Bagian 5 : Hukuman

34 2 0
                                    

Selamat Datang di Bagian Kelima cerita Xavier! Selamat Menikmati..

***

   "Kamu ngapain ikutan disini?" tanya Pak Tono, salah satu guru Konseling menatap Lea kesal sedangkan yang ditatap hanya asik memandang kearah lain.

   "Sudah, Pak. Biarkan aja dia." ucap Bu Andara lalu menatap Qeana.

   Kini, ruang BK yang cukup luas itu berisikan 12 murid Kelas XII SMA Kencana yang membuat gempar satu sekolah.

   Bu Andara berdeham kecil, lalu menatap Qeana.

   Qeana sendiri hanya menampilkan wajah tenangnya. Nampak tak terpengaruh dengan tatapan tajam Pak Tono.

   "Qeana... Kamu murid baru, ya? Dari sekolah mana?" tanya Bu Andara pelan.

   "Pindahan dari luar bu," jawab Qeana tenang.

   "Okey. Ibu mau tanya. Kamu jawab aja yang jujur, ya? Ibu nggak akan marah, kok," ucap Bu Andara dengan suara menenangkan.

   Bu Andara salah satu guru yang ramah. Beliau sangat disenangi para murid karena mau mendengarkan keluh kesah muridnya sebelum menghakimi.

   Qeana mengangguk dan tersenyum tipis.

   "Kamu... Kemarin benar bolos sekolah?" tanya Bu Andara memulai sesi interogasinya.

   "Ya jelas lah bu. Orang kemaren aja saya liat sendiri ditarik sama cowok ini, nih." sahut Pak Tono sedikit nyolot sambil menunjuk Haikal.

   "Nggak usah ikut campur." celetuk Oxgar membuat Pak Tono diam.

   Iya, iya sebenarnya memang Kakeknya Oxgar, sih yang punya sekolah. Cuma yang tau beberapa guru aja. Bu Andara misalnya.

   "Iya, bu. Kebetulan, saya berteman dengan mereka. Saya nggak ngelakukan hal aneh-aneh. Kemarin memang kondisinya lagi darurat. Ibu bisa tanya Kendzie, karena dia yang duluan beranjak," jawab Qeana.

   "Waktu saya liat mereka di parkiran, saya nanyain mereka kemana. Habis itu Haikal narik tangan saya, suruh saya ikut." lanjut Qeana masih dengan nada tenang.

   "Kamu ngapain di apartemen Xavier? Ngelakukan hal aneh-aneh, iya?! Dasar remaja zaman sekarang! Nggak bisa diatur! Nggak punya harga diri!" desis Pak Tono cukup membuat harga diri Qeana terluka.

   "Maaf, Pak. Saya disini nggak main kekerasan sama murid. Kalau bapak mau menghakimi bukan begitu caranya. Saya bisa tuntut bapak karena kekerasan." sahut Bu Andara dengan nada tegas sambil melihat ke arah Oxgar yang diacungi jempol Oxgar.

   "Tinggal pilih, Pak. Mau tetap disini atau didepak jauuuhhh keluar," ucap Oxgar santai sambil menguap.

   "Bu, saya nggak berhak ngastau, ibu bisa tanya sama Xavier. Saya rasa itu menyangkut privasi Xavier." ucap Qeana membuat Bu Andara melihat ke arah Xavier.

   "Boleh ibu tau?" tanya Bu Andara dengan senyum hangatnya.

   "Maaf, Bu. Bukannya gimana,tapi saya bingung mau cerita dari mana. Semuanya rumit, bu. Saya sendiri pun, seperti itu," jawab Xavier berkali-kali menghela nafas panjang.

X A V I E R Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang