BAB 1
"Hari ini saya akan membagikan hasil ulangan harian fisika minggu lalu. Yang namanya saya panggil, silahkan maju kedepan untuk mengambil kertasnya."
Satu per satu, Bu Wirda memangil nama anak kelas 12 MIPA 3. Semua nama sudah dipanggil. "Loh, punya gue mana?" tanya Carissa dalam hati. "Kok nama gue belum dipanggil?"
"Carissa"
Akhirnya Bu Wirda menyebut nama Carissa. Sontak ia berdiri, lalu berjalan menuju meja guru. Carissa cukup terkejut dengan nilai ulangannya. Ternyata ia mendapatakan nilai 98 dan membuat seisi kelas terkejut. "Bagus, Carissa! Nilaimu meningkat. Pertahankan itu!". "Terima kasih, Bu". Lalu ia kembali ketempat duduk.
Sambil berjalan menuju kursinya, ia melihat kertas ulangan tersebut sambil tersenyum. Ibunya pasti bangga melihat nilai anaknya yang meningkat dari 80 menjadi 98. Bukannya ingin menyombongkan diri, tapi ini adalah pencapaian terbaik bulan ini. Carissa sangatlah senang dan ia tidak dapat menyudahi senyumannya itu. Teman sebangku Edward, selalu memperhatikan senyuman Carissa yang tak kunjung hilang. Alisnya selalu mengerut saat melihat ke arahku. Begitu Carissa melihat Edward, ia langsung buang muka. "Apa lihat-lihat?" "Lah. Galak banget. Gue gak boleh lihat?" tanya Edward. "Ya.. boleh. Tapi gak usah gitu dong raut mukanya." "Bodo amat." Carissa terdiam melihat balasan Edward, lalu kembali menatao kertas ulangan tersebut.
Sebenarnya, Edward adalah teman Carissa sejak berumur 3 tahun. Edward sering kerumah Carissa untuk bermain bersama. Begitu pula sebaliknya. Mereka juga bersekolah di sekolah yang sama. Carissa juga akrab dengan orangtua Edward. Hingga pada usianya beranjak 6 tahun, Edward harus pindah ke Australia. Carissa tidak pernah tahu apa alasan ia pindah. Mereka berjanji untuk ingat bahwa mereka adalah sahabat selamanya selama apapun dan sejauh apapun mereka berpisah. Namun saat Edward kembali ke Indonesia setelah 11 tahun, ia lupa dengan janji itu. Bahkan ia benar-benar lupa dengan Carissa.
Carissa sempat berusaha mengingatkan kembali kenangan masa kecil saat awal ia menyadari bahwa itu adalah Edward yang selama ini ia tunggu. Edward tetap saja tidak ingat. Ya.. Carissa harus tetap sabar dan hanya bisa berharap Edward akan kembali mengingatnya sambil berusaha sedikit demi sedikit. Sudah senang akan kehadiran kembali Edward ke Indonesia, malah dibuat sedih atas ketidakingatannya.
Tapi, bagaimana Carissa bisa tahu Edward telah kembali ke Indonesia? Padahal sebelumnya tidak pernah ada yang memberitahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unicorn for Me
Teen FictionCarissa adalah sosok perempuan yang sabar, pemikir, positive thinking, dan terbuka dengan sesama. Namun, kadang ia akan menjadi orang yang insecure dan merasa sangat bersalah jika ia melakukan kesalahan kecil. Walaupun begitu, ia adalah sosok yang p...