43 | Pelihara angkot

417 55 2
                                    

Wajah melas Soobin tampilkan, mana enggak melas. Yeji mainnya keroyokan, dia pesen makanan banyak banget. Mana yang harganya terbilang enggak murah lagi, ini hasil tabungan Soobin gimana.

"Ji, jangan gini lah Ji. Gue sampai enggak tahu mau pulang naik apa, " kata Soobin yang ngeliatin isi dompetnya.

Yeji ngeliat ke Soobin dengan tatapan menusuk, siapa suruh main nurutin perjanjian traktir sepuasnya. Jadi repotkan sekarang.

"Ya mana gue tahu, kan situ yang mau pulang. " jawab Yeji acuh dan kembali melihat ke daftar menu, padahal pesenan dia udah lebih dari lima macam.

Soobin terlihat pasrah dan mengistirahatkan punggungnya dengan bersandar dikursi, ternyata mentraktir bukan solusi yang tepat untuk dirinya.

"Mba, yang empat ini dibungkus. Kalau yang dua ini di sini, jangan lupa minumnya lemon grass. " setelah selesai memesan Yeji terfokus sama Soobin yang natap dia dengan wajah memprihatinkan.

"Jangan ngeliatin gue gitu, nanti suka. "

Soobin memalingkan wajah, dia enggak mau ketahuan kalau dia mau senyum-senyum enggak jelas karena omongan Yeji. Bisa-bisanya gadis itu membuatnya kesal dan bahagia secara bersamaan.

Padahal Yeji bilang begitu bukan berarti dia peka, tapi tetap saja Soobin mendengarnya jadi terbawa perasaan. Siapa tahu kalau Yeji juga menaruh harapan padanya, siapa tahu.

Tidak ada percakapan ketika mereka sedang menyantap makanan, Yeji sibuk sama seafood yang lagi dia gerogotin. Kalau Soobin sibuk ngeliatin Yeji yang belepotan sama bumbu makanan.

"Tuh bayar! " titah Yeji ketika pelayan memberikan bill pada Soobin, tapi anehnya Soobin malah terkejut.

"Mba, ini beneran cuman segini? " arwah sultan yang dimiliki Soobin tiba-tiba tersentuh. "Dia kan pesennya banyak mba, kok cuman ini aja. "

Yeji memutar bola mata lalu menyesap jempolnya yang masih tersisa bumbu dari olahan kepiting.

"Yang lu traktir itu yang gue makan disini, yang sisanya gue bawa pulang itu gue yang bayar sendiri. Gimana sih, arti traktir aja lo enggak tahu. " cibir Yeji.

Ada rasa lega dalam diri Soobin, setidaknya dia tahu akan pulang naik apa setelah ini.

Selesai dari tempat makan disebuah mall itu, Yeji berniat untuk pergi ke toko buku. Dengan langkah seribu bayangan dia pergi ke toko buku, meninggalkan Soobin yang masih pusing mencari letak toko buku didenah mall.

"Ji! Toko bukunya di–anjir gue ditinggal, "

Jari telunjuknya mencari nama sebuah buku yang sedang ia cari, ini bisa dibilang menyusahkan. Meski sebenarnya ia bisa mencarinya diinternet, tapi Mamanya menyarankan untuk membeli buku panduannya saja. Agar tidak terikat oleh kencang atau lambatnya jaringan.

"Ngapain nyari buku masakan, "

Tanganya berubah menyentuh dadanya, kaget menyadari suara Soobin yang tiba-tiba terdengar ditelinganya.

"Ya mau masak lah, apaan lagi! " ketus Yeji dan kembali mencari buku panduan yang paling lengkap, selengkap-lengkapnya.

"Emang bisa masak? " ucap Soobin meremehkan. "Kalau mau masak mah panggil gue aja, "

"Emangnya lo ada setiap saat buat gue kalau gue butuhin? Enggak kan, "

"Hm, jadi anda berharap saya selalu disisi anda toh. " ungkap Soobin dan terkekeh.

Yeji mengerjap dan menyesali kebodohannya karena menjawab Soobin seperti itu, ya dia bisa menebak pasti Soobin sedang mengejeknya dalam hati. Bego.

"Dari pada banyak bacot mending bantu cariin deh, " kata Yeji dengan penekanan, jengkel.

Akhirnya mereka mencari bersama-sama, dari mulai buku masakkan rumahan, masakkan daerah, masakkan internasional, jenis kue kering dan kue basah, dan jenis masakkan lainnya.

Beberapa kali Soobin menyarankan banyak buku, tapi Yeji cuman nyuruh.

"Yaudah pilihin aja, nanti gue bayar. "

Ditangan Soobin kini ada lima buku masakkan, Yeji termenung. Uangnya enggak cukup buat beli semua buku itu, tadi udah dia pake beli makanan buat orang rumah. Sama permintaan terima kasih buat Ryunjin.

"Lo yakin gue disuruh nyobain semua menu dibuku masakkan sebanyak ini? " tanya Yeji memberi kode untuk memberikannya buku paling penting.

"Yaudah, lo beli buku masakkan yang ini aja dulu. Yang dasar-dasar, lo masih belajar juga kan? "

Nah, kan. Yeji senyum terus ngangguk dan ngambil salah satu buku itu, setelah beberapa jam didalam toko buku dengan kalang kabut mencari buku, akhirnya Yeji mendapatkannya.

"Lo beneran mau belajar jadi cewek sejati? "

"Maksud lo apa? " Yeji melontarkan tatapan kematiannya.

"Ya aneh aja, waktu lo masih serumah sama gue. Mana mau lo masak, pasti gue yang nyiapain apa-apa."

"Ya, justru karena enggak ada lo. Makanya gue memutuskan untuk belajar masak, "

"Ternyata gue ngelengkapin ketidak sempurnaan lo ya, jadi terharu gue. "

"Dih! Najis, " timpal Yeji dan berjalan mendahului Soobin.

"Ji! Tunggu Ji! Elah, gue cuman percanda Ji. "

"Gimana? Sekarang udah tahu kan pulang mau naik apa? " kata Yeji yang lagi nungguin angkot lewat.

Soobin mengusap tekuknya, ia melihat keatas langit. Masih berwarna biru cerah, meski diarlojinya menunjukan pukul lima belas.

"Masih sore Ji, "

"Ya terus? "

"Siapa tahu gitu, lo mau kemana dulu kek. Mau ke toko apa gitu, atau nonton. "

Yeji terkekeh. "Bilang aja kalau mau ngajakin gue jalan, ribet amat hidup lo! "

"Emangnya dari tadi kita enggak jalan, dari taman tadi ke studio foto terus ke mall juga kita jaki. Enggak jalan gimana, "

"Ish! Maksud gue, bilang aja kalau lo mau ngabisin waktu lo bareng-bareng sama gue kan? " kata Yeji dengan kepedean tinggat dewa dewi.

Soobin noyor kepalanya Yeji bikin sang empu langsung natap enggak suka. "Waktu gue enggak bakalan pernah habis buat terus tetap bersama dengan lo, "

"Paan dah, enggak ngerti gue. Bahasa lo ketinggian! " ucap Yeji yang langsung menoleh kemana arah, yang penting bisa menyembunyikan rona merah dipipinya.

Soobin bangsat! Bikin Yeji jadi salah tingkah, mana sekarang Yeji pengen senyum-senyum sendiri. Padahal enggak ngerti apa yang Soobin omongin tadi.

Yeji memberhentikan angkot jurusan kerumahnya, ia menengok melihat Soobin yang tampak lesu.

"Gue duluan. " kata Yeji dan memasuki angkot.

Reaksi Soobin hanya mengangguk dan menatap kepergian Yeji begitu saja, hingga baru beberapa meter angkot yang Yeji tumpangi itu berhenti.

"Maaf bang, salah naik angkot. "

Soobin speechless pengen rasanya neriakin nama orang itu saat ini juga, bikin gemes.

"Kenapa diem! Katanya mau jalan? " teriak Yeji dari kejauhan sana.

Padahal angkotnya belum maju, bikin amang angkotnya geleng-geleng kepala.

"Kalau gengsi jangan dipelihara neng, " batin amang angkot itu dan kembali melajukan kendaraannya.

TBC

Kakel Choi vs Dekel Hwang「Byuntae Namja」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang