Bandung, 20 menit menjelang tanggal 1 Januari 2019
***
Warning! Part ini mengandung unsur bawang, jadi siapkan hati dan jiwa raga klena yeorobun!***
"Gua suka sama lu," kata Jeno kembali sambil menggenggam tanganku dengan sangat erat.
"Tapi Jen..."
"Gua tau, lu hanya menganggap gua sebagai sahabat bukan? Tapi jujur Ayu, gua suka sama lu, ga bohong serius," katanya menatapku dengan wajah gusar.
"Boleh gua ngomong dulu?" tanyaku karena kasihan melihat raut wajahnya yang sedih itu.
"Silakan, gua akan dengar," dia masih memegang tanganku, dan menatapku lekat.
Aku menghela napasku kasar, bagaimanapun aku harus jujur dengan perasaanku ini, sebelum di masa depan aku selalu terbayang-bayang akan rasa penyesalan.
"Jen, apa lu tau saat lu natap gua? Saat lu tersenyum dan tertawa sama gua? Saat lu dengan semangat nyeritain tentang kucing kesayangan lu itu, gua selalu suka. Jujur aja, sejak lu selalu lewatin kelas gua, ngantin bareng, baca buku di perpus bareng gua merasakan hal aneh dalam diri gua. Gua awalnya ga mau perasaan itu ada, tapi entah kenapa seiring berjalannya waktu, perasaan itu semakin kuat dalam diri gua, gua..."
Mataku terbelalak, hidung Jeno kembali mengeluarkan darah, tapi senyum manisnya itu tetap terpancar di wajahnya itu.
"Ayo bilang, lu kenapa?" tanyanya masih tetap tersenyum ke arahku.
"Jen, lu..."
"Biarin aja Ayu, ayo cepetan bilang sebelum kembang apinya mulai," katanya mendesak.
Aku menarik napasku kuat-kuat, "Gua juga suka sama lu Jeno, sangat suka, ah bukan tepatnya lu cinta pertama gua Jeno Alvaro," aku menatap matanya lekat, seolah tak ingin mata coklat indah itu menghilang dari diriku.
Dia menghela napasnya pelan, "Syukurlah, cinta gua ternyata ga bertepuk sebelah tangan ya," dia kembali menghadap ke arah depan, tetapi tangan kanannya tetap menggenggam tangan kiriku, menautkan jari-jarinya di antara jari-jari tanganku yang mungil. Hangat, benar-benar hangat.
"Berapa menit lagi?" tanyanya, aku mengecek jam di tanganku, ternyata tinggal 5 menit lagi sebelum pergantian tahun.
"Sekitar 5 menit lagi Jen," kataku.
"Hug me, please?" tanyanya menghadap ke arahku dengan tatapan memohon.
"Gua gatau apakah tahun depan kita bisa habisin tahun baru kayak gini yu. Gua ingin pergantian tahun malam inj gua ada di pelukan lu, seseorang yang gua cintai selama ini," jujur hatiku terenyuh mendengar permintaannya, tanpa pikir panjang aku langsung memeluknya.
Di hadapan bulan, bintang, dan langit malam kami berpelukan untuk pertama kalinya. Pelukan hangat, sangat hangat. Jemarinya mengusap rambut panjangku dengan lembut.
"Jeno, cepat sembuh ya," kataku di sela-sela pelukan kami.
"Pasti Ayu, pasti," katannya sambil mengeratkan pelukannya.
Ku lihat jam di tanganku, tinggal beberapa detik lagi sebelum kembang api diluncurkan.
"Jeno, ayo kita hitung mundur ya," kataku riang.
"Hm," Jeno hanya berdeham singkat sebagai balasannya.
"Lima..."
"Empat..."
"Tiga..."
"Dua..."
"Satu..."
Duar....
Duar....
Duar....
Aku tersenyum senang, tahun telah berganti, di awal tahun yang baru ini aku berharap Tuhan mengabulkan keinginanku agar Jeno cepat sembuh.
"Jeno, liat itu kembang apinya bagus banget kan?" kataku, tapi tidak ada balasan darinya. Aku merasa tubuhnya semakin berat di pelukanku.
"Jeno?" aku mengusap punggungnya pelan,tapi tetap tidak ada jawaban.
Aku melepaskan pelukan kami, terlihat wajah Jeno yang amat damai menutup matanya.
"Mungkin karena lelah dia jadi tertidur. Jeno bangun ya, kembang apinya udah selesai nih," kataku menggoyangkan badannya pelan.
Tetap tidak ada respon. Kepalaku sudah dipenuhi banyak pikiran buruk, namun segera ku tepis, "Jeno, bangun ya Jen. Jangan bercanda deh, ga lucu sumpah," kataku memeriksa napasnya. Nihil, di sudah tidak bernapas lagi.
"Ga Jeno, bangun hei!" aku menepuk pipinya, mencubit hidungnya, tapi tetap saja ia tidak bangun.
"Jeno, jangan pergi!" tangisanku pecah di saat itu juga. Di taman ini, disaksikan oleh hamparan bintang-bintang, bulan dan langit malam yng ikut menjadi saksinya Jeno pergi. Pergi dalam keadaan damai, di dalam pelukanku. Cahaya bulanku telah redup, bersamaan dengan helaan napas terakhirnya di malam itu.
Hari ini, tepat di awal tahun baru 2019 ia menutup matanya
Menutup mata untuk selamanya
Tuhan mungkin memberikan jalan terbaik ini agar dia tidak merasakan rasa sakit lagi
Agar penderitaanya berakhir hanya sampai di sini
Di sini, di taman ini dia menghembuskan napasnya untuk yang terakhir kalimya
Dalam dekapan wanita yang ia cintai selama iniSelamat jalan Jeno Alvaro
Semoga Tuhan memberikan tempat yang begitu indah di atas sana🌱🌱🌱
Astaga Tuhan ini kenapa gua ikut mewek asli buatnya
Maapkeun aku abang Jeno, kamu disini ceritanya harus die gtu
Gimana menurut kalian? Udah dapet fellnya belum?
Jangan lupa votmen ya
See u on the next part💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight-Lee Jeno(💚END💚)
Storie brevi#DreamProject 3 Ini kisah tentangku Dan dia Bagaimana kami bertemu Bagaimana aku mengenalnya Dan bagaimana saat aku bersamanya Ini tentang kami Sepasang insan yang memiliki banyak kekurangan Dan perbedaan... Holla, this is a real story from someone...