Hyungwon mengedarkan pandangannya meneliti setiap bagian kamar Kihyun. Keduanya berada dalam ruangan pribadi si mungil itu kini. Untuk menyelesaikan tugas yang beberapa hari ini membuat keduanya menghabiskan waktu bersama terutama di sekolah.
"Awas saja kalau kau berani berkomentar kalau kamarku tidak lebih besar dari kamar mandimu, maka aku akan menendangmu keluar." Hyungwon segera menoleh pada si pemilik kamar saat mendengar kalimat kasar bernada ancaman itu.
"Kau ini mahir membuat hipotesa buruk didalam kepalamu ya." Segera mendudukkan tubuhnya nyaman dilantai, Hyungwon berujar.
"Hipotesa buruk apa? Kau memang mau berkomentar seperti itu kan?" Kihyun menunjuk wajah tampan partnernya itu.
Hyungwon memilih tak menjawab. Si jangkung terlihat membuka tasnya untuk mengambil laptop yang dia simpan didalamnya.
"Kau punya meja?" Menatap si pemilik kamar, Hyungwon bertanya.
"Aku memang tidak memiliki kekayaan seperti yang kau miliki, tapi untuk sekedar meja aku masih punya." Berujar sarkas, Kihyun meninggalkan kamarnya kemudian.
"Apa yang salah dengannya? Kenapa dia selalu mangatakan sesuatu seolah-olah aku akan merendahkannya?" Gumam Hyungwon pada sosok Kihyun yang sudah tak ada lagi disana.
Menatap sesaat pintu kamar Kihyun, Hyungwon kembali mengedarkan pandangannya meneliti ruangan sederhana tersebut.
"Rapi dan hangat." Gumam Hyungwon seraya tersenyum.
Meluruskan kakinya, Hyungwon menikmati rasa nyaman didalam ruangan tersebut. Sebelum suara lenguhan seseorang juga benturan keras benda padat dipintu kamar itu mengagetkannya.
"Aku bantu." Cepat bangkit melihat Kihyun yang kesusahan membawa meja, Hyungwon terlihat menghampiri si mungil.
"Minggir!!! Aku bisa melakukannya sendiri." Hyungwon segera menarik tubuhnya menjauh, membiarkan Kihyun membawa meja itu masuk kedalam kamarnya.
Mematung didepan pintu kamar, Hyungwon menatap lekat Kihyun yang berusaha membawa meja masuk. Si mungil terlihat begitu kesulitan, membuat Hyungwon menatap khawatir pada sosoknya yang mulai terengah.
"Huuhhh..." Kihyun menarik nafas dalam karena berhasil meletakkan meja ditengah kamarnya. "Tuan muda sepertimu tak akan bisa melakukan hal melelahkan seperti ini bukan?" Memasang ekspresi bangga, Kihyun berujar dengan nafas memburu.
Hyungwon membawa matanya bertemu dengan netra simungil, kemudian menarik senyum simpul diwajah tampannya.
"Ya...kau benar, aku tak bisa melakukan hal melelahkan seperti ini." Hyungwon berujar seraya duduk dan meletakkan laptopnya diatas meja.
"Aku hanya tinggal duduk dan memberi perintah, maka semua yang kuinginkan akan dikerjakan oleh orang lain." Lanjut Hyungwon.
"Ya...seperti itulah tuan muda." Penuh sindiran, Kihyun membalas.
Kihyun duduk dihadapan Hyungwon kemudian. Disaat sang pria Chae mulai sibuk didepan laptopnya. Tak dihiraukannya Kihyun yang terus menatapnya. Hyungwon benar-benar fokus dengan tugasnya sehingga tak menyadari Kihyun yang masih mengembangkan senyum penuh kebanggaan.
°•°•°•°
Wajah Kihyun memerah. Suara berisik kedua orang tuanya, juga sang bibi yang kebetulan berkunjung membuat suasana meja makan mereka begitu riuh. Melihat Hyungwon yang terus memperhatikan semua keluarganya, membuat Kihyun merasa malu. Si mungil merasa suasana itu mengusik acara makan malam sang tuan muda.
"Tidakkah kita bisa makan dengan tenang, ada temanku disini. Jadi berhenti membuat keributan di meja makan." Keluh Kihyun akhirnya membuat semua yang berkumpul disana menatapnya.
"Memangnya kenapa? Temanmu saja tidak protes, jadi kenapa kau yang harus marah?" Sambut ibu Kihyun, menjadikan putranya menghela nafas frustasi.
"Omma...hanya makan dengan tenang dan elegan, tidakah bisa omma melakukannya." Dengan wajah memelas, Kihyun meminta.
"Kenapa omma harus melakukan itu?" Balas sang ibu membuat Kihyun memukul belakang lehernya.
"Omma...ada temanku disini, tolong jangan membuatku malu." Tak membuka lebar mulutnya, Kihyun berujar.
Sang ibu menatap Kihyun sesaat, kemudian segera melayangkan pandangannya pada Hyungwon.
"Apa kau merasa sikap kami dimeja makan memalukan?" Pertanyaan sang ibu disambut gelengan pelan Hyungwon. "Lihat....temanmu bahkan tak berpikir itu memalukan, kenapa kau justru malu huh?" Ibu Kihyun menunjuk wajah putranya dengan menggunakan sumpit yang dia pegang.
"Putramu itu memang terkadang sering berlebihan eonnie, abaikan saja." Ucapan sang bibi membuat Kihyun seketika merasa kesal.
"Imo.."
"Tampan...makanlah ini, aku membawanya dari busan. Ini masih sangat fresh saat kubawa, jadi rasanya pasti masih sangat enak." Sang bibi meletakkan kerang tumis buatan nyonya Yoo diatas mangkuk nasi Hyungwon.
"Gamsahamnida." Ucap Hyungwon sopan.
Segera Hyungwon menyendokkan makanan tersebut kedalam mulutnya. Membuat semua orang yang berkumpul disana tersenyum senang.
"Kau makan dengan baik, pantas saja kau tumbuh tinggi dan tampan." Pujian sang ayah membuat Kihyun mengarahkan pandangan pada tuan Yoo.
"Benar sekali...kalau saja putra kita tidak terlalu pemilih, dan mau makan sea food dia pasti tumbuh dengan tampan dan juga tinggi." Sambut nyonya Yoo menambah kekesalan Kihyun.
"Omma!!! Aku juga tampan, dan...tinggiku ini normal. Dia saja yang tumbuh terlalu berlebihan." Nyonya Yoo hanya memandang sesaat Kihyun karena kata-kata itu, sebelum kembali memandang Hyungwon seraya tersenyum.
"Makanlah yang banyak. Habiskan saja semua yang ada disini." Ujar nyonya Yoo.
Seketika mata Kihyun membulay penuh pada sang ibu karena ucapan itu.
"Lalu aku makan apa jika dia menghabiskan semuanya?" Sungut Kihyun membuat sang ibu balas menatapnya tajam.
"Kau makan saja apapun yang ada didapur!" Ucapan sang ibu seketika membungkam Kihyun, menjadikan simungil pada akhirnya memilih menghabiskan waktu makan malam dalam diam disaat keluarganya sibuk bersenda gurau dengan tamu yang dibawanya.
Menyentak kakinya kesal, Kihyun meninggalkan rumah diikuti Hyungwon setelah acara makan malama selesai. Setelah sebelumnya berpamitan pada keluarga Yoo, Hyungwon cepat mengayun langkah lebar mengikuti si mungil yang sudah lebih dulu meninggalkan kediaman sederhananya.
"Kau terlihat senang setelah berhasil merampas perhatian seluruh keluargaku." Ketus Kihyun saat mendengar suara langkah kaki Hyungwon yang kian mendekat padanya.
"Ya...kau benar, itu menyenangkan." Tak coba membantah, Hyungwon berujar.
Kihyun menatap sesaat sosok yang sudah ada disisinya. Kemudian nampak menghela nafas kasar, membuat Hyungwon memandangnya dengan tatapan bertanya.
"Tentu saja...tuan muda memang selalu mendapatkan apapun dengan mudah bukan." Kihyun menghentikan langkahnya, begitupun dengan Hyungwon.
Sesaat keduanya saling memandang dalam diam. Sebelum kemudian Kihyun kembali menarik nafas kasar.
"Lusa kita akan mengerjakan tugasnya dirumahmu, dan aku hanya akan mengantarmu sampai disini. Kau bisa melanjutkan perjalananmu sendiri." Kihyun segera berbalik dan beranjak meninggalkan Hyungwon, sehingga tak mendapati wajah keberatan yang terlihat samar dibawah penerangan lampu jalan.
"Tidakkah kita bisa menyelesaikannya dirumahmu saja?" Gumam pelan Hyungwon dibalas desau angin malam, karena sosok Kihyun sudah tak ada lagi dihadapannya saat Hyungwon mengucapkan hal itu.
°•°TBC°•°
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement🌻Haebaragi🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Akhir Sekolah | Buku 2 ✔
FanficHanya cerita pendek tentang kehidupan siswa di akhir sekolah. Story by Haebaragi. ⚠ When you decide to copy my work, at that moment you give up your talent⚠