Chapter 35: Kebongkar

413 37 22
                                    

"Aku percaya takdir Allah itu indah. Yang aku anggap sekarang adalah musibah, mungkin kelak aku akan mengerti makna dibalik semua ini."

_Jodohku Ya Kamu_


***

Rey yang tengah berjalan seorang diri dengan menggeret kopernya, semalam ia tidur di aprt miliknya, namun sekarang ia memilih pergi.

Rey hanya ingin menjauh sejenak dari Ara, ia tidak marah. Ia tau jika Ara sepenuhnya tak bersalah, ini hanyalah salah paham.

Rey tidak berniat ingin lari dari masalah atau pun meninggal Ara. Tentu tidak, istrinya sedah hamil besar.

Rey hanya butuh waktu untuk menenangkan diri dan mencari bukti-bukti yang kuat.

Ara tidak bisa jika hanya dijelaskan saja, ia terlalu percaya akan foto-foto itu.

Rey akan berusaha sepenuh tenaga untuk menyelesaikan masalahnya, ia ingin segera kembali. Rey akan berusaha untuk kembali sebelum Ara melahirkan.

Bahkan, kini Rey tidak tau arah untuk kemana ia berlabuh. Ia hanya ingin menjauh dari kehidupan istrinya sejenak.

Matanya menangkap sosok perempuan yang tengah berjalan seorang diri ditepi jembatan, diseberang sana, terlihat seperti sedang menangis.

Diperhatikannya wanita itu baik-baik, tubuhnya sedikit oleng, hampir saja terjatuh. Dan...

Wanita itu akhirnya benar-benar tergelepak ditepi jembatan, pingsan.

Dengan cepat Rey berlari menuju wanita itu, menerobos jalanan begitu saja.

Dan wanita itu adalah Sintya.

***

Hari demi hari Ara lewati tanpa kehadiran sosok yang sudah beberapa bulan singgah didalam hidupnya, bahkan hatinya.

Harinya kini mulai kosong dan gelap, seolah tak ada jalan hidup. Gadis itu menghabiskan waktunya hanya untuk: melamun dan menangis.

Tersenyum pun jarang, apalagi tertawa, gadis ini sekarang lebih banyak diam, biasanya ia tak bisa diam saja, sekarang malah berbanding terbalik.

Felly yang sudah dua hari menemani Ara merasa terpukul melihat nasibnya sang sahabat.

Ia merasa bersalah, akibat kakak angkatnya itu sahabatnya menjadi seperti ini.

Pemandangan yang selalu Felly lihat sekarang hanyalah, Ara yang melamun dan Ara yang menangis.

Felly saja sudah jengah, bosan, bahkan lelah melihatnya. Apalagi Ara?

Drrtt...

Deringan ponsel Ara berbunyi, membuat lamunan si empunya buyar. Panggilan itu dari Ali.

Felly sedikit melirik, ia dapat menangkap si pemanggil itu. Ara beranjak dari duduknya hendak mengangkat telfon itu.

Ara mengangkatnya tanpa berniat menyapa duluan. Ia bosan berbicara. Apalagi basa-basi.

Jodohku Ya Kamu[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang