Sunyi

20 5 2
                                    

Ren telah sampai ketempat ia meninggalkan mobilnya kemarin, kemudian disusul oleh Hideyoshi dan Nami yang langsung masuk ke dalam mobil.
"Kenapa kau pergi begitu saja?"protes Nami dengan wajah cemberutnya.
Ren hanya terdiam, seperti tak ada niatan untuk menjawab pertanyaan Nami kali ini, bukan, bahkan setiap pertanyaan sepertinya dia malas untuk menjawabnya, tapi berbeda kali ini, wajahnya sangat murung.
"Bukankah kau adalah seorang Touch yang hebat,"
Mobil pun di jalankan, Hideyoshi hanya terdiam tak ingin ikut bersuara, karena ia sangat tahu apa yang sedang di pikirkan oleh sahabatnya.
"Lihat saja dulu saat pertama kali kita bertemu, kau bisa mengobati pemuda yang sebelumnya sudah tak sadarkan diri, bukan?"lanjut Nami.
Nami berkomentar menatap Ren sambil sesekali melirik ke arah Hideyoshi yang terus mendukungnya dari belakang, memberinya semangat untuk meredakan kembali emosi yang kini sedang memenuhi otak Ren.
"Guru Chenn pun orang yang baik, dia bisa mengetahui kelebihan...,"ia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, ketika ia sadar bahwa Ren tiba-tiba menoleh menatapnya tajam.
Nami melirik ke arah Hideyoshi yang kini malah menepuk jidatnya tanda ada suatu kesalahan yang terjadi, ini bukan bertanda baik buat Nami, seharusnya ia tak menyebut dulu nama guru Chen, karena sepertinya nama itulah yang sedang mengacaukan fikiran Ren.
Oh tidak, bagaimana ini, Nami memutar otaknya untuk mengalihkan tapi tatapan Ren benar-benar sudah menusuk jantungnya, kata sudah terlontar, tak bisa ia putar ulang, yang bisa ia lakukan hanya tersenyum, mungkin dengan tersenyum akan memulihkan keadaan.
"Hmm,"Nami memamerkan senyuman yang paling manis baginya kepada Ren berharap ia mempermasalahkan kalimat tadi.
Tapi tidak, Ren hanya berpaling dari nya, untuk fokus menatap kembali arah jalan yang sangat buruk karena terhambat oleh batu-batu kecil dijalan.
Mungkin seperti ini lebih baik, Nami bisa bernapas lega terlepas dari tatapan singa lapar yang seakan siap ingin menerkamnya,
"Kau tidak tau apa-apa tentang hidupku,"ucap Ren pelan.
Tapi seketika mampu menusuk lubuk hati Nami yang paling terdalam, jantungnya berdegup kencang, membuat pengaliran darahnya berhenti, tubuhnya membeku, lagi-lagi bukan karena cinta, inikah yang dinamakan cowok cool? Sensasinya sangat terasa berbeda.

***

🌃 malam yang sunyi, sesunyi hati Nami yang merasa berbeda saat ini, kini ia telah bisa duduk manis diatas kasur kecilnya yang hangat didalam kamar, bersama ketiga kawannya yang kini malah sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.
Tidak seperti malam kemarin yang ia harus berbaring di atas daun dengan rumah terpal berbentuk segitiga, tidak ada penutup, dengan angin malam yang menusuk, ditemani ribuan nyamuk yang setia menemaninya hingga ia terbangun.
Tiba-tiba terngiang olehnya satu cuplikan dimana ia melihat Ren dimalam hari dekat dengannya, "kak sadao??"pikirnya, berusaha mengingat kapan ia duduk bersisian dengan Ren sedekat itu, tapi sepertinya ingatannya tetap berhenti disaat Ren menyuruhnya tidur dan ia pergi mendekati api unggun membelakanginya.

"Apakah malam itu aku berbicara dengan kak sadao?"gumamnya berfikir.
Nami memutar otaknya mengingat hari sebelumnya, entah apa yang ia rasakan tapi mengingat masa-masa mereka dua hari semalam itu memberinya kesan kebahagiaan, Nami tersenyum, ia mengangkat telapak tangannya ke atas memperhatikan setiap garis tangan yang ia punya.
Ia tak menyangka, tangan yang selalu membuatnya merasa kesusahan ini ternyata adalah suatu kelebihan didalam hidupnya, Touch inilah alasannya mengapa ia harus memakai sarung tangan disaat berada di khalayak umum, karena Touch inilah yang membuat ia kehilangan ibunya saat ia masih kecil, di pasar, ia ingat, saat itu ia meninggalkan sarung tangannya, ia ingin kembali tapi ibu tak mengerti, hingga akhirnya ketika dia sudah berada di keramaian tangannya yang tak menggunakan pelapis pun dengan mudah menyentuh telapak tangan orang lain yang tak sengaja lewat didekatnya, sentuhan itu pun berkerja membaca seluruh isi otak orang tersebut, hingga tanpa sadar pikiran Nami terfokus pada objek yang dipikirkan orang tersebut, kemudian mengikuti alurnya, hingga ia meninggalkan ibunya, dan jatuh ditengah keramaian, berpuluh-puluh tangan menyentuhnya, membuat ia kebingungan dan terus berjalan jauh entah kemana, kini ia benar-benar kehilangan ibunya, diantara kerumunan manusia sebanyak ini, dimana ia bisa menemukan ibunya, menerjang badai keramaian itu adalah hal bodoh yang mungkin dapat ia coba.
Di umurnya yang masih 5 tahun kehilangan jejak ibu adalah hal yang terburuk yang pernah dirasakan Nami, ia menangis seorang diri dibawah pohon rindang, dengan daun yang lebar, jauh dari kerumunan manusia-manusia yang dapat menyentuhnya lagi, ia menangis sambil menyebut nama ibunya berharap ada yang melihatnya, hingga pada akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang ia sebut dengan gelar Superman.

Nami termenung sesaat,memikirkan kembali, kejadian 13 tahun lalu, disaat pertemuan itu bermula, lelaki itu menyentuh tangannya kemudian menemukan ibunya, menyentuh?? apakah lelaki itu juga salah satu dari Touch?

***

"Nami,"panggil Aya tersenyum padanya.
"Ada apa?"tanya Nami yang sangat lucu melihat expresi Aya seperti itu.
"Diluar ada kak Hideyoshi Gin, dia mencarimu,"lanjut Aya, dengan mata genitnya.
"Apa?"Nami terkejut mendengarnya, kenapa kak Hideyoshi mencarinya? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Atau masalah kak Sadao yang mungkin saja masih emosi padanya, segala macam kemungkinan kini bertengger di otaknya karena pangkalnya adalah kak Hideyoshi seorang yang populer dikampus ini, tak mungkin ia datang menemuinya kalau bukan karena ada hal penting yang mendesak.
"Apakah hari kemarin, saat kau tak pulang semalaman dan bolos di siangnya, karena kencan dengan kak Hideyoshi?"tanya Ayuko kemudian disusul gelak tawa Miki.
Lihatlah, kini wajah Nami berubah merah seperti kepiting rebus, tapi lagi-lagi bukan karena cinta, melainkan karena gemetar ketakutan.
"Huh,"Nami menghembuskan nafasnya pelan, berusaha tenang dalam situasi seperti ini, kak Hideyoshi telah menunggunya diluar, dia harus menemuinya untuk mengetahui pokok tujuannya datang menjemputnya.

***

"Kak Hideyoshi?"panggil Nami saat melihat Hideyoshi berdiri didepan ruang kelasnya, ia hanya sendiri, tak ada kak sadao, atau siapapun yang mungkin menemaninya, tak seperti biasanya.

***

Maaf ya guys,
Sahabat pembaca setiaku, yang kemarin dah nungguin, tapi malah gak muncul
Karena sekarang udah romadhon nih, jadi lemes dan males, apa update mya diganti 3 hari sekali aja yah?
Kasih komentar nya yah
Update tiap hari atau seminggu dua kali?

Salam sayang, penulis 😁.

TOUCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang