#1

323 36 14
                                    

Hai makasih yang udah mau mampir di cerita aku, jangan lupa voment.

"Gue bahkan rela menghabiskan semua
waktu gue cuma buat gangguin lu doang"



tertanda, Megan Andriana 27.09.20

"MARSS" teriak seorang gadis yang kini tengah berlari menuju ke arahnya dengan napas tersengal.

Siapa lagi kalau bukan Megan Andriana gadis yang tak ada henti hentinya mengusik kehidupan miliknya.

Kaki panjangnya kini berjalan dengan cepat, mengambil langkah lebih besar lagi agar gadis mungil itu tak bisa menyusul langkahnya.

"Mars" ucap gadis itu lagi.

"Apaan sih." jawab Mars.

Megan berlari menuju ke arahnya, kalau ia ikutan berlari pasti martabatnya akan jatuh. Mana ada seorang Mars berlari seperti anak kecil cuman karna di kejar oleh gadis brisik itu.

Megan mendorong badan Mars dari arah belakang, "Nyebelin banget sih" ucap Megan sambil mengatur napasnya.

"Lu bisa gak, sehari gak usah ngusik gue." ucap Mars dengan penuh penekanan.

Megan mengacak pinggangnya sambil berdiri di depan Mars, "Gak gue gak bisa."

"Lu itu..." ucap Mars membuat Megan penasaran.

"Ap-" ucap Megan terpotong.

"Minggir"

Megan membuang napasnya dengan kasar, ia menuju kantin untuk membeli sebuah air minum, tenggorokannya kini terasa kering. Setelah itu ia pergi menuju kelasnya.

                                    ***

Megan memasuki kelasnya dengan langkah gontai, Jeje yang melihat langsung menuju ke arah Megan."Dia bilangin lu berisik lagi?" tanya Jeje.

Megan hanya menghembuskan nafasnya secara kasar, lalu pergi meninggalkan Jeje.

"LU ITU KEBIASAAN TAU GA, GUE LAGI NGOMONG LU MALAH OERGI GITU AJA, KEBIASAAN LU ITU JELEK." teriak Jeje kepada Megan, Megan menatap Jeje sebentar lalu pergi meninggalkan kelas.

***

Megan melihat Mars menuju parkiran dengan langkah santainya. Megan menyusul dari arah belakang, ia menuju di mana tempat Mars memarkirkan motor besarnya, lalu ia berhenti.

"Apa gue ngomong sekarang aja kali ya, tapi ntar kalau dia nolak gue gimana ya? gak apa deh yang penting gue udah ngomong." Megan berlari menuju arah Mars.

"Mars gue mau ngomong sama lu" teriak Megan dari lorong saat melihat Mars menaiki motor besarnya.

Mars hanya pasrah, ia kembali membuka helm miliknya. "Cepat gue mau pulang"

"Lu mau gak temani gue, cari buku sebentar?" tanya Megan, sebenarnya ia takut kalau Mars akan menolak, namun bukan Megan namanya kalau ia tak nekat.

Mars memakai helmnya kembali lalu menaiki motor miliknya. Megan hanya pasrah, ia tau kalau Mars akan menolak ajakannya. Mars menatap Megan yang sedang melamun, "Naik."

Megan menoleh, "Hah? lu bilang apaan?"

Mars membuang nafasnya secara kasar, "Lu bilang mau cari buku kan?, cepat naik atau gue tinggal."

Megan tidak menyangka, ia pikir Mars menolak ajakan darinya. Ia memakai helm yang di sodorkan oleh Mars

"Mars lu suka baca buku ga?" tanya Megan.

"Lu suka buku yang genre apa?, romance? horor?." tanya Megan. Sebenarnya ia ingin menolak permintaan Megan cuman ia merasa kasihan.

"Kalau gue sukanya yang romance gitu, gak terlalu suka horor" oceh Megan.

"Gue gak suka baca." balas Mars

"Trus lu sukanya apa?, suka gue ya? hahaha" ucap Megan sambil terbahak, hampir saja ia terjungkal dari motor Mars

Mars meminggirkan motornya tepat di pinggir jalan, "Lu kalau brisik mau gue turunin di sini?" tanya Mars.

Megan menunduk diam, "Iya maaf gue diem." Mars kembali menjalankan motor miliknya, tak lama ia berhenti di sebuah toko buku yang terletak di kota besar.

Megan masuk di susul oleh Mars yang berada di belakang nya, ia mencari novel ber-genre romance yang kini sedang ramai di bicarakan. Setelah itu ia pergi menuju kasir untuk membayar, lalu ia pergi keluar

***

Motor Mars berhenti tepat di rumah besar bewarna putih yang terletak di sebuah komplek. "Makasih Mars udah mau temani gue"

Mars mengambil helm yang di berikan oleh Megan, "Gue pulang." ucap Mars singkat.

"Lu gak mau mampir dulu?" tanya Megan, saat ingin menjawab Mars mendapat panggilan telpon dari temannya.

"Sore ini kumpul di rumh Aidan, jangan sampai terlambat lu" ucap Sam.

"Hm, otw" ucap Mars sambil mematikan handphone miliknya.

Megan menatap kepergian Mars dengan bingung, ia berdiam sebentar menikmati angin yang lewat menusuk tubuhnya."Enak banget anginnya dingin, persis sifat Mars ke gue" ucap Megan, lalu ia kembali masuk ke dalam rumahnya.

                 Next part selanjutnya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang