Bab 6

49 20 14
                                    

Ada saatnya ketika paras cantik akan kalah dengan akhlak yang baik. Karena cantik wajah saja tidak cukup untuk dijadikan pasangan hidup.
//

"Zainab, tolong bantu Uma ya." Uma menghampiri Zainab dengan membawa sebuah kardus kecil yang sudah dihias

"Iya Uma, bantu apa?"

"Tolong antarkan ini kerumah Ibu Fatimah--ibunya Abdul." Uma menyerahkan kotak yang tadi dipegangnya kepada tangan Zainab.

"Apa isinya Uma?" Sebelum beranjak, Zainab sempat menanyakan terlebih dahulu isinya.

"Itu, Bu Fatimah nitip hijab ke Uma. Minggu kemarin beliau melihat Uma memakai kerudung yang Uma beli di teman Uma. Katanya bagus, jadi nitip dibelikan." Zainab mengangguk, lalu pamit untuk pergi kerumah Abdul.

Zainab menempuh rumah Abdul dengan menggunakan sepeda. Butuh waktu 3 menit untuk sampai.

Zainab menurunkan standar sepedanya, kemudian mengucapkan salam.

"Assalamualaikum Abdul!"

Pintu gerbang terbuka, namun bukan Abdul yang keluar. "Waalaikumussalam, ada apa?" Tanyanya kepada Zainab.

"Saya mencari Abdul,"

kemudian lelaki itu meneriakkan nama Abdul, Zainab hanya memandangi lelaki itu. Mungkin itu temannya Abdul.

"Eh ada apa toh Pan?" Abdul datang, ia lalu melihat siapa yang datang. Ternyata Zainab.

"Eh Zainab, ada apa Zay?" Abdul kini beralih pada Zainab.

"Jadi kamu yang namanya Zainab?" Revan kini mulai penasaran.

Zainab hanya tersenyum pada Revan, lalu Revan balas tersenyum dan masuk kedalam rumah. 

Zainab kemudian memberikan kotak itu pada Abdul, "Aku mau kasih ini Dul, untuk Ibu titipan dari Uma."

Abdul ingin menjawab pertanyaan namun urung ketika teman-temannya datang dan langsung memenuhi teras depan Abdul.

"Ini yang namanya Zainab," Revan memperkenalkan Zainab pada teman-temannya. Zainab jadi bingung, ada apa sebenarnya?

"Ini kenapa pada kesini? wes sana masuk lagi." Abdul menyuruh teman-temannya masuk. Akhirnya mereka masuk kedalam rumah Abdul, terkecuali Rama. Dengan sedikit menyalah kan Revan.

Abdul kini giliran menatap Rama, "Kamu kenapa nda masuk kedalam Ram?"

"Aku disini saja, tidak baik berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhrim." Sahut Rama, membuat Abdul dan Zainab sama-sama terkekeh geli.

"Jangan tertawa lagi Zainab." Ucap Rama tiba-tiba. Membuat Zainab diam, menatap Rama meminta jawaban.

"Suara tertawa mu mampu mengalihkan pandangan setiap orang nampaknya, jadi tidak diperbolehkan."

Abdul yang mendengar ucapan Rama pun hanya mampu terdiam, tersenyum dalam hati.

"Kamu mencoba modus padaku?" Tanya Zainab.

Rama terkejut, "Eh? Bukan, bukan seperti itu maksudnya."

Rama menggerak-gerakkan kedua tangannya di depan dada. Tidak seperti itu, maksud Rama.

"Ya sudah, aku pamit pulang dulu ya. Assalamualaikum!" Zainab segera berbalik karena tidak mampu menahan malunya. Kemudian ia segera bergegas menggoes sepedanya.

"Hati hati Zainab," Rama berucap, setelah melihat Zainab berbelok dan hilang dari pandangan. Rama kembali masuk ke dalam rumah Abdul diikuti pemiliknya.

Ramadhan bersama ZainabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang