Secangkir Kopi

38 6 20
                                    

Sinar Matahari menerobos masuk melewati jendela ruangan. Seorang gadis dengan wajah polos nya sedang terlelap. Masih bergelut dengan mimpinya.

Jam putih klasik di dinding menunjukkan pukul 08:15. Gadis itu tidak sadar kalau ia benar-benar sudah terlambat ke sekolah. Gadis itu tinggal sendiri. Orang tuanya sibuk dengan pekerjaan mereka. Dan sayangnya, gadis itu anak tunggal. Ia tidak memiliki teman disini. Hari-harinya sangat sepi. Ia begitu kesepian namun ia tidak ingin orang-orang menatapnya dengan penuh kasihan. Ia tidak suka dikasihani.

Gadis itu masih asik bermimpi. Raut wajah nya terlihat amat polos. Namun, tiba-tiba saja raut wajahnya berubah. Ia mengerutkan keningnya.
Lalu ia tersentak dari tidurnya.

"HAAAAAHHH!" Ia berteriak. Nafasnya terengah-engah seperti habis berlari keliling lapangan. Keringat bercucuran membasahi keningnya. Jantungnya berdegup amat kencang. Ia mencoba menenangkan debaran jantungnya, dengan minum air putih.

Kini keadaan tubuhnya mulai kembali normal.
Matanya kini tertuju ke arah jarum jam klasik yang tertempel di dinding kamarnya.

"Pukul 08:22"

Perasaan gadis itu kini mulai tidak enak. "Hari apa ya sekarang?" Ia bertanya pada dirinya sendiri. Jangan kan tanggal, hari pun ia tidak ingat.
Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas.

Hari senin tanggal 5 Januari.

"ASTAGA?! SEKARANG HARI SENIN?! YA AMPUN! INI KAN HARI PERTAMA MASUK SEKOLAH!" ia merutuki kebodohannya. Langsung saja gadis itu mandi secepat mungkin. Kemudian memakai seragam.
Untung saja seragam nya sudah disetrika rapi.

Ia menyisir rambut hitamnya yang kini sudah panjang sepunggung. Kemudian memasang jepit kecil untuk memperhias sedikit. Dan tak lupa memakai jam tangan kulit abu-abunya.

Lalu, gadis itu kedapur untuk membuat sarapan. Ia tinggal sendirian di sebuah apartemen kecil milik orang tuanya. Sebenarnya ia sudah ditawari agar ditemani bibi pengasuh, tapi gadis itu menolaknya dengan alasan ia ingin mandiri.

Tapi kini ia menyesal menolak tawaran itu. Sekarang ia sangat kesulitan dan hanya bisa pasrah.
"Sudahlah, untuk apa buru-buru? Toh, bakal dihukum juga datang jam segini. Mending nikmati saja." Ia kini mulai menenangkan dirinya.

Ia mulai memanggang roti tawar dengan olesan mentega. Tak lupa untuk membuat kopi. Seorang gadis pencinta kopi. Kopi jenis apapun, baik kopi hitam maupun kopi campuran.

Karena menurutnya kopi itu melambangkan tentang kehidupannya. Amat pahit.

Ia menekan tombol mesin pembuat kopinya. Dan hanya menunggu beberapa detik saja cangkir nya telah terisi kopi. Ia menambahkan sedikit susu. Lalu, "TING" disusul bunyi mesin pemanggang roti yang tandanya rotinya telah matang.

Ia menikmati sarapan nya di teras balkon apartemennya. Sembari menikmati hangatnya sinar matahari pagi dan suara lalu lalang kendaraan dibawah.

Ia menulis sesuatu dibuku kecilnya.
Hari ini tanggal, 7 Januari. Hari pertama masuk sekolah dikelas 11. Aku bangun terlambat pagi ini. Itu karena tadi malam aku menamatkan drama kesukaanku. Huh, sangat melelahkan tapi juga menyenangkan.
Ending nya sangat sedih. Kepalaku sampai pusing karena terus-terusan menangis.

Aku merindukan orang tuaku. Sudah 5 bulan aku tidak bertemu mereka. Kuharap mereka selalu sehat. Dan aku harap mereka selalu ceria disana.

Aku juga berharap aku bisa berubah. Aku ingin menjadi yang terbaik. Aku ingin membanggakan orang tuaku. Aku ingin sukses dengan sendirinya.

Dan aku harap aku mempunyai seorang teman. Atau seseorang yang bisa mengeluarkan ku dari kehidupan yang membosankan ini. Aku butuh seseorang untuk menerangi kehidupanku. Aku harap bisa bertemu dengan orang itu. Aku harap.

Tertanda, Yuri.

Yuri, meneguk kopi nya hingga tetesan terakhir. Lantas kini ia mulai tersenyum. Ia melirik arloji abu-abunya. Ia menarik nafas. Ia benar-benar sangat terlambat.

***

Koridor sekolah sangat sepi saat Yuri berjalan masuk. Sepertinya semua murid sedang belajar dikelasnya masing-masing. Ia bersyukur tidak ada yang melihatnya. Tadi sewaktu ia sampai didepan gerbang sekolah, gerbangnya tidak dikunci dan satpam yang berjaga sedang pergi. Ia sangat beruntung. Dengan sekuat tenaga ia berlari masuk kearah koridor.

Yuri menghentikan langkahnya didepan ruang kelasnya. Kini ia mulai gugup. Ia melirik arloji nya. 10 menit lagi istirahat. Sebaiknya ia tidak masuk kelas kan? Tapi keadaan didalam kelas yang sangat ribut membuat Yuri yakin kalau tidak ada guru didalamnya. Ia berdoa di dalam hati semoga memang tidak ada guru didalam.

Dan, yah. Memang tidak ada guru didalam. Yuri pun melangkah memasuki kelas. Tidak ada teman-teman sekelasnya yang menyadari kedatanganya. Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Yuri mengambil tempat di meja paling belakang dan disudut. Tempat favoritnya dari jaman smp. Ia membuka tasnya dan mengambil earphonenya. Sejenak, musik bergenre jazz mengalun di indra pendengarannya. Yuri terhanyut dalam musiknya dan kembali tertidur dengan posisi kepala diatas tangannya yang terlipat di meja.

Musik itu mengalun di mengalahkan suara-suara gaduh teman-teman sekelasnya.

Namun sebebarnya, ada satu orang yang sejak tadi hanya duduk diam. Memperhatikan sekitar.

Yuri benar-benar tidak sadar bahwa sebenarnya sejak ia melangkah memasuki kelas, ada seseorang yang memperhatikannya, bahkan kini masih memperhatikan Yuri saat tertidur.

Dan tanpa disadari kini seseorang itu tersenyum.

***

#TBC

Hai guys!!! Gimana part 1 nya? Semoga kalian suka ya><

Aku mohon dukungan dari kalian karena aku masih tahap belajar.
Jangan lupa vote dan comment ya!
Aku akan sangat berterimakasih jika kalian memberikan komentar, kritik atau saran.

Oke, sekian dulu. Thank u♡
See u Guys!
♡♡♡

~YI

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Are you my sunshine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang