11

27 8 0
                                    

   Sinar mentari mulai terlihat di ufuk timur. Burung burung mulai berkicauan, dan angin berhembus pelan. Vania keluar dari salah satu rumah Villager. Ia memakai armor yang terbuat dari besi dan menggunakan pedang yang terbuat dari Diamond.(Iyalah, mereka kan mining banyak kemaren)

  "Semua udah siap?" Tanya Rezon pada Teguh dan Vania. Mereka memakai armor besi dan menggunakan pedang Diamond.

  Terlihat sebuah portal untuk ke Nether. Namun belum dinyalakan.

"Kita bener bener bakal masuk ke Nether, ini kan bahaya. Lagian armor kita masih besi." Tanya Vania yang masih ragu ragu.

"Iya iyalah, ini kan udah hari ke 4 kita disini. Ini waktu yang tepat untuk masuk ke Nether. Lagian, disini kan ada hero kalian." Jawab Rezon santai seperti tidak akan ada yang kenapa napa.

   Beberapa menit setelah ia mengatakan ia hero, ia berlari terbirit birit ketika dikejar oleh pigman. Awalnya ia hanya iseng mendekat ke salah satu pigman. Namun ketika sedang menggali bebatuan di dekat sana, ia tak sengaja memukul salah satu pigman disana.

"Tu lah, kan aku dah bilang hati hati. Belagak lagi jadi hero!" Teriak Vania yang marah. Ia belum sempat mengambil banyak bebatuan Nether.

"Ya sekarang kayak mana?" Tanya Rezon yang tetap berlari.

"Kita cari aman aja. Sembunyi dekat situ!" Suruh Teguh yang menunjuk sebuah lubang.

"Oke." Jawab Vania dan Rezon serentak.

  Mereka bersembunyi di lubang itu. Sesaat mereka merasa lega dan mengambil bebatuan Nether di dekat sana. Namun selang beberapa menit, Rezon tak sengaja memukul salah satu pigman disana, lagi.

  "Kita berhenti aja dulu, masuk ke portal lagi." Suruh Teguh.

  Mereka memasuki portal itu lagi. Rezon pun menutup  portal itu dengan batu agar pigman itu tak bisa masuk.

 Mereka merasa lega ketika kembali ke dunia minecraft. Rasanya seperti keluar dari Neraka.(Nether kan memang Neraka)

" Capek... capekkin.. aja lah kita kesana...! Batu disana pun....bukannya dapat banyak!" Kesal Vania Terengah engah.

"Lu.. Dapet berapa Van?" Tanya Rezon. "48" Jawab Vania.

"Lu Guh?" Tanya Rezon. " 53" Jawab Teguh. "Ke Nether memang ide yang buruk." Ucap Rezon.


  (Siangnya)

  Teguh, Vania dan Rezon pergi untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Mereka mengembara ke tempat yang baru. Awalnya Vania menolak, tapi akhirnya ia ikut karena tak ingin sendirian di Village. Mereka menaiki kuda masing masing karena tak ingin kelelahan berjalan kaki.

"Huh.... Ini juga ide yang buruk. Sumpah, Gua bosan kalo kayak gini mulu." Ucap Vania, ia berbaring di atas kuda berwarna putihnya.

 "Sabar lah." Ucap Teguh. "Kenapa gak ada siapapun sih di dekat sini?" Tanya Rezon bingung.

"Mungkin ada di pulau lain."Jawab Vania. ia benar benar malas untuk melakukan sesuatu.

 

 "Eh.." Ucap Vania yang mengingat sesuatu. "Kenapa Van?" Tanya Rezon.

" Kompasnya..... gua tinggal di dekat api unggun." Jawab Vania.

"KOK BISA VAN?" Tanya Rezon dengan nada yang tinggi.

"Kalo kompasnya ketinggalan, kita gimana pulang?" Tanya Teguh.

"Aku masih ada satu cara." Jawab Vania. "Gimana?" Tanya Rezon.

"Tapi ini bakal ngerugiin kita." Ucap Vania pasrah. "Kalian memikirkan hal yang sama dengan gua?" Tanya Vania.

"Maksud lu, kita mati disini?" Tanya Rezon. Rezon menatap tak percaya kepada Vania dan Teguh.

"Itu cara terbaik, yang ada." Ucap Teguh.

"Tapi gimana caranya kita mati?" Tanya Rezon.














The Minecraft [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang