Everything Goes Wrong

1.1K 66 11
                                    

*** Camera, Rolling, and Action***

Take 9: Everything Goes Wrong

*************************************

Sean (POV)

“Berhenti di sana.”

Tidak, aku tidak sedang ditodong menggunakan pistol oleh seorang perampok. Tidak, aku juga tidak ditangkap polisi karena menghisap kokain. Tidak, aku tidak sedang dikejar Ello karena kemarin aku berhutang lima belas dollar padanya.

Aku membalikkan badan dan berhadapan dengan kedua bola mata berwarna cokelat terang milik Lilith. Kusunggingkan senyumku yang kerap dianggap sebagai senyum dingin. Lilith tidak tergerak untuk membalas senyumku.

 Dan, ya. Pasti dia marah padaku.

“Hai. Kau sudah bertemu Josh?” Aku melambaikan tanganku padanya. Lilith melipat tangan di dada, kemudian berjalan menghampiriku. Tiba-tiba, dia menarik T-shirt­ yang kukenakan dengan keras sampai-sampai tubuhku ikut tertarik ke depan. Well, wanita ini memang punya kekuatan luar biasa.

Matanya terpicing tajam padaku. Serahkan pada Lilith soal tatap-menatap. Dia bisa melakukannya selama dua menit penuh tanpa berkedip sama sekali. Aku serius.

“Kau... brengsek!”

Aku menepis tangannya yang masih memegangi ujung pakaianku. “Bukankah Josh pulang? Kasus selesai, kan?”

“Tapi kau tidak bilang ia pergi bersama Riley!”

“Bersama—siapa—?”

Baik, sebanyak apa pun mata-mata kelas teri yang kukenal dan bisa kuandalkan untuk mencari data, aku sama sekali tak tahu menahu soal informasi barusan. Aku dapat melihat kekagetanku sendiri saat menatap ke dalam mata Lilith. Dan kini, wajahnya bertambah kaget ketika ia sadar kalau aku tidak tahu soal informasi yang ia berikan barusan.

“Tunggu-“ Lilith menutup mulutnya. “Kau... kau tak tahu?”

Aku menggeleng keras. “Kupikir Riley pulang naik taksi dan Josh pergi entah ke mana dan baru pulang setelah kau meneleponnya.”

Lilith menyipitkan bola matanya. “Kau tidak menipuku, kan? Mustahil seorang Sean Philander tidak tahu suatu informasi.”

“Aku tidak tahu. Dan aku harus tahu. Gotta go, Lilith.” Kubalikkan badanku dan meninggalkannya dengan mulut setengah terbuka.

Tak ada yang bisa menyembunyikan suatu rahasia dari Sean Philander, terutama, tentang kejadian di bar.

***

 Riley (POV)

Aku sedang berbincang-bincang dengan Liberty ketika that ice man datang dan langsung menyela pembicaraan kami. Liberty langsung melemparkan ekspresi kesal pada Sean yang segera ditepis oleh tatapan dinginnya.

“Jadi sekarang kau senang memotong pembicaraan orang lain?” Liberty mengerucutkan bibirnya.

“Aku membutuhkan tuan ini,” Sean menyodok pinggangku. Damn, dia tidak mengontrol sodokannya. Pinggangku langsung nyeri. “Ayo, Tuan. Kita harus berbicara.”

Sebenarnya aku ingin menolak ajakannya, karena aku curiga dia akan bertanya mengenai kejadian beberapa malam lalu. Dan aku sedang berusaha mengenyahkan ingatan tentang semua itu. Tapi, ini Sean Philander. Aku hanya pasrah ketika dia menggiringku menjauh dari Liberty. Wanita itu mencebik dan membalikkan badan, lalu mendekati Jamie, seorang anak muda berusia sembilan belas tahun yang belajar filming.

Camera, Rolling, and ACTION!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang