Tungga Dewi Nanda Putri, orang terdekat biasa memanggilku Nada. Aku mahasiswi semester 4 Pendidikan Sejarah di salah satu Universitas swasta di Jawa Timur. Aku tinggal di kota yang yang cukup damai, cantik, sejuk, dan banyak yang menjuluki kota ini sebagai Kota Pendidikan karena baaanyak sekali terdapat perguruan tinggi disini. Membuat kota ini ramai oleh Mahasiswa pendatang dari berbagai daerah. Dan selalu dirindukan oleh mereka para mahasiswa yang telah alumni dan meninggalkan kota ini. Segalanya bisa menjadi istimewa, karena kota ini memang istimewa.
Betapapun cantiknya kota indah ini, aku masih mengenal kata jenuh. Sebuah rasa yang sangat wajar di alami manusia, apalagi manusia baru dewasa seperti aku ini. Tiga bulan lagi aku akan berpartisipasi mengikuti pameran lukisan dalam rangka diesnatalis program studi pendidikan sejarah, namun saat ini tak seberapa banyak lukisan yang dapat aku buat. Pikiran kalut tugas akhir semester selalu saja merampas konsentrasiku. Aku tak cukup cerdik untuk membagi fokus pada dua pihak, ujian dan lukisan.
Belum lagi kekalutan hati dan pikiranku karena Mas Andri, kekasihku. Pada situasi seperti ini, banyak kutaruh harapan pada dia untuk sekedar membuatku merasa tenang. Tidak seperti kekasih yang selama ini aku tahu dari kehidupan teman ataupun dari sinetron di televisi, Mas Andri sangat cuek dan datar. Tak pernah ingin tahu segala masalah yang sedang membebaniku, dan begitupun sebaliknya, dia tak pernah suka aku mencampuri urusannya. Segala keluhanku tak pernah terbalaskan dengan happy ending, dia tak pandai merangkai kata untuk menenangkan hati wanita. Aaaaaaaaah entahlah, sejujurnya aku tak lagi mampu menjalani hubungan aneh ini. Tapi entah mengapa berkali-kali aku berniat untuk putus dengannya, dia selalu berhasil meyakini bahwa kami memang seharusnya bersama. Meyakini di balik sikap cueknya itu tersimpan rasa yang begitu indah yang dia sebut “Cinta”. Sejujurnya aku muak dengan pembahasan itu.
Kalut malut hati dan pikiranku sudah tak sanggup lagi aku tahlukkan dengan baik. Aku pikir, butuh sedikit penyegaran sebagai reward untuk diriku sendiri pasca ujian semester yang sempat membuatku demam selama tiga hari karena sistem kebut belajar plus mengerjakan tugas akhir semester yang jumlahnya kurasa sudah tidak manusiawi. Belum lagi sikap mas Andri yang sangat menguras hati.
“ Huuuuuuffft, sepertinya pulang ke rumah Mbah enak nih. Liburan cukup panjang, kalo kerumah Mbah kan bisa irit biaya. Aku juga bisa nyari inspirasi melukis disana “, pikirku di tengah kesuntukan ini. Aku yakin, keputusanku liburan dirumah Mbah pasti disetujui Mama Papa, tak perlu memikirkan alasan untuk dapat ijin. Dan benar saja, tak perlu banyak kata untuk mendapatkan ijin Mama Papa.Memang cukup mendadak, keesokan harinya aku sudah berangkat menuju kota kecil dimana Simbah tinggal. Papa menyarankan aku naik kereta api agar lebih aman dan nyaman, disamping harga tiketnya yang jauh lebih murah. Kereta api Dhoho penataran tujuan stasiun besar Kediri tiba pukul 11.00 hari itu. Semangatku yang tak terbendung membuatku mencari jadwal kereta paling awal. Tak banyak perlengkapan yang kubawa, cukup terorganisir dengan baik di dalam sebuah tas ransel merah maroon dan tas kecil selempang cokelat tua saja. Dan Simbah berpesan pada Mama,
“ Ora usah digawangi opo-opo, mesakne Nada mengko kabotan ( tidak usah dibawakan apa-apa, kasihan nanti Nada keberatan ) “. Aaaaaaaaah Simbah memang selalu mengerti cucu kesayangannya.Kursi E12, tempat yang cukup nyaman. Berada tepat di pinggir jendela, dan tidak tepat berhadapan dengan AC. Kebayang dong gimana dinginnya kalau berada tepat dihadapan hembusan AC, jujur aku tidak kuat menahan dinginnya hembusan AC dengan waktu yang lama. Aaaaaaah benar-benar posisi ini sangat memihak padaku hari ini. Aku berlindung di balik jaket hitam dan hanya ditemani sebotol air mineral.
Kupandangi layar smartphone ku berkali-kali, tak ada satupun pesan dari Mas Andri kudapati. Memang aku memilih untuk diam, tidak pamit kalau aku akan pergi berlibur ke Kediri. Suasana hatiku sedang tak nyaman oleh hubunganku dengannya. Aku terdiam, logikaku sedang bertarung dengan hatiku. Mereka berdua saling menyalahkan. Sang hati mencoba menenangkan kebencian yang kini merajai ragaku, namun sang logika berjuang untuk mengajakku keluar dari per'bucin'an ini. Mari kita simak perdebatan sengit antara Sang Hati dan Sang Logika.
“ Nada... Sifatnya memang acuh, tapi dia selalu berjuang untuk membuat kamu bahagia. Menyediakan apapun yang kamu butuhkan. Sadari sifat manusia itu berbeda. Dia setia, tampan, dan pekerja keras. Andri orang yang Sholeh “. Hatiku menenangkan emosi yang saat itu sedang membara.
Namun logika berkata lain, “Nada... kamu jangan bodoh. Cinta tidak sebanding dengan materi. Jangan biarkan kebahagiaanmu hanya di hargai dengan materi “.
Sang hati mencoba mematahkan pendapat logika “ Nada... Sifat dingin bukan berarti tak sayang. Ingat semua pengorbanan Andri selama 3 tahun lebih untuk kamu. Dan dia tak pernah menuntut apapun darimu “.
Logikaku meninggikan nada bicaranya, “ Nada... apa arti posisi Andri untuk kamu saat ini? Kamu sedih, kamu banyak masalah, bahkan kamu sakit, Andri tak peduli “.
Sang Hati tak rela mengalah, “ Dia sibuk kerja Nada, bukannya tak peduli. Ingat, dia berada dalam posisi jabatan yang baik. Dia kerja untuk masa depanmu juga “.
Logika masih pada pendiriannya, “ Nada... Apa kamu siap hidup dengan lelaki yang tak pernah menganggapmu ada untuk selamanya? “.
“ Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa “, sungguh aku tak sadar dengan teriakan ringanku ini sembari mengacak-acak rambut lurus sebahuku. Memang tak seberapa kencang, tapi sukses membuat penumpang di sekitarku mengarahkan perhatian kepadaku. Dan dengan gaya sok cuek, aku abaikan seakan tidak terjadi apa-apa. Aaaaaaaaah pertarungan antara Hati dan Logika ini membuatku semakin tak karuan. Kuteguk air mineral yang sedari tadi aku genggam, aku coba tenangkan diri dengan memandangi hamparan sawah di balik jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBELUM SENJA
RomanceSebuah situs kuno bersejarah yang baru ditemukan di sebuah desa tak sengaja mempertemukan Nada dan Arya. Banyak pesan tersembunyi yang ingin Arya sampaikan pada Nada, dan memninta Nada menyelesaikan satu misi. Beberapa pertemuan membuat Nada jatuh c...