.

4 2 0
                                    


Entah kenapa Dimas tiba-tiba terbangun pada tengah malam. Ini merupakan yang pertama karena sebelumnya ia tak pernah terbangun ditengah tidurnya walau ia sedang sakit parah sekalipun. "Aahh.." Keluhnya yang masih dibawah selimut berusaha memejamkan mata dengan harapan ia bisa terlelap kembali, tapi yang ia dapatkan hanyalah rasa pegal pada matanya yang dipaksakan menutup. Dimas kemudian berjalan ke balkon kost-an, tak lupa sembari membawa ponselnya. Matanya melihat ke sekeliling lingkungan kost-nya sebelum akhirnya mendapati seorang temannya berjalan sendiri, Okki.

"Mau kemana dia? Tak sadarkah dia kalau ini sudah malam?" gumamnya. Tanpa pikir panjang Dimas segera kembali kedalam kamarnya dan menyambar jaket tebal yang ia gantung tadi sore, lalu dengan cepat ia berlari keluar kost dan mengikuti Okki dari belakang, tentu saja dengan usaha agar tak menimbulkan suara apapun dari dirinya baik suara langkah kaki ataupun suara dari mulutnya.

Hhhh... Dimas sedikit meniupi telapak tangannya saat berjalan karena sekarang ia kedinginan. Hujan ringan turun tiba-tiba tanpa memikirkan pejalan kaki yang tak membawa pelindung apapun.

Dimas sedikit terkejut dan hampir berlari. Tangan kanannya sudah ia julurkan kedepan saat melihat lelaki yang ia ikuti itu berjalan limbung dan hampir terjatuh. "Okki.. Mau kemana kau sebenarnya?" Gerutunya setelah berhasil menahan langkahnya. Terjadi sedikit percakapan antara Dimas dan hati kecilnya tentang Okki, "Apa ia berjalan sambil tidur? Tapi aku tak pernah melihat ia berjalan dalam tidur sebelumnya. Atau ada urusan mendadak yang harus ia datangi? Kalau benar ada urusan mendadak, kenapa ia tak naik motor saja? Ohiya, ini sudah tengah malam. Ia pasti malas berurusan dengan motor-motor lain yang parkirnya sembarangan di parkiran kost." Pergulatan batin Dimas pun selesai saat ia melihat Okki berhenti terpatung dengan pandangan lurus karena ia melihat seorang perempuan yang berpelukan dengan seorang lelaki. Itu Angga dan Adel. Mereka ada dihadapan Dimas dan Okki saat ini namun tak seorangpun dari mereka tahu apa yang Angga – Adel lakukan di malam hari begini. Dan yang pasti, sekarang bahu Okki sedikit bergetar dan Dimas rasa Okki pasti sangat kesakitan melihat itu semua. Atau mungkin kesal? Entahlah.

"Okki, kau masih bangun kan?" Dimas memutuskan untuk mengirimkan sebuah pesan ke Okki.

"Bangun doong..." Isi pesannya yang lain saat ia sudah memutuskan berbalik badan dan melangkah kembali ke kost-an.

"Aku akan ke kamar mu karena aku tak bisa tidur." Lagi-lagi Dimas mengirim pesan.

"Ki... Balas laahhh..." Ini lah pesan terakhir Dimas saat itu. Dimas sengaja mengirim pesan berulang kali agar Okki segera membacanya. Dan benar saja, Okki segera mengeluarkan ponselnya, membaca pesan dari Dimas lalu membalasnya dengan "iya". Selanjutnya Okki segera membalikkan tubuhnya dan kembali ke kamar kost-nya.

Dimas sudah mondar-mandir didepan kamar Okki sembari memainkan retsleting jaketnya saat Okki datang. Dimas sempat kembali ke kamarnya sebentar untuk mengganti jaketnya yang basah karena hujan tadi dan megambil jaket tebalnya yang lain.

"Kau darimana?" tanya Dimas.

"Jalan-jalan." Jawab Okki dengan singkat sembari membuka pintu kamarnya yang ternyata tak terkunci.

"Jalan-jalan di hampir tengah malam begini? Dan mengapa matamu sembab? Hidungmu memerah? Mengapa kau tak membawa jaket? Apa kau tak tahu kalau diluar sangat dingin? Cepat ganti pakaianmu, kau kebasahan karena hujan." Jejal Dimas. Okki tak menjawab ucapan Dimas sedikitpun. Ia langsung pergi kekamar mandi dan menyalakan shower.

"Hei Okki! Siapa yang menyuruhmu mandi? Ini sudah hampir tengah malam dan sedang hujan pula. Kau bisa masuk angin dan mandi tengah malam bisa menyebabkan rematik. Ganti saja pakaianmu." Omel Dimas sebelum ia pergi ke dapur dan membuat 2 gelas coklat panas untuknya dan Okki.

MoonlightWhere stories live. Discover now