Part 3

3 0 0
                                    

Dua tahun tepat saya mengenal Shel. Banyak juga aku mengetahui mengenai dirinya. Dimulai saat bulan puasa dan hampir setiap harinya saya bantu membelikan makanan halal untuk Shel dan datang ke apartemennya. Itu, sedikit modus untuk saya. Tanpa saya sangka, ia membalasnya dengan sekotak kue sebagai ucapan terima kasih.

Lalu, dia yang menunggu saya selesai beribadah di gereja agar bisa mengerjakan tugas bersama-sama. Saya juga sering berjalan bersamanya mengenalkan tentang Inggris. Tanpa ada kontak fisik sedikitpun, dan saya senang. Saya tidak sebahagia ini, walau terdapat kontak fisik saat saya memiliki kekasih dulu. Bahkan perasaan yang sebenarnya saja tidak tulus.

Tidak terasa tahun depan saya dan Shel akan lulus menjadi sarjana dan akan segera berhadapan dengan tugas akhir. Saya sedikit kewalahan, apalagi harus bekerja part-time juga untuk menambah pemasukan. Walaupun, transfer per bulan dari bunda memang sudah cukup, tetap saja saya juga ingin mencoba pengalaman bekerja.

Tidak seperti saya, Shel tampak tenang. Pengaturan waktunya sangat baik dibandingkan saya. Memang sangat jauh perbedaan mana yang hidup teratur dan tidak.

..., dan hari ini saya belum bertemu dengan Shel. Apa sih, baru juga kemarin bertemu. Walaupun hanya bertegur sapa.

Saya menelungkupkan kepala di atas meja. Merasa malas untuk bekerja saat ini. Melihat saat ini, saya sudah melepas anting dan kembali mewarnai rambut menjadi hitam alami. Apa pendapat Shel sekarang dengan penampilan lama saya yang biasa ini?

Max yang sejak tadi melayani pengunjung cafe, berteriak memanggil saya.

"Bri! Cepet kerja kalau gamau Mister Albert datang."

Saya sedikit kesal karena Max menyebut Mr.Albert. Dengan setengah niat saya berdiri di samping Max. Lebih mengusik lagi saat dia menerawang saya.

"Baru nyadar gue, lo ganti penampilan. Bosen ditempelin cewek, Bri?"

Saya hanya bergumam membalasnya. Padahal apa yang dia tahu, saya selalu berusaha agar tidak kontak fisik dengan lawan jenis.., dan itu sangat susah di sini. Kalau boleh sedikit menambahkan, Max asli orang Inggris. Hanya saja ia pernah tinggal di Indonesia dan tahu bahasa gaul.

Ketika Max ingin bertanya lagi, dua orang pengunjung datang dan memesan. Saya lega, setidaknya agar tidak menjawab pertanyaan Max yang sudah saya terka apa yang akan ia tanyakan.

•••

(not) PLATONICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang