Jenar duduk di bangkunya dengan anteng. Tak seperti biasanya, ia akan mengganggu Jisung atau Chenle.
Hal tersebut membuat kedua sahabat karibnya itu merasa ada yang ganjal."Belum ketemu?" tanya Jisung yang langsung duduk diatas meja milik Jenar. Iya, di atas meja.
Disusul oleh Chenle, laki-laki yang berasal dari Shanghai itu berdiri menghadap Jenar.
"Udah." Chenle mengangkat kedua alisnya, dan melipat tangannya didepan dada ketika mendengar jawaban Jenar.
"Terus, masalahnya apa? Jangan bilang lo jatuh miskin, sampe gabisa beliin orang itu tas branded." Jenar menghela nafas, ia memijat pangkal hidungnya yang terasa amat sakit. Rasanya, ia malas berbicara banyak mengenai imbalan itu.
"Atau... Yang nemuin cowok?!" Tepat sasaran. Jenar duduk dengan tegap, ia mulai membunyikan persendian pada jari tangannya. Matanya pun menghindari kedua temannya.
"Nar, lo serius?" Tentunya, dua orang itu sudah hafal betul dengan kebiasaan Jenar ketika sedang gugup atau malu.
Jenar hanya mengangguk lemah, dan meletakkan pipinya diatas meja yang masih di duduki Jisung.
"Siapa?"
"Kak Haechan." satu nama yang muncul, membuat kedua laki-laki itu menutup mulut tak percaya.
"Mas Haechan? Lo serius, Nar?" Jisung turun dari meja, ia beralih menatap mata Jenar yang nampak lesu itu.
"Lo kan ga pernah akur sama tuh orang. Terus sekarang kalian pacaran?"
Ah, iya pacar. Tertampar oleh fakta yang Chenle ucapkan.
Jenar malah menenggelamkan wajahnya pada telapak tangannya. Rasanya ia malu, tapi marah dan juga menyesal. Semua menjadi satu.
"Padahal penjaga perpustakaan bilang, perempuan yang nemuin. Kok bisa ada sama dia sih." gerutu Jenar, ia menunjukkan wajah memelasnya pada Jisung dan Chenle.
Keduanya tak memiliki jawaban, mereka hanya mengangkat bahu. Dan mengelus rambut milik Jenar bersamaan.
"Kasian Jenar. Sekalinya nggak jomblo, malah jadian sama musuh." ujar Chenle, yang setengah mati menahan gelak tawa yang akan pecah saat itu juga.
"Le, kalau mau cari masalah, mending kamu keluar." Jenar menatap Chenle dengan tatapan tajam andalannya. Hal itu, mampu membuat nyali Chenle menciut.
"Btw, bukunya mana?" tanya Jisung yang tak melihat buku diary di sekitar Jenar.
"Justru itu, dia bakal balikin diary aku pas kita udah putus." Chenle sudah menduga itu. Haechan bukan tipe orang yang simple. Ia akan membuat masalahnya dengan Jenar jauh lebih runyam.
"Udah ketebak sih," Chenle menggeser Jisung agar menjauh dari meja Jenar. "dia gak bakalan menyia-nyiakan kesempatan."
Lagi-lagi Jenar menghela nafas panjang. Ia tidak tahu, jika akan ada banyak kejutan dengan pria berkulit tan, yang tiba-tiba menyandang status menjadi kekasihnya
Hubungan macam apa ini? Tanpa landasan cinta dan rasa sayang.
"Nar, gimana kalau lo bikin Mas Haechan baper?" Sebut saja ide milik Jisung itu gila. Tetapi, Jenar tersenyum miring dan mengangguk.
"otomatis, kalau Mas Haechan udah baper. Dia pasti mau lakuin apa aja buat lo. Lumayan 'kan buat balas dendam?"
Berbeda dengan Jenar yang setuju dengan ide gila dari Jisung. Chenle malah khawatir jika rencana itu akan gagal. Mengingat betapa cerdiknya Haechan mengatur rencana.
"Permisi," laki-laki dengan senyuman manis masuk ke dalam kelas. Membuat obrolan tiga sejoli itu buyar seketika.
"Banana milk, hari ini." susu kotak sudah berdiri apik di atas meja Jenar. Laki-laki itu melakukan hal tersebut setiap pagi, jika ia sedang tidak sibuk. Sehingga, teman sekelas Jenar pun terbiasa dengan kehadiran anak dari kelas Bahasa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notebook
Fanfiction[Hiatus] "Kalau yang nemuin cowok, gue jadiin pacar deh. Kalau cewek, gue beliin tas branded." Sebuah imbalan yang mungkin akan membawa penyeselan pada sang empu. Start : April 26th 2020 End : PS : Cerita asli pemikiran author. Jika ada beberapa alu...