Ucapan om zio membuat aku kaget, demikian pula dengan ayah dan bunda

"Maksudnya sisa hidup gimana ya io? " Tanya ayah

"Hawa, dia mengidap kanker otak stadium 2" Jawab tante nina lesu

"Inalilahi"

"Jadi om mohon gas dengan kamu" Ucap om zio

"Om boleh saya dan keluarga menjenguk hawa, dan dengan permintaan om, akan saya pertimbangkan kembali maaf sebelumnya om" Ujar bagas

"Baiklah saya persilahkan kalian untuk melihat hawa"ucap om zio mantap

Flashback off

"Bagas" Lirih hawa memanggilku

"Iya wa" Jawab bagas

"Apa perasaan kamu ke aku masih sama? " Tanya hawa sendu

"Wa, kamu. Harus fokus ke kesehatan kamu dulu, setelah itu baru kita ceritakan lagi" Jawabku agar dia mau mengerti apa maksud ku

"Hahaha" Tawa hawa sumbang

"Ma pa sadis ya kalau jadi hawa, udah penyakitan eh gak ada satu orang pun yang memiliki perasaan dengan hawa" Ucap hawa di selingi dengan tawa sumbangnya

"Sayang gak boleh ngomong gitu" Ucap mama hawa

"Nak benar yang di katakan bagas, kamu harus semangat sembuh dulu, kan mana tau nanti bagasnya bisa cinta sama kamu" Ucapan ayah membuat aku shock

"Om, gak akan ada lelaki mau sama wanita penyakitan" Ujar hawa

"Hawa sayang, kamu harus tetap semangat biar nanti cepat sembuh, jangan fikir yang macam-macam dulu ya" Timpal bunda

"Sudah lah tan, hawa memang di takdirkan sakit biar hawa gak merasa berharap lagi bisa memiliki calon imam di hidup hawa yang sebenarnya itu hanya angan-angat hawa aja" Ucap hawa pasrah

"Nak kamu gak boleh ngomong gitu" Protes papa hawa

"Apa lagi pa, apa yang harus hawa tunggu lagi di dunia ini, gak ada pa semua gak ada yang suka sama hawa" Emosi hawa mulai tak terkendali

Aku sendiri hanya diam mendengar ucapan yang dia lontrakan, aku tak mencintai hawa, tapi melihatnya seperti ini aku cukup prihatin.

Apalagi keputus asaan nya atas penyakit nya sendiri.

"Hawa gak boleh ngomong gitu, ada mama papa yang masih mengharapkan hawa di sisi kami nak" Ucap mama hawa isteris

Sejujurnya kondisi sekarang tak begitu kondusif lagi, hawa mulai tak bisa mengendalikan emosinya lagi.

"Hawa, om sama tante juga masih mau liat senyum hawa, kami baru saja mengenal mu berjuang lah nak" Ujar ayah

"Sayang sini peluk tante" Ucap bunda dan hawa kini agak tenang dengan pelukan dari sang bunda

Miris memang melihat kondisi hawa yang sekarang, bukan seperti hawa yang pertama kali aku kenal,hawa yang aku kenal adalah periang, dan penuh senyuman,hawa yang sekarang adalah hawa yang pasrah akan hidupnya.

"Saya akan mencoba mencintaimu tapi saya tak berjanji untuk menikahimu, tapi jika sudah ada sedikit hati saya untuk kamu, saya gak akan menunda untuk mencintai mu" Ucap ku mungkin agak penuh keraguan tapi hawa membutuhkan ku sekarang

"Apakah aku harus merelakan perasaan ku sendiri demi untuk hati yang lain? " Batin bagas

"Jangan berkata kalau kamu tidak serius dalam katamu sendiri" Jawaban hawa sesungguhnya menohok ku

"Saya akan mencoba, asal kamu juga tak berputus asa dengan apa yang terjadi di dirimu" Balas ku padanya

"Terima kasih gas" Jawab hawa dengan senyumannya

Ayah langsung memeluk ku dan berkata

"Terimakasih apa yang mau kamu lakukan ini, tapi ayah mohon jika tidak ada sercecah rasa kamu padanya kasih tau ayah nak, kamu putra ayah, dan putra ayah fahkri harus merasakan bahagia" Ucap ayah di dekat telinga ku

Aku tersenyum setidaknya masih ada yang mau memperdulikan perasaan ku ayah melepaskan pelukannya dan bunda tersenyum, seolah berkata kami bersama mu nak

"Hati tau di mana tempat dia akan berlabuh,allah punya caranya untuk menyatukan hati yang harusnya bersatu, dan tulang rusuk yang harusnya bersatu akan bersatu juga pada akhirnya"batin ku untuk menguatkan diri ku sendiri

Pov bagas off




Sakit yaa kalau kejadiannya seperti ini
Apa hawa egois?
Atau memang hawa lah yang sebenarnya yg akan  menjadi pelabuhan terakhir seorang bagas?

#staysafe🌹

Ikhtiar Cinta ( Sequel Ana Uhibbuka Fillah) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang