Sehari sebelum pernikahan
Raksa menatap foto-foto yang ada di dinding kamarnya. Wajah laki-laki itu tersenyum dan tampak berseri-seri. Wajar saja karena besok adalah hari yang paling dia tunggu-tunggu.
Bertemu Vivian tanpa sengaja di taman dulu, merupakan hal yang sangat disyukuri oleh Raksa hingga saat ini. Karena Raksa dipertemukan lebih awal dengan masa depannya, sehingga hati dan pikirannya hanya milik Vivian.
Dan juga karena untuk pertama kalinya Raksa baru mengerti bagaimana rasa ketertarikan yang selama ini dirasakan oleh teman-teman sebayanya kepada seorang gadis. Termasuk rasa sayang dan cinta yang kemudian berkembang.
Lucunya saat pertemuan pertama itu, Vivian masih murid sekolah menengah pertama sedangkan Raksa adalah seorang Mahasiswa. Raksa tidak menyangka bahwa gadis kecil yang sempat dikira nya membolos sekolah itu akhirnya akan menjadi istrinya besok.
Setelah beberapa bulan dari pertemuan pertama itu, perbincangannya bersama Kiki menjadi penguat Raksa untuk mempersiapkan masa depannya.
"Kenapa akhir-akhir ini lo selalu tanya tentang adek gue?" tanya Kiki penasaran.
Raksa yang ditanya begitu, tersenyum. "Gue tertarik sama Vivian."
Wajah Kiki yang melongo hanya ditatap datar oleh Raksa. Sejujurnya mengatakan ini saja sudah sedikit sulit baginya, beruntung Raksa mampu menutupi perasaannya dengan baik.
"Sa, lo yakin? Dari sekian cewek cantik yang ngantri untuk dipacari sama lo, lo malah tertarik kepada adek gue yang bahkan belum tamat sekolah menengah pertama?"
"Vivian lebih cantik," seru Raksa cepat.
Raksa melepaskan kaca mata anti radiasi miliknya. Sebab laptopnya sudah dalam keadaan mati sepenuhnya dan dia sudah menyelesaikan tugasnya.
"Adek gue memang cantik, Sa. Tapi dia masih kecil. Lo gak niat untuk pacari adek gue kan? Untuk lo mainin?" tanya Kiki marah.
Raksa menggelengkan kepala. "Lo kenal gue sudah berapa lama, Ki? Sampai belum tau juga gue gimana?"
Kiki meneguk ludahnya. Tiba-tiba dia menjadi gugup dan bingung. "Kenapa bisa lo tertarik sama adek gue?"
Raksa ingat bagaimana jantungnya berdetak kencang saat itu. "Siap Kak Raksa. Sampai bertemu lagi Kak," ucap Vivian saat itu sambil tersenyum lebar sebelum turun dari mobil Raksa.
Raksa mengangkat bahu. "Entahlah. Hanya saja gue selalu ingin tau tentangnya, ingin melihatnya dan ingin selalu didekatnya. Sejujurnya ini baru pertama kali gue rasakan kepada seorang gadis. Apa itu hal yang aneh?"
"Tidak sih. Hanya saja kelihatan sedikit lebih wajar jika mungkin gadis itu adalah gadis yang seusia kita. Atau lebih muda sedikit dari kita. Lo sama Vivian bahkan berbeda, hmm, sekitar enam atau tujuh tahun mungkin ya?" Kiki menggaruk tengkuknya.
Raksa menyunggingkan senyumnya. "Tidak ada masalah dengan itu. Lagi pula gue sama sekali tidak ada niat untuk menjadikan adek lo pacar gue. Baik sekarang ataupun nanti."
"Lalu?" tanya Kiki heran.
"Seperti yang gue bilang sebelumnya. Ingin tau tentangnya, melihatnya dan didekatnya. Dari pada berpacaran, gue lebih suka opsi menikah. Tentu saja tidak sekarang, tapi diwaktu yang tepat."
Apakah ini masih Raksa yang dikenal oleh Kiki sebelumnya? Karena membahas seorang gadis terasa bukan tipikal Raksa sama sekali.
Dan apa yang dibayangkan Raksa saat ini? Menikahi Vivian disaat yang tepat? Mungkin karena saat ini Vivian masih kecil, sehingga bayangan buruk berkeliaran dipikiran Kiki.
"Kalau lo sudah benar-benar mapan nantinya, gue dukung dan bantu lo untuk nikahin adik gue ketika dia sudah dewasa nanti. Tapi sekarang biarkan dia dengan kehidupan remajanya dulu," ucap Kiki untuk membuat perasaannya menjadi tenang.
Tapi sungguh, jika Raksa tidak mendekati Vivian sampai adik nya itu dewasa, Kiki akan membantu Raksa setelahnya. Asalkan Vivian bisa fokus sekolah dan menikmati masa remajanya dulu.
Raksa menatap Kiki dalam. "Gue gak akan dekati dia dulu. Tapi lo gak bohong kan, Ki? Lo pasti akan bantu gue kan?"
Kiki menggelengkan kepala. "Pasti! Tapi seandainya perasaan lo sudah mulai hilang, langsung katakan kepada gue.".
"Itu mungkin tidak akan terjadi," gumam Raksa, entah Kiki dengar atau tidak.
Dan nyatanya apa yang Raksa katakan memang hal yang sebenarnya terjadi. Sehingga ketika Raksa sudah mapan dengan pekerjaannya dan Vivian juga sudah beranjak dewasa, dia menagih janji Kiki. Sebab jika dibiarkan terlalu lama, Raksa takut Vivian akan lebih dulu menyukai laki-laki lain.
Vivian terlalu menarik perhatian laki-laki. Dan Raksa tidak menyukai fakta itu.
Langkah awal yang Raksa lakukan adalah menemui orang tua Vivian. Raksa kemudian menjalin hubungan baik dengan mereka, termasuk juga dengan Revan dan Restu. Kedua orang tua Raksa juga sudah sering bertemu dengan kedua orang tua Vivian.
Sejak awal, Raksa sudah menunjukkan keseriusannya terhadap Vivian. Karena itulah, walau awalnya sempat kaget, kedua orang tua Vivian menerima pinangan Raksa untuk Vivian. Dan besok hubungan yang sah di mata hukum dan agama itu akan diresmikan.
"Sekarang cuma bisa pandang-pandang dari foto, Sa. Besok sudah boleh pandang Vivian sepuasnya."
Walaupun ini bukan pertama kali kedapatan sedang memandangi foto Vivian, tapi dengan Papa nya, ini adalah pertama kalinya. Biasanya yang sering mendapati Raksa menatapi foto Vivian sambil tersenyum-senyum sendiri adalah Mama nya.
Raksa tersenyum malu sebagai tanggapan atas ucapan Raka.
"Melihat bagaimana sifat baik yang dimiliki kedua orang tuanya, Papa yakin Vivian tidak jauh berbeda dengan mereka," ucap Raka sambil duduk dikursi yang dulu sering digunakan Raksa untuk belajar.
Raksa mendudukkan badannya diatas tempat tidur. "Dia tidak terlalu bisa memasak, kadang dia bersikap manja, cengeng dan mau menang sendiri. Dia bahkan sering bersikap kekanak-kanakan dan juga tidak peka."
"Benarkah?" tanya Raka tak percaya. Bukan karena sifat itu melainkan tak percaya kepada putranya itu yang ternyata sudah sangat mengenal calon istrinya.
Raksa tertawa. "Dia yang mengakuinya secara langsung kepadaku, Pa. Padahal tanpa Vivian beri tau, aku sudah lebih dulu mengetahuinya."
Giliran Raka tertawa keras karena memang tidak meragukan hal itu. Putranya itu begitu mencintai Vivian.
Namun, kemudian Raka terdiam dengan tatapan menerawang. Membuat Raksa menatap Papa nya itu dengan tatapan dalam.
"Dulu, Papa pernah melakukan kesalahan. Hampir mengikuti keinginan Almarhumah Nenek kamu agar Papa menikah lagi karena Mama saat itu belum memberikannya cucu. Saat itu adalah pertama kalinya Papa merasa gagal menjadi seorang suami."
Raka tersenyum kecut. "Hati dan perasaan Papa memang menolak tegas. Tapi pikiran Papa berkata bahwa mungkin ini adalah jalan keluar agar Mama tidak ditekan lagi dan sedih karena dituntut untuk memiliki anak secepatnya."
Raksa menyimak apa yang dikatakan oleh Papa nya itu dengan seksama. Karena ini merupakan hal yang belum pernah Raksa dengar sebelumnya.
"Papa tidak pernah bertanya terlebih dulu kepada Mama bagaimana perasaannya. Papa berpikir Mama tidak akan sedih lagi jika Nenek tidak akan mendesaknya untuk kesekian kali karena Papa sudah memberikan apa yang Nenek mau. Mama kamu juga tidak pernah mengatakan bagimana perasaannya secara langsung. Ketika rumah tangga kami diambang kehancuran, baru Papa menyadari satu hal. Buruknya komunikasi diantara kami."Raka menatap Raksa lekat. "Papa cuma ingin berpesan, sama seperti yang dikatakan Almarhum Kakek kamu. Jika aku berkata bahwa kamu adalah kepala rumah tangga, maka jangan lihat apa yang ada di sakumu. Tapi lihatlah, apakah kau akan melihat senyum di wajah istrimu nantinya."
Raka memberikan senyum teduhnya. "Cinta, kesetiaan dan kepercayaan. Itu adalah hal yang penting dalam rumah tangga. Tapi jangan lupakan, bahwa komunikasi yang baik antara suami dan istri juga hal yang dibutuhkan."***
Stay safe and healthy semuaa 😍
Semoga Suka 🤗Salam Sayang 😘
~fansdeviyy,
P.S you can call me Dev 😉

KAMU SEDANG MEMBACA
Taken by Him [Tamat]
RomanceTaken by Him merupakan cerita lengkap dari 'Taken by Him (Oneshoot)' Ketika sampai dirumah, Vivian dikejutkan dengan berita pernikahannya yang akan digelar seminggu dari kepulangannya itu. Jika bisa menunda, mungkin Vivian lebih memilih menundanya d...