03• Curhat Akshaya

63 30 20
                                    

"Hanya ada milik kita" [Agam]

-Aksara&Akshaya
.
.
🍃 H a p p y R e a d i n g 🍃

Heidelberg, 2012

..
Sebuah kota di Baden Wurttemberg, Jerman. Sungai Neckar adalah teman yang mengelilingi kota itu.

Kota tua yang terkenal dengan kastil dan universitasnya yang berumur sekian abad.

Tanah yang hijau, pemandangan yang asri, dan udara yang sejuk melengkapi keindahan alam Heidelberg.

Kondisi alamnya yang mendukung semakin pas membuat tempat ini menjadi kawasan untuk bercermin dan menenangkan diri.

•a k s h a y a•

Tepat di tepi sungai Neckar, gue bisa melihatnya. Duduk sendirian entah, gue juga enggak tahu pasti, dia lagi mikirin apa.

What do you think?

Mancing? Yakali mancing di sungai Neckar, terlalu bagus tempat ini buat sekedar mancing Pikir gue.

Jauh-jauh gue susul ke Heidelberg, cuma buat dia, Agam si pangeran es.

Om Dewan dan istrinya, yang nyuruh gue buat susul Agam ke sini. Mereka orang tua Agam yang perhatian banget tetapi sayang, mereka terlalu sibuk.

Agam itu temen kecil gue. Sudah dari orok gue deket sama dia. Dan gue rasa gue sudah menyukai Agam semenjak SD. Waktu itu gue lagi masa-masanya pubertas. So Lucky! Untungnya gue suka sama si Agam, sahabat gue sendiri yang gue sudah tahu asal-usulnya.

Di umur gue yang sekarang masih belia, bisa dibilang masih seumuran Sekolah Menengah Pertama, gue sudah ke Jerman sendirian, karena orang tuanya Agam maksa banget gue buat nyusul dan dengan alasan supaya gue tambah deket sama anaknya.

Anehnya kenapa ayah bunda gue setuju-setuju aja kalau gue pergi tanpa pengawasan? Gila!

Are you crazy?

Berhubung gue banyak banget hutang budi sama keluarga Agam, ya mau gak mau gue harus susul Agam, nuruti perintah Om Dewan dan istrinya.

Gue nyampe di Heidelberg aja sudah bersyukur banget. Apalagi bisa sampai ketemu Agam.

"Alhamduliilah, gue masih selamet, seriously? Gue sudah di Jerman woyy" seru gue yang sumpah seneng berkali-kali lipat.

Gue menghampiri Agam yang lagi duduk di tepi sungai Neckar. Awalnya gue sih canggung, canggung banget!

Karena gue tau banget sifat Agam kalau lagi menenangkan diri, jadi kayak es plus batu, pendiam banget!

Gue yakin, Agam sadar dengan kehadiran gue. Tapi, dia berusaha menutup mulutnya yang artinya nggak mau ngomong sama gue kalau bukan gue yang duluan.

"Gam, lo ngapain sih disini?nenangin diri ya?" tanya gue membuka pembicaraan.

Pertanyaan unfaedah, yang seharusnya tidak dikeluarkan.

Aksara & Akshaya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang