Wajahnya pucat, bibirnya pecah dan mengeluarkan banyak darah. Saat ku panggil sama sekali tidak ada respond yang menunjukan kalau dia tau keberadaanku. "Lira?"
Begitu ku angkat tubuhnya, tak pernah ku pikir dia bisa jadi seputih ini.
"Sayang, kamu bisa dengar papi? Sadarlah sayang!" Ucapku sambil terus menyadarkan Lira.
"Sayangnya mami, bangun nak, bangun ayo kita pulang ya sayang?" Ucap Quinziiy dengan bibir yang bergetar dan wajah lingungnya.
Quinziiy mengambil Lira dari pelukanku, dengan perlahan dia membawa Lira masuk ke dalam mobil bersama Fabion. "Sebaiknya kau selesaikan masalahmu, sebelum pistol ini menghamburkan isi kepalanya." Ucap Quinziiy dengan wajah datarnya.
"Aku akan ke rumah sakit, sebaiknya kau cepat Dave." Tambahnya.
Aku berjalan kearah Stella, setan sudah menumpuk di kepalaku saat ini. Merobek, mencincang dan membuatnya menderita adalah hal yang sangat ingin aku lakukan saat ini.
Aku membisikan sesuatu di telinganya, dan kelihatannya kedekatan saat berbisik membuat Stella salah paham. "Ke sini sayang, bukan kah kau ingin memeluk ku?" Ucapnya.
"Sebaiknya kau tutup mulutmu dan berdoa agar apa yang akan kau hadapi kedepannya tidak akan terlalu menyiksamu." Ucapku di telinga jalang ini.
"Bawa dia." Perintahku
Dengan borgol yang terpasang di tangannya dia masih saja meronta dan meminta perhatianku. "Kau tidak bisa melakukan ini Dave, aku mencintaimu!"
"Berikan ia padaku." Suara yang sangat familiar, begitu berbalik ternyata ada Lucia di belakang ku.
"Mama?" Ucapku
Wajah datar sambil menatap Stella dengan tatapan mata yang sangat ingin menyiksanya, aku tau tatapan marah ini tidak akan ada ampun. "Tolong bawa dia ke kediaman saya. Mama minta sama kamu izinkan mama membawanya Dave. Kamu mau kan?" Tanya Lucia padaku.
"Dengan senang hati ma, tapi Dave mohon sama mama, jangan terlalu di persingkat." Ucapku sambil tersenyum sinis.
Lucia mengangguk dan membawa Stella ke dalam mobil yang terpisah darinya.
-*-*-*-*-
"Dia koma." Raut wajah bingung dan kacau terpampang nyata di wajah Quinziiy, dokter mengatakan sesuatu yang tiba tiba saja menghancurkan dunianya dalam sekejap. Quinziiy mencoba berfikir jerni dan menarik nafas.
"Apa dia akan baik baik saja?" Tanya dia dengan nada suara yang sangat lemah.
Dokter memasang muka datar dan diam beberapa detik. "Mrs. Orviller saya rasa anda butuh istirahat terlebih dahulu. Kami menyediakan ruangan untuk anda beristirahat sejenak."
"Ku mohon katakan dengan jujur dokter. Anak ku, apa dia akan baik baik saja?" Sambil menetekan air mata.
"Mungkin kesempatan hidup hanya sampai di angka 28%, mengingat benturan keras, paru parunya yang terisi penuh dengan air dan beberapa cedera lainnya yang membuatnya hampir mati otak." Dokter itu menghela nafas dan menerangkan beberapa pengertian yang mudah untuk di pahami oleh Quinziiy.
Kakinya sangat lemas dan hanya di pegangi oleh beberapa perawat di sana.
"Quinziiy." Panggil Fabion
Dia memegang Quinziiy dan menduduk kan nya di sofa yang tak jauh dari situ. Dia memberikan sebotol air pada Quinziiy dan mengajaknya berbicara beberapa kata. "Hey, liat kaka Quinziiy." Ucap Fabion sambil memalingkan wajah Quinziiy kepadanya. "Lira akan baik baik saja, dia anak yang kuat terlebih lagi dia lahir dari ibu yang kuat sepertimu bukan?" Ucap Fabion.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Beautiful Revenge For Quinziiy
RomantikHidup Dave hancur karena keluarga Geraldy yang ingin menjadikan ia sebagai penerus perusahaan Geraldy NY Company. Tapi bagaimana kalau saat itu ia masih berada di dalam kandungan? Lucia Geraldy yang ingin sekali memiliki keturunan ternyata mempunyai...