" I-iya aku—"
"Na Jena." sela Mark yang udah tau nama Jena.
"E-iya itu maksud aku." jawab Jena gugup.
"Gausah gugup. Santai aja, duduk disana aja yuk!" Mark menarik tangan Jena menuju meja paling pojok dekat jendela.
Mark lebih duluan duduk. Jena akhirnya membuka buku yang ia bawa untuk mengalihkan pandangannya dari Mark.
Namun alih-alih membaca, Jena malah kehilangan konsentrasinya karna sedari tadi Mark menatapnya.
Jena menatap dirinya, mencari apa yang salah dari dirinya. Gak ada yang salah kok.
"Kenapa kamu ngeliatin aku terus?"
"Lu cantik." ucap Mark pelan.
Jena menatap Mark bingung.
"Ah enggak enggak. Lu kenapa suka baca buku tentang musik?" tanya Mark mengalihkan pembicaraan.
"Hm aku lahir di keluarga pecinta musik sih. Orang tuaku dulu musisi. Dulu mereka suka ngajarin aku main piano. Jadi sekarang malah keikutan mereka suka musik. Kalo kamu?"
Mark menangkup wajahnya di tangannya sambil menatap Jena,
"Kalo gue sih emang bakatnya di musik. Lumayan banyak instrumen yang gue bisa mainin. Makanya sekarang gue jadi anggota band."
"Wah kamu hebat ya!" puji Jena dengan matanya yang berbinar.
Mark tertawa keras. Untung saja di perpustakaan hanya ada mereka berdua. Membuat ia bisa tertawa lancar jaya.
Saat Mark asik tertawa, Jena malah merenggut melihat Mark menertawakan dirinya,
"Ihh kok malah ngetawain."
"Sorry soalnya muka lu lucu banget. Sebagai ganti permintaan maaf, gue bisa kok ajarin piano ke lo kalo mau."
"Serius?" Mark mengangguk sebagai jawaban.
Bel berbunyi menandakan bahwa pelajaran telah berganti. Jena sedikit kaget kalau ternyata dirinya telah lama berada di perpustakaan bersama Mark. Dia berniat keluar untuk memasuki pelajaran selanjutnya.
Saat bersiap meninggalkan perpustakaan, Mark malah memegang tangannya. Jena kemudian memutar tubuhnya dengan tangannya yang masih dipegang oleh Mark.
"Kenapa?"
"Ehh lu kelas berapa?"
"Kelas 12. Kok masih nanya?"
"Maksudnya kelasnya dimana?"
"Kelas 12-A."
Mark mengangguk sambil tersenyum, "Oh kalo gue kelas 12-C. Makasih deh atas waktu lo."
Jena tersenyum manis ia kemudian berlari meninggalkan Mark sambil melambaikan tangannya.
Tok tok tok
Mark sigap melihat jendela yang berada di sampingnya yang ia kira guru yang sedang berkeliling,
"Permisi!"
Sialan. Haechan ternyata.
[ツ]
Tatapan Mark terus berada di Haechan. Bahkan makanannya pun tidak disentuh sama sekali. Hanya Haechan yang dari tadi makan.
"Kok lo ngeliatin gue? Iri sama kegantengan gue?" tanya Haechan dengan pede.
"Najis anjir. Lo napa ngajak gue ke kantin bukannya belajar malah males-malesan." Mark balik nanya.
Haechan hanya mengedikkan bahunya. Ia memberikan hpnya kepada Mark, membuat Mark bingung,
"Ngaca dulu deh. Biar sadar."
"Bangke lo!"
Haechan terkekeh lalu kembali melanjutkan makannya,
"Tadi Jena ngomong apa?"
"Hmm cuma ngomong kelas 12-A." jawab Mark bohong.
"Weh makaseh my bro!" Haechan menepuk bahu Mark pelan,
"Hari ini latihan lagi ya. Bentar lagi soalnya." lanjut Haechan
"Ngeband?"
"Nari saman. Ya menurut lo sih?!"
"Hehe, iya iya."
[ツ]
Pulang sekolah telah tiba. Mark dan Haechan kini berada di ruang musik sekolahnya. Mereka sedang bersiap untuk latihan keras. Gatau dah buat apa.
"Yang lain kemana?" tanya Haechan kepada Mark.
"Sibuk. Baru tau mereka bisa sibuk."
"Berarti cuma berdua nih?"
Mark mengangguk.
"Yudah mulai yuk."
Suara gitar dan nyanyian Haechan menggema di ruangan musik. Mereka berusaha sebagus mungkin saat tampil di depan panggung. Sampai gak kerasa sudah 2 jam mereka latihan.
Mark menaruh gitarnya di samping. Lalu mengambil botol air mineral yang dipengang oleh Haechan.
"Njir capek amat gue." keluh Haechan.
Haechan bersandar untuk beristirahat. Namun sekilas ia melihat seseorang yang ia kenal sedang melewati ruang musik.
"Jena!"
Jena menengok ke arah dalam ruang musik lalu tertuju ke Mark. Sama seperti Jena, Mark juga menengok ke arah Jena. Haechan menarik tangan Jena supaya masuk ke dalam.
"Wah piano!" seru Jena saat pertama kali masuk ruang musik.
"Mau gue ajarin?"
Jena mengangguk semangat. Haechan yang melihatnya gemas. Ia mengelus rambut Jena, membuat Jena cemberut.
Jena kemudian duduk di atas kursi, sedangkan Haechan berdiri untuk mengajari Jena. Perlahan mereka mulai bermain piano melupakan Mark yang masih bersama mereka.
Emang Jena sedang bermain piano dengan Haechan, namun tatapannya malah ke Mark. Udah gitu Marknya malah bales natep. Kan Jena salting.
Mark terus menatap kegiatan Haechan dan Jena. Hingga tiba-tiba tangan Haechan memegang tangan Jena untuk menekan tuts tuts piano. Membuat Mark yang melihat merasa panas tanpa alasan.
Brak
Mark melempar kasar botol air mineralnya yang sudah kosong. Ia kemudian mengambil tasnya lalu keluar dari ruangan,
"Gue pulang!"
Dan pintu ruangan ditutup dengan keras oleh Mark.
Vomment uhuy💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry | Mark Lee
FanfictionKalo perbedaan diciptakan untuk saling melengkapi, kenapa kita yang memiliki perbedaan gak bisa? With: chyunskk -2020