04• Rumah Pohon

60 26 12
                                    

"Karena kita saling berbagi"
-Agam bersama Akshaya
.
.
🍃 H a p p y R e a d i n g 🍃

🍃 H a p p y R e a d i n g 🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Stay in Heidelberg, 2012

Agam memberikan waktu ke gue, buat gue sendiri. Dia peka, soal gue yang sedang meratapi kesedihan terhadap kepergian bunda.

Gue pergi ke rumah pohon yang sempat gue bangun tujuh tahun yang lalu bersama Agam.

Sudah lama gue enggak singgah dan berteduh di tempat ini yang sekarang sudah sedikit berubah dari yang dulu.

Kayu yang semakin rapuh, warna cokelat yang bertambah pudar, permukaan rumah pohon yang semakin banyak ditumbuhi benalu dan lumut.

Tapi, gue gak peduli.

Rumah pohon yang sekarang adalah rumah pohon yang dulu.

Memiliki kenangan yang sangat indah saat bersama-sama gue dan Agam menghabiskan waktu kecil.

-

Empat tahun lamanya, gue menghabiskan waktu kecil gue disini, Heidelberg, si kota tua penuh kenangan manis.

Masa kecil gue yang tinggal di Heidelberg bersama dengan keluarga Agam. Begitu dekatnya gue sama keluarga Agam, sudah seperti keluarga sendiri.

Begitu juga sebaliknya, Agam menganggap ayah dan almarhum bunda seperti orang tuanya yang kedua.

Kami memang begitu dekat, hingga diantara kita berdua tidak ada yang mau merusak persahabatan maupun persaudaraan.

Dari hal itu, gue selalu bungkam. Diam tak mau mengakui, kalau gue memang sayang dan suka sama Agam dari tiga tahun yang lalu.

Dari semasa kita memang lagi dekat-dekatnya di umur gue yang masih sepuluh tahun, dan sebelas tahun untuk lo.

•*•

Gue tertunduk dengan beberapa isak tangisan yang disertai sesenggukan.

Entah, sudah berapa lama gue menangis berkeluh kesah di rumah pohon ini.

Sampai-sampai gue baru sadar kalau Agam sedari tadi sudah di hadapan gue, dan melihat gue yang masih menangis.

"Sudah berapa lama lo disini?" tanya gue ke Agam yang duduk di hadapan gue.

Agam itu orangnya datar. Seperti tidak punya emosi. Jiwa dan pikiranya itu selalu enjoy.

Makanya, gue suka. Kalau bahasa gaulnya sih, Agam santuy orangnya.

Tapi santuy-santuy dia tetep pangeran es yang tiada tandingnya.

"sejak lo belum meneteskan air mata" jawabnya dengan nada yang santai, sesekali ia tersenyum mungkin berusaha menghibur gue.

"oh" celetuk gue dengan sedikit rasa malu, karena muka gue yang masih basah dengan air mata.

"jangan nangis terus, kapan pulangnya kalau lo masih nangis" pinta dia ke gue, kedua tangannya mengusap air mata gue yang masih tersisa di pipi.

"mau pulang sekarang?" tanya gue yang sebenarnya gue belum siap sama sekali untuk kembali ke rumah yang menjadi sumber kesedihan.

"hem, ayah nyuruh kita buat segera pulang, jadi kita langsung ke Bandung, rumah lo" jawabnya menjelaskan dengan sangat rinci.

Gue nuruti kemauan Agam. Tidak, tepatnya kemauan ayah yang disalurkan melalui Agam.

Sebelum gue dan Agam pergi meninggalkan Heidelberg untuk yang kesekian kalinya, gue minta Agam untuk melepas rindu dengan rumah pohon.
.


.

.

Wish!

Dengan melakukan itu, gue sama Agam bisa melepaskan sebuah kerinduan di masa lalu.

Akhirnya kami pun melakukan wish sejenak.

"berharap, heidelberg adalah bukan tempat untuk selalu menenangkan diri, tetapi tempat yang selalu berbagi kebahagiaan, dengan siapapun itu" harapan kecil gue.

"karena kita saling berbagi, termasuk rumah pohon ini yang penuh dengan cinta dan kasih sayang" -Agam

🍀

Sebelum gue bersama Agam pergi meninggalkan rumah pohon, dan pergi menjauh dari Heidelberg, gue sempat mengisi notes berwarna senja, itu adalah buku kecil yang menjaga rahasia-rahasia gue sedari dulu gue kecil.

Notes itu hadiah yang diberikan Agam buat gue, karena waktu itu gue berhasil juara di lomba Olimpiade Siswa Nasional mata pelajaran IPA tingkat Nasional, diusia gue yang masih sebelas tahun.

Ada rasa bangga, dan senang berjuta kali lipat.

Notes itu gak mungkin gue sia-siain. Jadi setiap gue butuh, notes itu selalu ada buat gue. Dan gue selalu nuangin tulisan gue ke notes itu di rumah pohon ini.

For my notes, i'm so believe to you!

See you soon rumah pohon!!

🕊

>>next chapter

(n): sedikit banget yaa part kali ini??😅

Aksara & Akshaya [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang