Khawatir

6 2 0
                                    

Malam berikutnya aku kembali diganggu oleh suara bising dari luar kamar. (tunggu! ini genre nya gak jadi horor kok^^)

"Hish, apa lagi ini?" ucapku setelah mendengar 5 kali suara bising.
Aku membuka jendela ku dan berteriak. "Woy! Siapa sii" ucapku.
"Hah udahlah" aku pasrah dan turun ke bawah untuk makan.

"Ma, tadi denger suara batu kerikil nabrak kaca?" tanyaku.
"Hahaha, gak lah, udahlah nih makan" ucap Mama seraya memberikan ramen kesukaanku.

"apa aku coba cerita ke Mama?" gumamku dalam hati.
"Mamaa" aku memanggil Mama yg sedang makan.
"Apa lagi Elena!?" Mama agak kesal karena sifatku (hehe) .
"Ini loh, pas aku lagi test di sekolah, kan aku gak bawa penghapus tuh, nah tiba tiba ada yang pinjemin, tapi semenjak itu aku sering denger suara aneh dari luar jendela" ucapku panjang lebar.

"Apakah kamu membawa barang nya kerumah?" tanya Mama.
"Ya".
"Mana sini Mama lihat" ucap Mama.
Akupun mencari penghapus yang diberikan oleh laki laki waktu itu dan memberikan nya ke Mama.

KRAK.
"Loh? Kok penghapus nya seperti ini?!" tanyaku kaget setelah Mama memukul penghapus itu dan penghapus itu pecah, didalamnya terdapat mesin mesin, aku juga tidak tau apa itu(?).

"Elena! Ayo kita cari anak yang memberimu ini!" ucap Mama tak tenang.
"Ada apa Ma? Kenapa!" tanyaku.
"Penghapus ini alat pelacak nak! Ini sangat berbahaya! Lokasi kita sudah dia acak!" teriak Mama.

Aku dan Mama pun segera ke kantor polisi dekat rumah, tapi ketika keluar rumah ada seseorang menghalangi dan sepertinya itu orang jahat yang melacak lokasi kami.

Untungnya aku bisa berkelahi karena berpengalaman.

"Biar aku Ma!" ucapku memindahkan Mama ke belakang tubuhku.
BUAK! Orang itu memukulku duluan dan akupun menjatuhkan tubuhnya dengan kakiku, setelah itu aku menindih tubuhnya dengan kakiku.

"Gampang sekali mengalahkan orang ini?!"

"Akh lepaskan aku sialan!" ucapnya, dia memakai topeng yang menutupi wajahnya sehingga aku tak tau siapa dia.
"Beri-" ucapanku terpotong.
"Lepaskan aku!" ucapnya lagi.
"TUTUP MULUTMU DAN DENGARKAN AKU DULU!" ucapku kesal.
"Ba-baik" ucapnya.

"Apakah kau yang memberiku penghapus dan melacak lokasiku?" ucapku melotot.
"Ti-tidak" dia terbata bata.
"Lalu siapa!!" teriakku sambil melepaskan kaki ku dari tubuhnya dan mengangkat kerah baju nya. (anjai).
"Aku h-hanya ditugaskan untuk mengalihkan perhatian" ucapnya

"Mengalihkan perhatian?" tanyaku dalam hati.
Aku menengok ke belakang dan mendapati Mama sudah tidak ada di belakangku.

"Ck, sialan" aku melepaskan kerah orang itu.
"Dimana Mama ku!" tanyaku kepada orang itu.
"A-aku tidak akan beritahu!" ucapnya yakin.
Aku mengepalkan tanganku dan dia langsung menunjukan tempatnya dan lari terbirit-birit.

Tempatnya adalah gang kecil dan gelap, apalagi sekarang kan malam hari.
Aku melihat Mama ku sedang diikat di kursi, dan akupun langsung berlari menuju Mama sambil melepaskan ikatannya.
"Mama.. Aku sangat khawatir huhu" ucapku hampir menangis.
"Mama tidak apa apa, Ah Elena dibelakangmu!" ucap Mama.
Ternyata ada orang yang memberiku penghapus akan memukulku, tapi sudah kutangkis.

"MAU APA KAU?!" teriakku kepada orang itu.
"Heh Elena~Kau tidak ingat aku? ~" ucapnya sambil memegang daguku (ewh).
"BAJINGAN MANA YANG BERANI MEMEGANG DAGUKU!" ucapku dan langsung memukulnya.
Tapi dia berhasil memegang tanganku.
Tapi aku bisa memukul dia keras keras lalu

Bersambung

Best Friend 'Ω'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang