“Aku bahagia. Sungguh tidak ada penyesalan saat aku pergi nanti.”
***
ANITA seketika mempercepat langkahnya, high heel bergema di koridor rumah sakit, kedua tangan terulur, bibirnya mengembangkan senyum kemudian dia menangkup kedua lengan, memeluk seorang gadis kecil yang berteriak kegirangan.
“Tertangkap! Tertangkap, mau lari kemana kamu Aisyah?” Anita berjongkok dan menghujani pipi gadis kecil bernama Aisyah dengan ciuman. “Ayo jangan kabur lagi.”
“Bu Dokter selalu saja bisa menemukan Ai! Pasti Bu Dokter punya radar.” Aisyah kecewa, hendak melarikan diri tapi tidak bisa.
Anita mengangguk. “Tentu saja! Bu Dokter punya radar tajam dan bisa menemukan bidadari mana yang kabur.” Dia mencubit cuping hidung Aisyah pelan.
Gadis kecil berumur sepuluh tahun itu, melingkarkan kedua lengan di leher Anita. “Ai, pengin menangkap kupu-kupu di taman Bu Dokter, Ai ingin memberikannya ke Mama.” Dia kemudian menambahkan dengan berbisik. “Hari ini ulangtahun Mama.”
Kedua mata Anita membulat. “Benaran? Kalau gitu, ayo cepat laksanakan misi sebelum dokter lain menangkap kamu.”
Dia segera, mengenggam tangan Aisyah, melangkahkan kaki ke taman, merendengi langkah Aisyah yang melompat senang di setiap langkahnya.
“Ai, sudah menyiapkan toplesnya!” Aisyah memperlihatkan toples yang entah darimana dia dapatkan. “Apa ini cukup untuk rumah kupu-kupu?”
Anita mengerlingkan kepala. “Tapi apa itu nggak kejam Ai?” Mereka menuruni tangga koridor dan menjejaki tanah yang berumput, di mana sekarang bunga-bunga mengelilingi. “Mengurung kupu-kupu di dalam toples itu?”
“Kenapa kejam Bu?” Aisyah bingung dan sedikit kecewa.
Anita memandang berkeliling, pada taman yang berkilau disinari matahari siang, bunga-bunga menjadi indah ratusan kali dan hijau dedaunan menyegarkan mata, memberikan oksigen segar ke dalam paru-paru. Tidak perlu dicari dengan susah payah, taman ini selalu dikunjungi oleh banyak kupu-kupu. Terbang, mengisap sari bunga yang mekar.
“Coba kamu lihat itu.” Anita menarik tangan Aisyah yang kecil, menuntunnya ke salah satu batang pohon. Di mana dia menemukan kepompong yang menggantung. “Kamu tau itu apa Ai?” Dia bertanya.
Mata Aisyah menyipit. “Itu adalah kepompong, 'kan? Kalau Ai nggak salah.”
“Benar! Itu kepompong. Perubahan dari ulat yang menjadi kepompong. Dan kamu tahu apa yang keluar dari kepompong itu nantinya?” Anita bertanya kembali, dia duduk berjongkok di tanah, matanya sejajar dengan Aisyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terbaik Nadia [End]
Espiritual"Kamu membuatku hanya memiliki satu pilihan. Melepaskan kamu, itu yang bisa aku lakukan." - Nadia Humaira Nadia Humaira adalah perempuan yang terobsesi dengan penyempurnaan diri. Dia tidak mempercayai cinta walaupun umurnya sudah siap untuk menikah...