19

33.6K 1.8K 20
                                    


Happy Reading

13 April 2020 menjadi tanggal bersejarah untuk pasangan yang baru saja sah menjadi suami-istri.

Pernikahan mereka sah baik di mata hukum dan agama. Ada saksi yang mereka ambil. Rea dan Yoongi ikut menyaksikan pernikahan mereka.

“Selamat kepada kalian. Aku turut senang atas kebahagiaan kalian.” Nami tersenyum dan memeluk sahabatnya.

Meski ia mengenakan gaung putih sederhana, tetapi Rea sebagai model bertarung atas nama Dewa Yunani. Nami pengantin tercantik yang ia temui.

“Berbahagialah,” ujar Yoongi kepada Levin. Dia memeluk sahabatnya.

Rea dan Yoongi pamit. Tinggal Levin dan Nami. Sayangnya malam ini Levin tidak bisa mencumbu Nami mengingat istrinya sakit.

“Apakah masih sakit?” tanya Levin sambil mengurut kaki istrinya yang keseleo.

“Rasanya masih berdenyut. Namun, tidak seperah kemarin,” ujarnya.

“Istirahatlah. Aku akan menemanimu,” ujar Levin dan mendaratkan kecupan mesra di kening istrinya. Dia menggendong Nami.

Bagi Nami dia seperti berada di alam mimpi. Menikah dengan Levin sudah menjadi keputusannya. Dia telah berjanji melewati semua bersama Levin.

Nami mengelus perutnya. Membuat Levin ikut mengelusnya. “Aku berharap benih cinta kita cepat tumbuh di sini,” ujar Levin.
“Kamu ingin anak pertama kita cewek atau cowok?” tanya Nami sambil menyurukkan kepalanya di leher Levin.

“Aku tidak menentukan jenis kelaminnya. Asal itu dari rahimmu dan buah hati kita aku akan senang,” ujar Levin.

“Baiklah Tuan Posesif.” Levin tergelak bersama suaminya.

***
Pagi-pagi sekali Nami bangun menyiapkan Levin sarapan. Rumah minimalis yang dibuat Levin ternyata sudah lengkap perlatan dan perabot rumah tanggannya.

“Tuan Posesif itu menyiapkan semua dengan baik,” gumam Nami.

“Selamat pagi istriku ... cup.” Levin memeluk Nami dari belakang. Ia memiringkan kepala dan memberi ciuman di pipi Nami.

“Aku kira kamu belum bangun. Apakah kamu sudah mandi?” tanya Nami sambil membalikkan badan.

“Sudah.” Nami mengendus tubuh Levin. Pria itu mengacak tingkah gemas Nami.

“Wangi,” ujarnya polos.

“Tentu saja, Baby.” Nami menunduk dan mencium bibir Nami. Melumatnya dan memberikan gigitan kecil.

“Enghh ... aku sedang memasak,” ujar Nami membuat Levin cemberut. Dia tertawa dan mengusap rahang suaminya.

“Sana. Tunggu aku di meja makan. Aku akan membawakan sup ini untukmu,” ujar Nami.

Levin menurut dan duduk memerhatikan Nami. Ia tersenyum mengingat Nami menjadi miliknya.

“Silakan dimakan Tuan,” ujar Nami sambil menunduk layaknya pelayan kerajaan. Levin tertawa dan menarik Nami duduk di atas pangkuannya.

“Aku ingin makan bersamamu. Makan sambil suapi aku,” pinta Levin mulai manja. Nami yang penyebar tentu tanpa protes memanjakan suaminya.

Tak pernah ada kata Levin yang Nami bantah. Munkingkah karena dia polos atau dia memang penurut.

“Kamu ingin berbulan madu ke mana?” tanya Levin sambil mengunyah.

“Aku tidak ingin ke mana-mana. Di sini pun sudah membuatku bahagia. Bagimana jika kamu membawaku ke howland?!” tanya Nami semangat.

“Baiklah, aku akan membawamu ke sana. Di Seosan juga banyak tempat wisata yang bagus,” ujar Levin.

Mereka berada di Seosan. Meski masih di Korea, tetapi tempat ruah mereka jauh dari keramaian. Bisa dibilang bahkan rumahnya terlindung dengan pohon-pohon yang berjejer melengkung.

“Aku ingin ke sana!” pekik Nami.

“Kita lihat apakah kakimu bisa diajak berjalan jauh atau tidak,” putus Levin membuat Nami cemberut.

“Berhenti cemberut anak kucing,” ejek Levin. Nami merenggut membuat Levin tersenyum tipis. Dia mencium Nami.

“Masih mau marah?” tanya Levin dengan alis terangkat membuat Nami memalingkan wajah. Pipinya terasa memanas dan dia tidak bisa menahan senyum di pipinya.

***

Lagi-lagi di tengah kesendirian yang ia alami datang gadis yang sama datang dengan ceria.

“Aku pikir kamu butuh coffe hangat.” Dia menyodorkan segelas coffe.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Jimin kepada Rea.

“Aku sedang ada pemotretan di sini. Ketika meliatmu aku datang ke sini. Seperti biasa kamu selalu dalam keadaan—“ Rea menatap pria itu dengan tatapan menggoda, “—galau!”

“Aku tidak galau.” Jimin berbohong. Namun, Rea bukan gadis yang mudah menyerah.

“Aku belum tahu namamu, Tuan.” Dia menaik turunkan alisnya meminta Jimin menyebutkan namanya.

“Park Jimin.” Rea tersedak dengan coffenya. Park jimin---oh, shit! Inikah pria Miliyader yang membangun gedung untuk Model-model viktoria?

“Kamu!” Jimin tertawa. Dia sudah tahu Rea adalah salah satu model di perusahaannya.

Pantas saja kemarin saat undangan desainer itu dia bertemu Jimin dan kini ada acara pemotretan, pria itu juga ada. Ternyata dia CEO-nya.

“Aku tidak tahu.” Rea menggigit bibir bawahnya.

“Bersikap seperti biasa saja. Aku pun penasaran dengan gadis yang membuat puncak penjualan bisa melampaui dar batas yang ditentukan,” ujar Jimin.

Rea cantik, manis, tinggi dan putih. Sulit mengabaikan pesonanya. Sikapnya humbel, periang dan ramah. Mungkin hanya pria bodoh yang menyia-nyiakan gadis di sampingnya.

Mata Rea berkeliling menatap sekelilingnya sampai bayangannya menangkap gadis yang baru saja masuk di dalam mobilnya.

“Apa yang kamu lihat?” tanya Jimin membuat Rea menatapnya dan menyengir.

“Hanya seseorang yang sedikit familier,” jawabnya.

“Kamu belum mau pulang?” tanya Jimin.
“Kamu mengusirku?” tanya Rea membuat Jimin gelagapan.

“Tentu saja tidak. Acaranya sudah berakhir sejak satu jam yang lalu.” Rea tertawa membuat Jimin mendengus.

“Aku akan pulang.” Rea berdiri dan menatap manik mata Jimin.

“Jangan galau lagi, Tuan!” Dia mengacak rambut Jimin dan berlari sambil tertawa.

Jimin tertegun mencerna yang baru saja terjadi. Gadis itu mengacak rambutnya seperti anak kecil. Ah, yang benar saja.

“Agresif.” Jimin tersenyum tipis.

TBC

Jejanya sayang-sayangkhuuu lebayyy dulu akhuu sama kalean, hahaha.

Posesif Bos! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang