“Mari kita lupakan semua yang ada di masa lalu. Mari jalani hidup dengan lebih baik sekarang.”
***
Dodit kembali ke Jakarta setelah beberapa hari di Bandung, tapi kembalinya ke Jakarta kali ini tidak lain hanya untuk mengucapkan salam perpisahan. Walaupun tidak lama bekerja di HNR Advertising, namun dia menerima banyak kehangatan dari semua orang ketika bekerja di tempat itu.
“Maaf cuma kopi biasa,” sesal Dodit meletakkan cup kopi di atas meja karyawan, sebagai ucapan terima kasih dan selamat tinggal kepada mereka. “Tenang saja, kali ini saya yang traktir.”
“Mas jadi benaran pergi?” tanya Karlina tidak percaya.
Dodit menganggukkan kepala. Dia memberikan senyum kepada semua karyawan yang terdiam, walaupun menyambut kopi yang disodorkan, terlihat jikalau harus memilih, mereka menolak menerima dan menginginkan Dodit untuk tetap bekerja.
Suara isak tertahan terdengar dari salah satu meja, Dodit mencari asal suara dan melihat perempuan dengan rambut panjang bergelombang menyeka pipi secara sembunyi-sembunyi.
“Mbak Mei, ini kopinya.” Dodit meletakkan di samping komputer.
Meilisa menoleh ke Dodit. Matanya memerah. “Apa kita masih bisa ketemu? Mas Dodit pasti bakal kesini lagi, 'kan?” tanyanya masih berharap.
“InsyaAllah, kalau saya pergi ke Jakarta, saya pasti mampir. Tenang saja,” sahut Dodit.
“Setelah ini rencana Mas apa?” tanya salah karyawan laki-laki bernama Anwar, dia menyesap kopi dengan cepat, matanya menatap tajam kepada Dodit. “Pulang ke Bandung, setelah itu apa yang Mas lakukan?”
Dodit selesai membagikan kopi pada semua karyawan, dia berdiri tegap, menelengkan kepala, berpikir sejenak. Semua orang menaruh perhatian sepenuhnya kepada lelaki itu.
“Mungkin mengambil libur sebentar, saya butuh refreshing. Kerja keras membuat saya butuh banyak hiburan,” utaranya dan menyinggungkan senyum.
“Emangnya, Mas suka pergi ke mana?” Meilisa bertanya, hidungnya tersumbat dan membuatnya suara menjadi sengau. “Kalau liburan sukanya pergi ke gunung atau laut?”
Dodit menarik kursi dan duduk, ruangan HRD berbentuk persegi panjang, meja-meja berbenturan membentuk huruf U, hanya ada satu jalan dan Dodit memblokirnya dengan duduk di tengah.
“Saya suka semuanya. Tapi karena sebentar lagi saya bekerja sebagai ABK, mungkin saya akan memilih berlibur ke gunung.” Dodit memberikan pilihan setelah berpikir keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terbaik Nadia [End]
Spiritual"Kamu membuatku hanya memiliki satu pilihan. Melepaskan kamu, itu yang bisa aku lakukan." - Nadia Humaira Nadia Humaira adalah perempuan yang terobsesi dengan penyempurnaan diri. Dia tidak mempercayai cinta walaupun umurnya sudah siap untuk menikah...