Seminggu kemudian...
Elina berdiri di depan cermin kamarnya untuk melihat style seragam putih abu-abu dan sepatunya yang ia kenakan sudah rapih atau belum. Dirasa sudah rapih, Elina segera mengambil tasnya dan juga ponselnya untuk disimpan di saku roknya lalu keluar kamar menuju ruang makan yang sudah ada penghuni, siapa lagi kalau bukan kedua orang tuanya?
"Selamat pagi semuanyaaa," sapa Elina setelah sampai di ruang makan lalu mencium kedua pipi ibunya dan ayahnya. Setelah itu, duduk di salah satu kursi.
"Pagi juga, sayang," sapa mereka berbarengan.
"Sarapan dulu, ini roti kamu udah ibu selaiin," kata Ibu Dita sambil memberi piring kecil berisi roti selai dihadapan Elina.
"Makasih, bu." Dibalas anggukkan dan senyuman oleh Ibu Dita.
Mereka bertiga sarapan diselimuti keheningan.
"Ayah," panggil Elina kepada Elno, Ayah Elina di sela-sela sarapan.
Merasa dipanggil anaknya, Ayah Elno segera menguyah rotinya. "Kenapa, sayang?" jawabnya setelah selesai menguyah.
"Elina masih nggak boleh nyetir mobil sendiri?"
"Nggak, nggak boleh! Belum cukup umur!" yang menjawab malah ibunya, bukan ayahnya, membuat Elina berdecak kesal.
"Ibu, Elina nanya ke ayah bukan ke ibu," jawab Elina berusaha sabar.
"Ibu mewakili jawaban ayah."
Elina hanya menatap ibunya sebentar tanpa menjawab lalu menatap ayahnya. "Yah? Gimana?"
"Umur kamu berapa?" bukannya membalas, Ayah Elno malah bertanya.
"Enam belas."
"Satu tahun lagi." Ayah Elno mengingatkan anaknya lalu makan roti kembali.
"Ayah mah gitu. Teman Elina aja udah bawa motor bahkan mobil sendiri tanpa dianter jemput sama sopirnya atau orang tuanya," jawab Elina sambil mencemberutkan bibir.
"Makanya cari pacar," ujar Ibu Dita tiba-tiba.
Elina yang mendengar perkataan ibunya hanya melirik tajam dan dibalas juga dengan lirikan tajam. Anak sama ibu sikapnya benar-benar sama!
"Teman kamu yang udah bawa kendaraan sendiri udah umur tujuh belas bahkan lebih, sayang. Kamu kan masih enam belas. Sabar tinggal beberapa bulan lagi kamu ultah. Mau dirayain ulang tahun yang ke sweet seventeennya?" Ayah Elno berusaha membujuk anaknya agar tidak ngambek lagi. Elina kalau sama keluarganya memang manja banget, apalagi sama ayahnya.
Sifat dan sikap Elina di rumah berbeda 100% dengan di sekolah. Di rumah dia sangat manja dan tidak dingin terhadap keluarganya, kalau di sekolah? Dingin pakai banget! Sebenarnya, saat Elina duduk di bangku SD dan SMP, sifat dan sikap dia sama persis dengan di rumah, tapi kenapa saat menginjak SMA dirinya sangat dingin?
"Ayah! Jangan terlalu manjain anak kita!" ucap Ibu Dita dengan nada tinggi sambil memukul lengan suaminya.
"Bukan manjain, bu. Ini kan sweet seventeen birthday Elina, hari spesial Elina, masa nggak dirayain? Temen-temennya aja dirayain," jawab Ayah Elno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Murid Baru
Teen Fiction[Update sesuai mood dan follow sebelum membaca] 🚫 Cerita ini mengandung kata-kata kasar 🚫 Murid baru itu... membuat kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat. Murid baru itu... membuat dirinya mengingat dan trauma kembali dengan masa lalu...