33

1.3K 111 27
                                    

Diego berhenti berlari. Keringat mengalir turun kepelipisnya hingga mengganggu pengelihatannya. Detak jantungnya terdengar keras.

Ia berusaha mengatur nafasnya yang terengah engah. Ponsel yang berada dalam genggamannya berdering. Ia menggigit bibir bawahnya saat nama bosnya muncul.

Ia ragu untuk menjawab panggilan tersebut tapi kewajibannya untuk mengangkat panggilan dari bosnya.

"sudah kau temukan?"

Diego menelan ludah. "aku belum menemukannya... Maafkan aku..." jawab Diego.

Suara decakan gusar terdengar dari ponselnya. " kemana dia?! Seharusnya ia ada disini untuk memberikan kalimat terakhir untuk kepergian kakeknya, untuk ayahku. Dewan direksi dan Charlie tidak akan senang saat melihat dia tidak ada disini." Suara itu kembali berdecak.

" aku akan menemukannya tuan Harold. Anda hanya perlu memberikanku sedikit waktu. Aku pasti akan menemukan tuan muda." Jawabnya mantap, berusaha menyakinkan bosnya untuk tidak panik.

"baiklah, Diego. Aku akan mengulur waktu disini. Tapi aku hanya bisa memberimu waktu satu jam."

"terima kasih tuan Harold."

Sambungan panggilan terputus. Diego kembali menekan panggilan sembari berlari kecil, kepalanya menoleh ke kanan dan kiri.

" dimana anda tuan muda Taylor?" bisiknya putus asa.

***

Taylor dengan tubuh kecilnya berjalan sempoyongan tanpa arah. Kakinya terasa berat melangkah menembus angin dingin.

Matanya yang sayu menatap kota yang tampak berwarna warni dengan hiasan natal disetiap jalan dan toko.

Para pejalan kaki yang melewatinya tampak sibuk dengan kegiatan mereka menyambut natal. Langkahnya semakin berat dan kesadarannya semakin hilang. Taylor masuk kejalan kecil dan menabrak seseorang.

"hei!" teriak gadis itu padanya yang tiba tiba terjatuh ke tanah dan tidak sadarkan diri. Gadis yang ditabraknya tampak histeris. Teman gadis itu dengan cepat berlutut disamping Taylor dan memeriksanya.

" apakah dia mati?" tanya gadis yang berdiri didepan mereka dengan wajah ketakutan.

Gadis yang berlutut itu menggelengkan kepalanya. "tidak. Tapi badannya sangat dingin. Sebaiknya kita membawanya ke klinik terdekat."

"tidak bisakah kita tinggal saja? Aku tidak mau kita terkena masalah."

"kau gila! Ini hari natal, tidak akan ada yang menyadarinya dan dia akan mati membeku disini."

" ta.. tapi..."

"dia masih kecil." Gadis itu melepaskan jaket denim dari tubuhnya dan menyelimuti taylor. "kau akan dihantui rasa bersalah seumur hidupmu kalau kau meninggalkannya disini. Bantu aku." Gadis itu berusaha mengangkat tubuh Taylor kecil.

" Regina?" desaknya.

Regina tampak tidak mau mengikuti kemauan temannya itu. Tapi akhirnya mengalah dan membantunya. Mengangkat tubuh Taylor keatas punggung temannya itu.

Taylor merintih.

"dia sepertinya mulai sadar?" tanya Regina disisi temannya, berusaha membantu menahan tubuh kecil Taylor supaya tidak jatuh dari gendongan temannya. Taylor merintih kembali.

"kau tidak apa apa. Kau akan baik baik saja. Berusahalah untuk sadar." Bisik gadis yang menggendongnya.

Taylor membuka sedikit kelopak matanya yang berat. Pipinya bersandar direlung leher gadis itu. Kulit lehernya yang hangat membuat taylor merasa nyaman. Taylor menatap tanda lahir kecil di leher gadis itu yang ditutupi rambut rambut halus.

Sang Nouveau [Dawson Tales]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang