"Ara, gue tau siapa dalang dibalik semua ini."
Semua mata tertuju pada Felly yang baru datang dan berbicara dengan ngos-ngosan.
Ara menggeleng lalu berdecak, "Siapa lagi yang mau kamu tuduh, Fell?" Ara yakin pasti Felly hanya menebak-nebak saja. Entah siapa lagi yang akan menjadi sasaran gadis itu.
Kini gantian Felly yang berdecak, "Kali ini gue ada bukti yang kuat, Ara! Demi Allah, Ra!" sumpah Felly sembari membentuk jarinya seperti huruf 'v'.
Mereka saling tatap satu sama lain. Ara belum percaya akan ucapan Felly, sahabatnya ini selalu saja ngawur dalam setiap hal. Ara menghela napas sejenak.
"Siapa?" tanya Ara mencoba menghargai Felly. Felly langsung tersenyum lebar, hendak menjawab sebuah suara membuatnya kembali bungkam.
"Ara! Kenapa masih disini? Ayo masuk, lima belas menit lagi sidang dimulai. Maaf saya datang telat."
Ara tersenyum sembari menggangguk menanggapi Ali. Mata Felly langsung menajam, jari telunjuknya terarah pada seseorang.
"Dia pelakunya!" ujar Felly sembari menunjuk Ali tajam. Semua orang terbelalak, terlebih Ara.
Ini tidak mungkin, Ali disini juga korban seperti Ara. Tidak mungkin Ali orangnya. Dan pasti Felly ngawur lagi.
Ali nampak bingung, ia menunjuk dirinya sendir dan berucap, "Saya? Saya kenapa?"
"Iya lo! Lo yang udah ngirim foto itu kehp Ara juga hp lo! Lo yang udah rencanain semua ini! Ngaku!"
Mereka semakin heran dengan ini semua. Ara langsung mencubit lengan Felly kecil, membuat si empunya meringis.
"Felly! Tuh kan kamu ngawur lagi. Nggak mungkin Dokter Ali! Dia juga korban kayak aku. Gunakan logika kamu, Fell!"
Felly mendesah berat, sungguh sahabatnya sangat keras kepala. Tatapan elangnya ia arahkan pada Ali yang disampingnya.
"Iya kan, Tuan?" sinis Felly sembari menyeringai. Keadaan seketika hening dan seolah canggung. Mereka semua terdiam.
Sampai akhirnya Ali terkekeh sinis. Pria itu menatap sinis kearah Felly yang sudah siap memakannya.
"Tepat sekali." tandasnya sembari tersenyum licik.
Pengakuan itu membuat mereka menganga, kecuali Felly. Bahkan Ara? Air matanya seketika menetes mengetahui fakta baru ini. Tubuhnya hampir jatuh, untung saja ada Nadin yang menopangnya.
Ali tak mau beralibi atau pun mengelak. Baginya, bila kedongnya sudah terungkap, maka tak perlu mengelak, seperti pecundang katanya.
"Dok...Dokter..." lirih Ara tak melanjut'kan ucapannya. Ia masih tak percaya orang itu adalah Ali.
"Benar, Clara Azzahra." jawab Ali menyeringai. Ara menggeleng lemah, ia sungguh kecewa.
"Mau gue jelasin atau lo jelasin sendiri!?" desak Felly membuat Ali tersenyum picik.
"Saya yang udah susun semua ini dari awal. Dari pertemuan Rey dan Sintya dihotel. Sebelum Sintya kesana, saya kasih obat tidur diminumannya, dan jadilah itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Ya Kamu[Selesai]
Ficção Adolescente[SELESAI] "Aku mencintaimu karna Allah. Maka, biarlah hanya Allah saja yang akan memisahkan kita kelak. Dan, aku berharap Allah mempertemukan kita kembali di Jannah-Nya". --Jodohku Ya Kamu--- (SPIRITUAL-ROMANCE) *** HARAP TINGGALKAN JEJAK B...