Chapter 42: Isi kotak

519 42 41
                                    

Ara langsung berlari menuju kamarnya, melewati orang-orang yang ada diruang tengah, bahkan putrinya yang menangis digendongan ummi Fatma saja ia abaikan.

"Biar Nadin saja umi yang susul kak Ara." Nadin langsung bergegas menyusul Ara. Felly memilih untuk melihat apa yang terjadi diluar.

Yang Felly lihat hanyalah sebuah kotak paket yang terjatuh. Segeralah Felly ambil kotak paket itu. Matanya langsung terbelalak.

Disana terdapat sebuah foto juga secarik kertas. Foto itu menampilkan Rey yang sudah tergeletak dan bagian perutnya berlumuran darah. Felly langsung menutup mulutnya. Ia mengambil secarik kertas itu, dibacanya perlahan dalam hati.

Hallo Ara? Pasti udah terima paket ini kan? Oke, kalau tukang posnya bilang ini dari Rey, itu yang nyuruh bilang gitu gue. Ali.

Gimana? Itu keadaan suami lo yang selama ini lo harapin. Dan sekarang? Kemungkinan dia hidup sedikit. Dan yang jelas, yang ngelakuin semua itu gue. Puasnya aku.

~Salam jari tengah~

"Laki-laki brengsek!!"

Felly langsung membuang paket itu ke tong sampah. Dengan emosi yang menggebu-gebu ia segera menyusul Ara kedalam kamarnya. Disana sudah ada Nadin yang memeluk Ara, dan Ara yang terisak.

Felly perlahan mendekati Ara, Ara melonggarkan pelukan adik iparnya melihat kedatangan Felly. Felly ikut duduk diranjang, ia langsung menarik Ara kedalam dekapannya. Kembali, Ara menangis. Nadin yang masih belum tau apa yang terjadi pun hanya melongo.

Felly ikut menangis, melihat kehancuran sang sahabat. Ia mengelus-elus pundak Ara, memberi sedikit kehangatan.

"Sstt! Udah, Rey nggak akan kenapa-kenapa kok." Felly mencoba menenangkan Ara, tapi gadis itu tetap saja menangis. Kini Ara tau, jika Felly pun telah tau akan paket itu.

"Mas Rey,Fell...hiks..." Ara berucap sembari terisak. Felly menyeka air matanya, ia berusaha tenang dihadapan Ara.

"Serahin semua sama Allah. Insya Allah, Allah akan selalu jagain Rey." Ara melepas pelukannya.

"Hiks...ta..tapi gimana keadaan mas Rey? Hiks...aku harus cari dia...hiks..."

Felly menggeleng lemah, ia mengusap air mata Ara lembut, ditangkupnya wajah Ara. Felly menyorot mata Ara sendu.

"Insya Allah, Rey akan baik-baik aja. Dia akan kembali dengan sehat, ada Allah, Ara."

Ara menepis tangan Felly. Ia langsung berdiri. Ia mencoba menyeka air matanya. Dirinya sudah sangat khawatir akan keadaan Rey, sekaligus frustasi akan apa yang terjadi.

"Tapi aku nggak bisa diem aja Fell! Diem, doa, nunggu itu aja nggak cukup. Aku harus cari mas Rey, sekarang dia gimana diluar sana? Hiks... Adakah yang menolong? Hah? Hiks...Mas..."

Ara sudah tersungkur dilantai, badannya gemetar karna isak tangisnya. Segera Felly membantu Ara bangkit. Nadin yang masih bingung pun tetap memilih bungkam, ia tau situasi.

"Allah yang akan nolong Rey. Kamu punya Allah, Rey punya Allah. Allah Maha Besar, serahkan semua pada-Nya. Bergantung pada Allah nggak akan berakhir kekecewaan! Ada Allah Ara."

Ara langsung memeluk sahabatnya itu. Ia tumpahkan tangisnya dalam dekapan Felly. Felly mengelus pucuk kepala Ara lembut.

"Kalau pun kita cari, itu susah. Selama ini kita cari juga nggak ada hasilnya. Serahkan pada Allah saja, Ra. Allah pasti bantu."

***

"Tuh cowok benar-benar brengsek!!"

Emosi Andi setelah mendengar cerita dari Felly. Hampir semua wajah memancarkan aura kesal. Telebih ummi Maryam yang sudah menangis hebat mendengar kabar putranya itu.

"Perlu bales tuh orang! Bukan cuma dia yang bisa hancurin kebahagian kekasih impian gue, kita juga bisa. Ya nggak?"

Ujar Farel mencoba berunding dengan yang lain. Teman-teman nya yang lain pun mengangguk menyetujui. Abi Firman menghela napas gusar.

"Jangan dibalas! Nanti dia semakin nekat. Serahkan semua pada Allah. Sudah ada Allah."

Jika sudah diseperti itukan, mereka hanya bisa terdiam patuh, meski hasrat mereka sangat kuat untuk membunuh Ali.

"Doain gue punya kacang banyak, biar gue bisa kubur tuh orang pakek kacang gue."

***
Malam yang sunyi menemani Ara yang tak bisa berhenti menangis. Matanya sembab, hidupnya merah, pipinya basah akibat derasnya air matanya.

Matanya belum pula terpejam. Padahal jarum jam sudah berputar hingga angka 23.38 tetapi Ara masih setia begadang.

Ara yang terbaring miring diranjangnya sembari memandangi putrinya yang terlelap, pikirannya tetap pada Rey. Bayangan akan foto Rey terus muncul. Kekhawatirannya memuncak, rasa takutnya membludak, harapannya perlahan roboh.

Ia tak tau bagaimana keadaan kekasih halalnya sekarang, bagaimana semua ini terjadi pun Ara tak tau. Dan bagaimana Ali bisa melakukan itu pada Rey, Ara tak tau awal mulanya.

Sungguh ia sangat kecewa pada Ali. Ia sanggup jika harus terpisah dari Rey, tapi tidak jika melihat Rey disakiti seperti itu.

Tok tok

Mata Ara menyipit. Ia menoleh kearah jendela ketika mendengar suara ketukan itu. Awalnya Ara pikir itu bukan apa-apa, tapi lagi-lagi suara ketukan itu berbunyi.

Dengan ragu dan sedikit takut, Ara berjalan mendekati jendela yang tertutup korden itu. Dengan basmallah perlahan Ara membuat korden itu.

Matanya langsung terbelalak. Ia langsung menutup mulutnya terkejut. Disana sudah ada kertas besar yang menempel dijendela. Kertas itu tertulis dengan tinta merah.

SELAMAT MALAM ARA! SAYA AKAN MENGHANCURKAN KEBAHAGIAN KALIAN!! RASA SAKIT HATI SAYA KARNA KAMU MENIKAH DENGAN REY, AKAN SAYA LAMPIASKAN KEPADA KAMU DAN KELUARGA MU, BAHKAN MUNGKIN ANAKMU ITU!!

SELAMAT MENUNGGU KEHANCURAN, KEKECEWAAN, KESEDIHAN BAHKAN KEMATIAN KALIAN!!!

~ALI~

Jodohku Ya Kamu[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang