Kami menjalani kehidupan kami masing-masing mencoba saling menjauh dan memulai hal yang baru. Tidak perduli seberapa keras kami berusaha saling menjauh, benang takdir kami selalu saja mempertemukan kami.
"Jadi apa rencanamu ahir pekan ini?" tanya Nam Joon saat kami menghabiskan waktu disebuah restoran didekat Universitas.
"Sepertinya aku akan sibuk minggu ini dengan penelian ahirku, dan Kimmy memintaku membantu menyiapkan pesta ulang tahunnya minggu depan"
"Bukankah dia menyewa jasa EO?"
"Hem. Dia hanya ingin aku menemaninya, memberi sedikit saran. Semacam itu" aku menatap Nam Joon yang terlihat tidak melanjutkan makannya. "Kenapa? Ada yang salah?"
"Entahlah, firasatku hanya tidak enak. Kamu selalu berahir menyakitkan setiap keluar dengan gadis itu"
Perkataan Nam Joon kembali mengingatkanku dengan kejadian beberapa waktu lalu. Aku tersenyum dan memegang tangannya yang berukuran jauh lebih besar dari tanganku "Jangan khawatir, aku baik-baik saja" ucapku sambil tersenyum simpul.
"Berhenti untuk pura-pura kuat Kim Hana, dan berhenti memberiku senyuman itu. Kamu membuatku ingin memilikimu" guraunya sambil tersenyum dan mengangkat rambutnya.
"Aku bukan barang Tuan Kim"
"Baiklah, bagaimana jika aku ingin memiliki hatimu?"
"Itu terdengar lebih menyeramkan karena kamu dokter Jantung" aku tertawa diahir perkataanku yang membuat Nam Joon ikut tertawa.
***
Sore itu aku menemani Kimmy untuk bertemu dengan EO untuk merencanakan segala keperluan pesta ulang tahun Kimmy yang ternyata di undur.
"Bukannya pesta ulang tahunmu minggu depan?"
"Hem. Tapi Yoongi tidak bisa hadir, makanya aku mundurkan"
Mendengar nama itu disebut oleh Kimmy membuat dadaku terasa nyeri. Meski demikian, aku berusaha tersenyum. Menutupi kepedihan, berusaha terus menyangkalnya.
"Tapi jika pestanya di undur apa dia akan datang?"
"Hem. Aku sudah memastikan itu dengan Jimin dan Managernya. Kamu juga harus datang, kalian bisa bernostalgia nanti. Karena mereka semua akan datang"
"Kimmy--"
"Maaf. Aku tau kamu sangat tidak suka dan menghindari boy grup Korea. Entah apa alasanmu, yang jelas mereka ini berbeda. Mereka sudah seperti Boy Grup Amerika". "Kamu bisa mengajak Nam Joon" godanya "Tapi jika aku jadi kamu aku tidak akan mengajaknya. Siapa tau kamu bisa berkenalan dengan lelaki tampan lainnya? Aku juga mengundang beberapa artis Hollywood"
"Tidak, terimakasih"
"Wah, kamu benar-benar setia dengan Nam Joon. Entah apa yang dia lakukan padamu"
"YA!" kami berdua tertawa lepas. Namun didalam hatiku menyimpan kekhawatiran besar.
Aku tidak membenci boy grup Korea, aku tidak menghindari mereka. Aku hanya menghindari Min Yoongi, dan membenci diriku sendiri yang masih saja merasakan kepedihan ini setelah apa yang telah aku lakukan. Aku membenci diriku karena menjadi orang yang paling menderita, karena pada kenyataannya akulah penyebab semua hal ini terjadi.
Aku masuk ke aparteman tanpa suara. Pikiranku kacau, kepalaku pening, dadaku nyeri. Aku bahkan tidak menyapa Nam Joon yang sedang nonton pertandingan football di televisi. Aku langsung kekamar, tanpa membuka baju aku berbaring di tempat tidur. Menutup mataku yang terasa panas karena sedari tadi aku berusaha menahan air mata agar tidak menetes.
Terdengar pintu kamar yang terbuka, aku bisa mencium aroma khas Nam Joon mendekat sebelum meraskan dia duduk di pinggiran tempat tidur. Dengan lembut dia membelai rambutku. "Tidak bisakah kamu jujur saja?" ucapnya "Kamu hanya menyiksa dirimu sendiri"
Aku membuka mataku denga enggan "Aku tidak apa-apa"
Nam Joon memukul pelan keningku "Keras kepala". Aku mengkerutkan wajah. "Dan aku menyukainya" lanjutnya sambil tersenyum.
***
Aku dan Nam Joon datang menghadiri pesta ulang tahun Kimmy yang di adakan di rumahnya. Dia mengadakan pesta besar-besaran, banyak selebriti yang datang.
Nam Joon memegangi tanganku erat ketika akan masuk kedalam rumah, hal itu memberiku kekuatan tersendiri. Aku tersenyum simpul menatapnya. Kini dia menggandengku memasuki rumah yang sudah ramai oleh para undangan dan musik yang keras. Kami pergi menghampiri Kimmy yang tampak cantik dengan gaun putihnya. "Happy Birth Day Girl" ucapku sambil memeluknya erat.
"Thank you" ucapnya membalas pelukanku. "Kamu harus bertemu mereka" ucap Kimmy antusias yang langsung menarik tanganku untuk bertemu dengan Hoseok dan Jong Kook. "Mereka teman satu group Jimin dan Yoongi" lanjut Kimmy. "Ah benar kalian pernah bekerja di Agensi yang sama" ucap Kimmy mengingat perkataan Jimin tempo hari.
Hoseok dan Jong Kook nampak kaget melihatku, dari belakang muncul Yoongi dan Jimin yang datang memberi selamat pada Kimmy. "Happy birth day Kimmy" ucap Jimin. "Aku membawakan Yoongi sebagai hadiahmu" lanjut Jimin.
Aku meremas lengan jas Nam Joon. Seharusnya hal ini tidak mengagetkan untukku, karna aku sudah memeriksa daftar tamu yang akan diundang oleh Kimmy minggu lalu. Namun melihat Yoongi berdiri tepat dihadapanku, nyatanya masih berhasil membuat hatiku tidak karuan.
Nam Joon menatapku yang kini beralih merangkulku. "Ah kenalkan ini Nam Joon dokter terkenal di kota New York yang akan segera menjadi dokter jantung nomor satu di sini" ucap Kimmy bangga. "Dia selalu menolak tawaran Papaku untuk menjadi bintang" tambah Kimmy mengenalkan Nam Joon. "Dan sorry Jim. Nam Joon ini suami Hana" perkataan Kimmy berhasil membuat kami semua kaget, terutama aku dan Yoongi yang hampir mengeluarkan bola mata kami. "Ah maaf, maksudku mereka akan segera menikah" lanjutnya.
"Kimmy aku rasa kamu mabuk" ucapku mencoba meraih lengan Kimmy. Namun dengan cepat Yoongi meraih lengan Kimmy yang satunya dan menariknya "Kimmy, happy birth day" ucap Yoongi sebelum ahirnya mendaratkan cuman di bibir tipis Kimmy tepat di hadapanku.
Detik itu juga rasanya waktu berhenti berputar dan dadaku menjadi terasa sangat sakit. Aku meramas gaunku kencang, saat ini aku sangat berterima kasih jika jantungku bisa berhenti berdetak. Aku merasakan sakit yang luar biasa hebatnya, sesak nafas dan kepalaku mulai pening.
"Wow" ucap Jimin, Hoseok dan Jong Kook bersamaan.
Yoongi mengahiri ciuman panas itu yang kini melihat kearahku dengan tatapan penuh amarah. Aku hanya bisa menunduk. "Kamu harus makan sesuatu" ucap Nam Joon mengalihkan pandanganku dan mengelus pipiku lembut. Setidaknya kehadiran Nam Joon bisa memberiku sedikit tenaga untuk tetap sadar. Nam Joon merangkul pundakku dan menuntunku untuk pergi menjauh.
"Kita bisa pulang jika kamu mau" ucap Nam Joon ketika kami berada di teras rumah Kimmy.
"Apa aku tampak sangat menyedihkan?" tanyaku lirih.
"Tidak, malam ini kamu tampak sangat cantik" jawab Nam Joon sambil tersenyum. Dia mendekat kearahku dan dengan gerakan cepat dia bembuka ikatan rambutku yang membuat rambutku kini jatuh terurai "Dan aku pernah bilang, kamu lebih cantik jika rambutmu terurai" ucapnya yang kemudian mendaratkan sebuah ciuman ke bibirku. Aku memejamkan mataku untuk menerima ciumannya yang mendadak. Dia memutar badanku menyandarkannya di pagar dan ketika aku membuka mataku sosok Yoongi tepat berada di belakang kami. Mataku melebar, tapi tubuh Nam Joon terlalu menekanku kuat sehingga aku tidak bisa melepaskan diri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
_tbc_
KAMU SEDANG MEMBACA
My Star : Min Yoon Gi ✔
Romance(Finish) Aku pikir, jika aku tidak begitu mengenalnya semua akan aman. Kita hanya perlu menjadi profesional. Namun pesona seorang Min Yoon Gi sama sekali tidak bisa di hindari. Aku rasa aku mulai terjebak di dalamnya.