Satu

20 1 0
                                    

This is my first story,i hope you enjoy.
Please comment and vote if you love this
Happy reading guys :)





"Aku akan tunggu kamu disana".Menatap dengan penuh harapan seolah jawaban yang ia terima ialah ekspetasinya. Kebisingan suara orang banyak tidak mengusik tatapan yang sangat dalam.

"Son,come on".teriak dari jauh pria bermantel kulit dengan tas di dam koper yang dibawanya.

Seperti tidak mau lepas dari pandangan itu.Tangannya memegang pundak seseorang di hadapannya
seakan memberi janji yang tak terucap.Pandangannya berpaling ke arah pria bermantel itu dan perlahan pergi.

4 Tahun kemudian

"Pah,setelah lulus SMA ini aku mau kuliah di luar negeri"ucap intan di tengah makan malam keluarga.

Tiba-tiba papanya tersedak mendengar permintaan anaknya itu.

"Kamu mau kuliah dimana?" Jawab mama sambil menuangkan air minum ke papa.

"Aku ada beberapa opsi sih,tapi kayanya aussie bagus"

"Papa sih lebih rekomendasi kamu..ke mana itu asal idola kamu "ujar papa yang lapar mengampbil sepotong paha ayam ke piringnya.mama menajamkan pandangan  ke papa.

"Korea" saut intan

"Iya itu maksud papa"

"Disini kan ada universitas yang bagus bertaraf internasional juga"ucap mama.

Intan  mengernyit dahi nya dan memainkan makanan di piringnya.
Mama melirik ke arah papa seakan memberi signal untuk berbicara.Tapi melihat raut muka anak satu-satunya itu.Papa tak kuat melihatnya.papa melemparkan gesture muka menolak.Mama melanjutkan makan.

"Ya papa sih tidak melarang kamu untuk sekolah di luar negeri,kalo itu yang terbaik buat kamu"

*

Terlihat kamar yang dihiasi dengan poster pria-pria berjas terpajang dengan wajah yang sama dari kejauhan.Terbentang selimut yang menutupi seluruh badan sedang tertidur berat hanya terlihat mata kaki dan laptop yang masih terbuka lebar.

Suara ketukan pintu dilanjutkan dengan suara ajakan untuk bangun.

"Intan..pak udin udah standby di bawah"

Tidak ada  gerakan sedikit pun dari intan mendengar suara dari luar pintu kamarnya.Suara dari luar pintu itu terdengar kembali.

"Tan..mama gak kasih kamu uang untuk beli aksesoris fans kamu itu".ucap mama yang sedikit tegas berubah menjadi senyuman jail.
Badan yang terlihat kaku tengkurap tiba-tiba bergerak cepat seperti tokoh superhero berlari ke arah kamar mandi.

*

Tak jauh dari kediaman intan,seorang cowok tinggi berpakaian putih abu-abu bersama seorang wanita tak terlalu tua berjalan di tepi jalan berpaping,seperti jalan perumahan elit.

Terlihat ibu dan anak yang berjalan dengan pembicaraan hangat di pagi hari.terkadang tangan cowok itu merangkul wanita itu dengan tawa kecil.

Tibanya dipersimpangan,keduanya berhenti.

"Gak kerasa ya bentar lagi kamu lulus"

"Semua ini kan hasil keras ibu juga,rendy akan buat ibu bangga".saut dengan senyuman manis.

Mobil yang dikendarai intan tak sengaja melewati rendy,pak udin terlihat bingung melihat rendy berjalan di tepi jalan perumahan tempat  intan tinggal. Pak udin melihat intan yang sedang sibuk berkaca.sebenarnya pak udin ingin memberitahu intan tapi sepertinya ia tak tega melihat majikannya itu diganggu,soalnya pak udin pernah diomelin oleh intan karena menggangunya berdandan.

Sesampai di sekolah, intan keluar dari mobil. Seluruh murid menoleh ke arah intan yang akan memasuki gerbang sekolah.Intan tak memperdulikan penampilannya itu.dia hanya berjalan dengan percaya diri dan melihat rara dari jauh.

"Rara" teriak intan

Rara menoleh ke arah sumber suara itu. Rara tertawa lebar karena melihat gaya rambut sahabatnya itu.dalam benak rara. Ini pasti kebiasaanya nonton drama korea hingga larut malam bahkan rekor intan pernah satu hari satu nonstop hanya untuk menonton aktor kesukaanya itu.Dan kini entah gaya apalagi yang intan buat setelah nonton drama koreanya itu.

"Lu marathon drakor lagi,inspirasi apa lagi yang lu dapet"

Intan melihat dirinya dari layar kameranya,sambil menggerakan kepalanya kekiri dan kekanan.ia merasa tidak ada yang aneh dari dirinya.mungkin rara hanya iri dengan gaya rambutnya,pikir intan.

*

Kriing! Suara bel menandakan akhir  belajar

"Baik anak-anak jangan lupa belajar lagi dirumah,kerjakan soal-soal yang ibu berikan tadi"ujar ibu Dian.

" Baik buu.." jawab murid-murid serentak sambil merapihkan buku.

Melihat yang lain sibuk merapihkan buku.telihat intan termenung.melihat itu,rara menghampiri intan.pasti ada yang membuat dia ingin bercerita ke sahabatnya.

"Tan gimana, bokap lu bakal ngizinin gak?"sontak intan langsung kembali fokus karena rara sudah ada disampingnya. Intan terdiam sejenak sebelum ia melanjutkan pembicaraan.

"Bokap sih ngizinin,tapi nyokap gue gak respon apa-apa"

"Yah tan ,kalo jendral udah approve ya lu jangan ke sekretaris jendral lagi"saut rara sambil memukul meja.

Wajahnya intan berpaling ke arah luar jendela.memikirkan perkataan mamanya tadi malam

"Apa cuma ajakan temen-temen homeschooling kamu itu"

"Tan,woy!" Melambaikan ke wajah intan yang kosong.reflek ia kembali fokus kembali.ucapan mama intan seperti terbawa ke meja makan semalam.

"Lu mikirin dia ya" menunjuk sahabatnya itu dengan tawa sumringan.

How's up there..

Please i need your support
Just comment and vote
If you want more

Thank you.. ;)








Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang