Author POV.
"Kau mendapatkannya?"
Levi mengernyit, hatinya berdebar tak karuan. Jika Julian tidak keluar dari kamar Luna secepat mungkin, ia akan ketauan.
"Tenang saja, sudah kudapatkan. Tunggu dikamar aja"
Levi menghelakan nafasnya pelan, tangannya mengelus dadanya sebelum menaruh handphonenya diatas meja dan duduk di tempat tidurnya dengan rasa janggal menggerogoti hatinya.
'Kematian Gernet terlalu mudah'
Dari tadi yang ia pikirkan adalah kematian salah satu pion lawannya itu, Bagi Abraham, Garnet adalah sahabat dan perempuan yang dicintainya jadi bagaimana ia bisa dengan lengah membiarkan pionnya terbunuh seperti itu? Sangat aneh lagi jika Abraham menggunakan Garnet sebagai pionnya, Abraham bukanlah lelaki berdarah dingin yang melakukan apapun untuk menangkap seseorang seperti ini, setidaknya tidak dengan cara mengkorbankan nyawa itu bukan tipe Abraham.
"Perempuan itu terlalu pintar tetapi kenapa membunuhnya sangatlah cepat dan mudah?"
Levi mengusap wajahnya kasar, kepalany berputar putar tak karuan. ia masih tidak mengerti permainan apa yang sedang dimainkannya ini.
"Sebenarnya dengan siapa aku bermain?"
Kali ini pikirannya berubah, pertanyaan tentang Garnet tertendang ketika Levi kembali menanyakan dengan siapa ia mempermainkan permainan bodoh yang makin rumit ini.
"Abraham? Tidak mungkin"
Levi kembali mengusap wajahnya kasar, ia tidak bisa mengambil langkah ketika keadaan menjadi rumit seperti ini.
"Garnet? Jika aku bermain dengannya maka aku sudah menang saat membunuhnya. tetapi kenapa masih ada yang terasa janggal?"
Levi turun dari tempat tidurnya mendekati meja belajarnya, menarik beberapa file yang tersusun rapih.
"Luna?"
Tangannya berhenti membuka file yang ia telah rangkum dengan rapih, kini pertanyaan siapa musuhnya itu tertuju kepada gadis dingin berambut biru tua itu.
"Tidak mungkin." Bisik Levi, tanggannya tergenggam erat. siapa yang sudah bisa membuatnya tidak setenang ini. siapa yang sudah berani mengirim surat ancaman permainan ini ditahun 2014 itu.
"Tapi.."
Levi kembali mempertimbangkan pertanyaan kesempatan jika Luna adalah teman sepermainannya.
"Tatapan kosong dan dingin itu terlihat misterius. Apakah benar jika kau yang telah membuatku kalang kabut seperti ini? Tapi kenapa?"
Levi menaruh kembali file tersebut tanpa membacanya. tangan kanannya terangkat dan mulai memijit pelan pelipisnya.
"Baiklah aku disni."
Julian memasuki ruang kamar tidur Levi, melemparkan cincin emas yang telah ia curi dari dalam kamar Luna setelah gadis itu keluar menemui Abraham.
"Aku tidak menyangka kamarnya setidaknya mempunyai lebih dari 15 kamera tersembunyi. Apa kamera tersebut di instal oleh Melody?"
Levi mengangguk, Julian menggelengkan kepalanya "Oh ya, kamarnya juga tidak dikunci apa dia lupa ya?"
Levi tidak menjawab pertanyaan Julian, tetapi mendengar perkataan jika kamar Luna tidak kunci juga makin membutanya tidak nyaman.
"Cincin itu apakah benar asli emas?"
Levi mulai meneliti cincin emas yang dipakai Garnet, yang telah ia kirimkan pada Abraham bersama dengan jari manis gadis yang dicintainya itu.
YOU ARE READING
Didn't Last Long
Teen Fiction[Budayakan Vote setelah membaca 😊] "Semua kebohongan dan kesalahpahaman akan terbongkar pada waktunya." Update every Saturday night Start = 01-12-2018 End = ??