terima kasih

29 9 2
                                    

"Maksudnya si vokalis band sekolah itu?"

Aku mengangguk semangat ketika menceritakan Zia. Nama aslinya Zania Cressencia namun ia lebih suka dipanggil Zia oleh orang terdekatnya.

Zia lumayan tinggi untuk ukuran perempuan. Ia dingin namun tidak beku, tatapannya tajam namun tak menusuk, senyumnya tipis namun tetap terlihat. Memiliki suara yang begitu indah membuatnya terpilih menjadi vokalis band sekolah sejak kelas sepuluh semester dua.

Sekarang ia menduduki kelas 11 IPS 2 yang dimana kelasnya berada di sebelah 11 IPS 1 –yang merupakan kelasku.

"hm.. bentar lagi acara pensi. Lo udah tau dia bakalan tampil?" Tanya Kyle yang merupakan teman sebangku ku. Fyi, namanya dibaca KAYL KAYEL atau semacam itu lah.

Aku mengangguk antusias sambil tetap tersenyum "iya, gak sabar banget nungguin dia tampil"

Kalau kalian belum tahu, Zia sudah mengikuti les vokal sejak ia beranjak 4 tahun. Selain bernyanyi, ia suka bermain piano atau pun gitar.

Kalian berpikir aku salah satu teman dekatnya? Kalian salah besar. Karena Zia bahkan tidak mengenalku sedikitpun.

Ya, aku hanyalah laki-laki malang yang terjebak dalam zona cinta dalam diam.

[-]

Bell pulang sekolah sudah berbunyi, namun aku tetap berada di sekolah untuk mengikuti ekstrakurikuler bulu tangkis. Oke, meski tampangku tidak meyakinkan namun aku sudah berhasil menyumbang beberapa piala untuk sekolah.

Ketika sedang istirahat untuk minum, aku selalu menyempatkan untuk menolehkan kepala menuju ruang musik yang pintunya selalu dibuka –jika sedang digunakan. Dari lapangan aku bisa melihatnya berdiskusi dan berlatih dengan anggota band lain.

Aku tersenyum, Zia adalah vokalis sekaligus pemimpin dalam band. Ia selalu bisa diandalkan dalam situasi apapun.

"samperin, minta nomornya. Jangan cuma ngeliatin dari jauh aja"

Aku terlonjak ketika menyadari Kyle sudah tiba disebelahku. Kyle tidak mengikuti ekstrakurikuler bulu tangkis sepertiku, namun ia merupakan anggota osis yang tentunya harus mempersiapkan pensi yang tinggal beberapa hari lagi.

"Nanti ganggu"

Kyle menepuk pundakku kala aku berkata demikian "pdkt lah, Vin" ucapnya.

Jujur, aku masih belum siap jika harus mendekati Zia secara terang-terangan. Sebut saja aku pengecut karena itu memang benar. Aku tidak pernah menyukai lawan jenis. Dan Zia? Bisa dibilang yang pertama.

"Gue ada urusan sama anak band, mau ngomongin soal penampilan mereka pas pensi ntar, sekalian gue pinta nomor mereka buat saling ngehubungin"

Aku menoleh pada Kyle dengan raut wajah senang, dan aku langsung merangkulnya kuat.

"Ohh.. terus sebagai temen yang baik, apa yang lo lakuin??" Tanyaku sok tidak tahu.

Ia menjauhkan tanganku dari bahunya sambil meninju perutku pelan "yaudah nanti gue kirim ke lo juga"

Aku bersorak riang kala mendengarnya. Kemudian Kyle segera pergi untuk menemui para anggota band sedangkan aku kembali ke lapangan.

[-]

Kyle : +628xxxxxxxxxx
Kyle : tuh nomor Zania
Kyle : puas??

Senyum diwajahku tidak bisa tertahan kala mendapati chat dari Kyle. Aku segera membalas chat dari Kyle dengan semangat.

Norvin : puas banget, wkwk

Kemudian, akumenyimpan nomor Zia kedalam kontak ponselku.

Cressencia

Norvin dan PengkhianatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang