Visesa

6 0 0
                                    

Gila...
mas Arkan Gila.. Tanpa ada angin, tanpa ada hujan, dan tanpa ada pemberitahuan, bagaimana bisa dia ada tepat di depan mataku, padahal aku mati-matian berusaha menutupi ini darinya.

Semalam an kemarin aku sengaja mematikan ponselku setelah mengirimi dia pesan, bahwa aku sedang di rumah dalam keadaan baik, sudah makan, mau pergi tidur, karena seharian tadi aku membantu mbok Rum menanam benih cabai di pekarangan belakang rumah.

Lalu... Kenapa pagi ini dia sudah ada di sini, menatapku dengan ekspresi marah dan khawatir.

Dan lebih gilanya, bukannya menjelaskan semuanya padaku, atau meminta penjelasanku, intinya mengajakku bicara serta membawaku pulang, dia justru meninggalkan aku di sini bersama orang asing, yang baru saja aku kenal. Dan bahkan dia lebih memilih cinta masa lalunya itu.

Aaarggghhh... Mas Arkan....

Apa yang harus aku lakukan sekarang coba? Aku harus bagaimana, setelah di tinggal berdua saja dengan laki-laki menyebalkan itu. Bisa mati gaya aku.

Mana Giel lagi raib entah kemana. Kalau ada bocah itu, setidaknya aku masih bisa bertengkar sama dia. Sial..

“sudah?”

“hah... “
ayah Giel bertanya padaku. Maksudnya apa coba?

“sudah bingungnya?”

“hah...”

“ck.. Kebanyakan mikir kamu.”
tiba-tiba aku terkaget dengan pergerakannya, menggenggam tanganku dan menarikku sampai depan pintu mobilnya.

Deg.. Deg.. Deg....
Tunggu..
Ini suara apa sih. Gumamku.

“suara jantungmu. Pendengaran saya tajam, sampai bisa mendengar gumamanmu”
What.... Sialan... Aku menatap nya tajam.

“segitu terpesona nya kamu sama saya.”

“hah.... “
apa coba nih orang... GR nya itu kegedean.

“mata mu itu sampai mau copot natap saya.”
Argghh... Ngeselin sumpah.

“ya udah cepet masuk, kesenengan kamu, tanganmu saya genggam, saya bukain pintu mobil segala. ”
Sahutnya sambil berjalan ke pintu kemudi.

Berdoa orang ini masuk jurang, dosa nggak sih?
Eh bentar.. Kalo dia masuk jurang, aku kan juga ikutan. Ahh... Maaf Tuhan, doanya salah.

Mobil kami keluar dari villa, dan entah menuju kemana. Lebih baik aku diam, daripada harus meladeni laki-laki ini.

“kamu nggak ketemu cewek rambut panjang tapi punggungnya bolong kan di villa saya?”

“hah...”

“kamu itu suka ya jawab pake.. Hah.. Hah.. Gitu.. Atau kamu orang nya memang telat mikir?”
kan.. Kan...
Ngobrol sama orang ini tuh nggak ada faedahnya. Yang ada bikin murka. Plis donk, jangan ngajak aku ngobrol. 

“Hmm...”
jawabku singkat.

“Tuh kan, berarti bener kamu sudah ketemu si Sundel...”

“Sundel siapa? Aku cuman ketemu ambu Fatimah sama mang bayan aja. Nggak ada yang namanya Lanak.”

“Sundel itu Sundel Bolong, aku pikir kamu sudah ketemu, makanya kesambet jadi pendiam begini.”
Aku menghela nafas dalam. Terserah.. Terserah kamu, bang.
Adek mah bisa nya pasrah ajah.

“Beneran ini, kamu itu bikin saya khawatir sekarang.”
Aku mengernyitkan dahi tanda tak mengerti.

“biasanya kamu banyak omong nya loh, sekarang jadi begini.”
Lanjutnya

Love Mission ComplitedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang