I. Escaping from No-Eyebrow Witch

2K 161 38
                                    

Aula besar kastil Hogwarts memang selalu penuh saat jam makan. Seluruh murid duduk dengan bebas, memilih tempat yang mereka inginkan. Sayangnya Dazai Osamu tidak bisa melakukannya. Ia tengah kabur dari kejaran murid Hufflepuff yang mengaku sebagai penggemar berat. Syukur bila sosoknya adalah seorang gadis yang imut. Tapi mengingat ia hanya seorang remaja tanggung tak beralis, Dazai urung bersyukur.

Sekarang matanya dengan awas mencari tempat duduk yang tepat, jauh dari penggemarnya itu. Setelah ini akan diadakan pengumuman kontestan Triwizard, Dazai mungkin harus duduk di sisi meja yang ramai dan membuat anak Hufflepuff itu merasa tidak nyaman.

Triwizard adalah turnamen yang diadakan setiap beberapa tahun sekali, melibatkan tiga sekolah sihir. Dari masing-masing sekolah akan terpilih satu perwakilan. Pemilihan itu dilakukan dengan memasukkan kertas bertulis nama dalam cawan besar. Hanya anak berusia di atas 17 tahun yang boleh mendaftar.

Sepasang manik cokelat itu menemukannya, celah longgar di antara seseorang bersurai sinoper dan perak. Ia segera berhambur, menyambar kesempatan yang tidak akan datang dua kali ini.

"Permisi, aku boleh duduk di sini, kan?"

Tiga penghuni Gryffindor menoleh. Dazai bisa mengenali dengan syal merah-kuning di leher mereka. Ia sendiri mengenakan syal hijau--milik Slytherin. Kedua asrama ini mungkin tidak terkenal rukun, tapi Dazai tidak peduli. Ia ingin ketiga singa itu menyembunyikan keberadaan seekor ular penakut.

Lelaki bersurai perak yang dilihatnya tadi berucap di tengah keterdiaman mereka, "Duduklah. Kami terbuka pada orang baru."

Dazai bisa bernapas lega. "Syukurlah," balasnya seraya menyusup di tengah kelompok yang entah siapa itu. Ia tidak pernah benar-benar memperhatikan anggota asrama lain yang tidak memiliki urusan dengannya.

"Apa kau juga memasukkan namamu? Oh iya, tingkat berapa kau?"

"Empat," jawab Dazai singkat, "Seluruh penghuni Slytherin dipaksa memasukkan nama tapi aku berharap cawan itu tidak akan memilihku."

"Kenapa?" Kali ini sosok di sebelah kiri Dazai yang bertanya. Sejak tadi ia tampak tidak menyetujui keberadaan si brunette di tengah-tengah mereka.

"Mengamati sepertinya jauh lebih seru," sahutnya seraya mengambil gelas air yang belum tersentuh kemudian menenggaknya. Ia juga mengambil sepotong shepherd's pie dan menaruhnya di atas piring.

"Kalian berdua pasti memasukkan nama. Iya, kan, Shirase, Chuuya?" lontar seorang gadis bersurai merah muda yang duduk di hadapan Dazai. Ia tidak sadar ada seorang anggota Hufflepuff di meja ini.

"Tentu, Yuzu," sahut lelaki berambut perak, "Aku yakin kami berdua bisa lolos seleksi."

"Bukankah hanya ada satu murid yang akan mewakili Hogwarts? Tidak mungkin kalian berdua bisa mewakili sekolah," kritis Dazai tanpa sadar membuat atmosfer di sisi meja itu sedikit tegang.

"Maksud Shirase kalau salah satu dari kami akan lolos," sanggah sinoper di kiri Dazai, "Aku juga ikut senang jika bisa memberikan dukungan untuk Shirase kalau lolos."

"Menurutmu cawannya akan memilihku, Chuuya?"

"Kau pintar dan berani. Tidak ada alasan mengapa cawan itu tidak melemparkan namamu ke udara," jawab Chuuya sambil menatap jagung manis di hadapannya.

[√] a normal present | soukokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang