Jarak dan waktu akan mengobati luka. Percayalah.
***
“PAPAH!” teriak Maimunah.
Dia berlari masuk ke ruang keluarga, napasnya terengah-engah. Mendekati Achmad yang asyik menonton sinetron pagi.
“Apa sih Mah, pagi-pagi sudah ribut. Minggir Papah nggak bisa lihat TV,” protes Achmad, dia terpaksa memiringkan kepala karena Maimunah menghalangi pandangan. “Daripada ribut, sarapan mana? Papah lapar nih! Sania sudah pulang dari pasar belum sih?”
“Papah! Di luar... di luar!” Maimunah bicara terbata-bata, jari telunjuk mengarah pada halaman.
“Di luar apa ada? Paman sayur?” terka Achmad mata tidak beralih dari layar televisi. “Ya udah panggil aja! Mau beli apa, nih Papah kasih duit.” Dia mengeluarkan uang dari sisi kopiah.
Maimunah menepuk pundak Achmad keras. “Bukan itu! ayo cepat ke sini, lihat siapa yang datang!”
Tangan Maimunah menarik paksa Achmad berdiri dari sofa yang empuk.
“Aduh, siapa sih Mah! Bentar, sarung Papah melorot nih,” keluh Achmad. Dalam ketergesaannya menuruti Maimunah dia tidak sengaja menginjak ujung sarung.
Maimunah membawa Achmad ke ruang tamu, membuka gorden jendela, mendorong wajah Achmad hingga menempel di kaca lalu menunjuk pada seseorang yang memasuki halaman, seorang lelaki memarkirkan motor dan melepaskan helm. Mereka kedatangan Dodit Dirgantara ke rumah mereka.
Achmad mendorong Maimunah. “Itu Dodit Mah! Dodit! Ya Allah kenapa Mamah ngelamun, ayo cepatan dibuka pintunya,” desaknya.
Maimunah membuka pintu, berebut dengan Achmad untuk keluar menyambut Dodit. Mereka berdua terpaku sejenak di teras ketika Dodit memberikan senyuman sembari menyodorkan banyak kantong plastik.
“Dodit?” keluh Maimunah, matanya berair dengan cepat. “Anak Mamah?”
“Kamu beneran Dodit, 'kan?” Achmad menuruni teras, dia menggapai Dodit dan memeluknya. “Benaran Dodit kesayangan Papah?”
Dodit tertawa. “Iya Pak, Bu! Ini saya Dodit. Kenapa drama banget sih? Kayak kita lama nggak ketemu aja! Padahal kemarin kalian menjenguk saya sakit di rumah?” Dia mengingatkan, lucu melihat tingkah sepasang suami-isteri itu.
“Bukan apanya Nak, ini pertama kalinya kamu mengunjungi rumah ini setelah...” Maimunah berhenti berkata, tampak menyesali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terbaik Nadia [End]
Espiritual"Kamu membuatku hanya memiliki satu pilihan. Melepaskan kamu, itu yang bisa aku lakukan." - Nadia Humaira Nadia Humaira adalah perempuan yang terobsesi dengan penyempurnaan diri. Dia tidak mempercayai cinta walaupun umurnya sudah siap untuk menikah...