Semua orang baik pasti punya masa lalu, begitu juga orang jahat. Mereka berhak punya impian untuk masa depan.
//Ayah Rama sedang berkunjung ke rumah Rama dan Dirham. Ini adalah kali pertamanya berkunjung di bulan ini, kemudian Ayah mengajak Rama dan Dirham berjalan-jalan menikmati ngabuburit sebelum berbuka puasa.
Hanya berkeliling jalanan, melihat lihat pemandangan kota dengan segala hiruk pikuknya. Walaupun Ramadhan sudah berlangsung 10 hari, namun aktivitas diluar rumah tidak ada yang berubah, tidak ada yang ditinggalkan. Semua nya masih tetap sama dengan hari-hari biasanya.
"Ayah gimana puasa disana?" Dirham memulai percakapan ketika sampai di lampu merah.
"Alhamdulillah lancar, kalian gimana disini? baik-baik aja kan?" Ayah menoleh ke samping belakang, tempat anak-anaknya berada.
"Baik kok Yah," Dirham dan Rama menjawab bersamaan, lalu mereka tertawa.
Di jalan, Rama tiba-tiba terpikirkan tentang Zainab. Mengapa akhir-akhir ini nama Zainab selalu muncul di kepalanya?
Niat ingin tidak menceritakan apa yang dirasakan kepada Ayahnya, namun bibirnya tak kuasa menahan. Akhirnya ia mulai bertanya pada ayah bagaimana akhirnya bisa menikah dengan Ibunya.
"Waduhh, Rama lagi naksir orang nih?" Dirham mulai meledeknya. Rama memalingkan wajahnya, menahan malu. Tapi, apa boleh buat? Daripada ia pendam sendiri.
"Dirham ada yang ditaksir gak?" Ayahnya beralih pada Dirham sebelum menjawab pertanyaan Rama. Namun yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya.
"Oke, ayah ceritain ya."
"Iya ayah,"
"Dulu, Ayah gak kayak sekarang. Bukan seperti yang kalian lihat saat ini." Ayah menjeda kalimatnya. Berusaha mengingat masa lalu ternyata membutuhkan energi yang tidak sedikit, apalagi kini pendamping hidupnya telah pergi meninggalkannya terlebih dahulu.
Rama dan Dirham hanya diam, menunggu ucapan selanjutnya. Tidak berani menyela.
"Ayah dulu preman di kampung, hobi ayah suka merampok, ayah tidak pernah percaya Tuhan, ayah bahkan pernah membunuh orang, walaupun niat ayah tidak seperti itu." Lampu merah sudah berubah jadi hijau, Ayahnya menghentikan cerita. Lalu menuju tempat makan ayam dengan cocolan saus keju.
"Cerita nya kita lanjut nanti, sekarang siapkan untuk berbuka dulu."
Mereka turun dari mobil dan mencari tempat untuk makan, keadaan di dalam penuh. Untungnya masih ada sisa tempat kosong.
Allahuakbar Allahuakbar.
Allahuakbar Allahuakbar.
...Laailaaha ilallah.
Ayah memimpin doa setelah adzan lalu dilanjut dengan doa berbuka puasa.
"Alhamdulillah," Rama meneguk segelas air putih, lalu mengambil kurma yang disediakan tempat makan ini.
"Sholat nya bergantian ya, biar ada yang menunggu tempat ini." Ayah menyarankan, dan yang pertama sholat adalah Ayah. Dirham dan Rama menunggu pesanan datang.
"Aku penasaran dengan lanjutan cerita ayah," Ungkap Dirham. Sedari tadi pikirannya tidak berhenti tentang masalalu ayah yang baru diceritakan prolog nya saja. Ia sangat penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhan bersama Zainab
Teen FictionMenyukai seseorang itu fitrah, tidak ada yang bisa menebak kepada siapa kita akan jatuh. Tidak ada yang mampu menolak kapan datangnya rasa itu. Semua kehendak Allah, yang mau bagaimanapun rasanya. Kita harus tetap mensyukuri. Namun yang harus diing...