Part 5
Aysel & Aysen"Bagaimana dokter?"
Seorang pria bertanya dengan nada khawatir pada dokter yang terlihat sudah selesai memeriksa Aysel.
"Hmm... Luka di pundaknya cukup serius. Jika tidak ditangani dengan baik bisa menimbulkan infeksi. Gadis ini juga kehilangan banyak darah. Saran saya lebih baik di bawa ke rumah sakit. Karena di sana peralatan lebih lengkap".
"Tidak bisa, Dok! Penjahat yang melukainya pasti akan mudah menemukannya jika dia di rumah sakit".
"Tapi mengobatinya di sini akan memakan waktu lama karena keterbatasan alat".
"Usahakan yang terbaik, Dok! Aku tak mau tahu. Kalau perlu aku akan kirim peralatan kesehatan kemari untuk menyembuhkannya". Pria itu terlihat gusar.
"Baiklah, jika itu keputusan Tuan. Saya akan berusaha".
"Jika Dokter perlu sesuatu, hubungi saja asisten saya".
Dokter itu mengangguk dan membereskan peralatannya.
"Lalu kapan dia akan bangun?"
"Tidak bisa dipastikan. Dia masih harus melewati masa kritis. Jika tidak terjadi apa-apa malam ini berarti kita hanya menunggu dia sadar". Pria itu tak bertanya lagi.
Dokter itu menenteng tas kerjanya.
"Dan ingat... Jangan sampai orang lain tahu tentang hal ini. Terutama Papa". Kata pria itu lagi sebelum dokter itu berlalu dari hadapannya.
" Baik Tuan... Saya permisi".
Dokter itu keluar dari kamar. Hanya tinggal pria itu yang segera duduk di samping ranjang sambil memandangi wajah pucat Aysel.
"Maafkan aku karena terlambat menyelamatkanmu. Terasa hancur hatiku melihatmu terbaring tak berdaya seperti ini".
Pria itu memperbaiki letak selimut Aysel. Dalam keadaan sakit ataupun tidak, Aysel selalu memukau di matanya.
"Serasa melayang nyawaku saat melihatmu terluka. Aku... Aku mengira akan kehilanganmu".
Pria itu mengepalkan tangannya. Jika disuruh memilih dia bersedia menggantikan tempat Aysel sekarang. Hatinya tercabik melihat gadis pujaannya diambang maut.
Dia tak berani mengambil resiko membawa Aysel ke rumah sakit. Akan terlalu mencolok. Pihak rumah sakit juga pasti akan menghubungi polisi karena luka Aysel disebabkan oleh tembakan.
Pria itu berdiri dan memasukkan kedua tangannya ke kantong celana. Menghela napas berat. Dia kenal Aysel, seorang gadis yang bersemangat dan pantang menyerah. Sebenarnya dia tak suka jika Aysel harus terus menghadapi bahaya. Tapi keinginannya untuk terus menolong orang lain dan memberantas kejahatan tidak dapat dicegah.
Satu-satunya hal yang dapat dilakukannya adalah memantau gerakan gadis itu. Seperti yang selama ini dia lakukan.
(####)
Sebelumnya...
"Apakah kau sudah melakukan apa yang kusuruh?" Tanya pria itu dengan sorot mata tajam yang penuh keseriusan pada seseorang di seberang sana melalui alat komunikasi di telinganya.
"Sudah Tuan. Saya sudah meletakkan pelacak di semua alat transportasi yang dimiliki gadis itu". Sahut lawan bicaranya.
"Pantau terus. Jangan sampai kehilangan".
"Baik Tuan".
Hubungan diputuskan. Pria itu meneruskan pekerjaannya yang tertunda. Ada beberapa berkas yang harus diperiksanya, sehubungan mega proyek yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYSEL & AYSEN
БоевикDua gadis kembar yang harus menghadapi dunia kejahatan. Beruntung mereka didukung oleh orang-orang yang mencintai mereka. Ali Faroughi takkan tinggal diam jika ada yang berusaha menyakiti Aysel. Sedangkan Alexander Neeson berusaha untuk menumbuhk...