Bag 17 (Tempat Berdua)

541 36 0
                                    

"Sepertinya aku gak mungkin terima tawarannya. Kalau aku berhasil nemuin anak itu, aku bisa dipenjara lagi. Aku sudah bosan 4 tahun dipenjara."

"Kamu harus terima tawaran itu, Bang. Kita temukan anaknya, lalu kita terima surat-surat penting yang berkaitan dengan bangunan apoteknya itu. Kita jual cepat, lalu kamu bisa kabur secepatnya ke luar negeri," usul sang rekan dengan antusias.

"Kau kira gampang jual rumah dengan cepat?"

"Aku punya beberapa calon konsumen yang pasti mau beli bangunan beserta usaha apoteknya. Kita jual di bawah harga saja."

Si tuan rumah menundukkan wajah sambil memegang dahi. "Aku pun bingung harus cari anaknya di mana. Masih hidup atau enggak pun aku gak tahu."

"Kita cari sama-sama petunjuknya, pasti bisa dicari. Nanti coba temuin lagi mantan istrimu."

"Terlalu beresiko kalau aku bertemu langsung dengan anaknya. Dia bisa cerita semuanya."

"Gini, kalau misalkan anaknya berhasil ditemukan, kita bujuk dia secara baik-baik. Dan kalau masih gak bisa juga. Tenang, aku punya ini." Sang pria berjaket kulit menunjukkan sebuah senjata api yang diambil dari saku jaketnya.

Sontak Angga bergeser mundur merasa risih. "Hei! simpan lagi pistol itu! Kalau ada yang lihat bisa-bisa dipenjara lagi kita!" bentaknya.

"Pistol ini memang selalu ku bawa kemana-mana. Buat jaga-jaga aja."

Si tuan rumah membelalakan mata melihat ke arah pistol. "Gila! Memangnya kita harus bunuh anak itu?!"

"Ini buat alat menakutinya saja kalau dia ditemukan tapi berontak. Pokoknya kalau apoteknya berhasil terjual, aku minta bagian. Nanti, kamu coba temuin lagi mantan istrimu dan kumpulkan semua informasi tambahannya. Gimana?"

Memperhitungkan langkah, Angga menunduk berpikir sejenak sebelum ia kembali melihat rekannya.

***

Sebagai pemuda yang masih menganggur, untuk sementara waktu Ucok bekerja di bengkel ayahnya demi mengumpulkan modal untuk membuka usaha di kampung halaman. Sekaligus mengumpulkan ilmu mengenai segala hal tentang mesin kendaraan. Dara turut mengajarkannya di sana.
Hubungan keduanya juga semakin akrab layaknya kakak beradik. Di sela waktu istirahat, Dara mengajaknya duduk bersama untuk membicarakan sesuatu.

"Kau mau gak ikut band ku travelling gratis?"

"Travelling ke mana memangnya?"

"Ke Jogja. Gini nih, band aku ada undangan manggung di Jogja, tapi kita lagi butuh kru tambahan nih buat bantu-bantu persiapan kita di sana. Kau mau jadi kru tambahan? Sekalian jalan-jalan aja."

"Ah, mendingan keliling Bandung dulu lah, Teh. Baru aja sampai Bandung malah diajak jauh-jauh ke Jogja."

"Ehh, kalau keliling Bandung mah gampang, waktunya bisa diatur lagi. Kalau ke Jogja kapan lagi coba? Mau ya Cok? Tenang aja, ongkos sama makan ditanggung band. Gimana?"

Netranya berpaling kosong. "Hmm... hari apa kita berangkatnya?"

"Hari Jum'at nanti, pokoknya jam 10 pagi lharus udah siap. Jangan bangun kesiangan terus makannya."

"Ya... okelah kalau gitu."

***

Andhin

|Teh aku mau latihan di gudang sampe jam 7 malem. Boleh kan?"
15.30

---------

About D ( Her Secret ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang