1. Reunión

20 0 0
                                    


Terkadang pada suatu pagi, aku berharap menerima satu pesan teks dari mereka, terlebih dari Ia yang kini berada di antah berantah, soal dimana dan bagaimana aku akan menghabiskan hari ini. Tapi bukankah kita sudah terlalu tua untuk itu semua ? - Ayudisa, 2020 

08.41 Jogjakrta, 5 Juni 2016

Drrttt Drttt Drttt

Aya bangkit dari tidurnya. Dengan malas mencoba menggapai ponselnya didekat meja lampu.

Sudah waktunya Ia mandi dan bersiap-siap ke perpustakan kampus untuk menyelesaikan makalah soal Masyarakat Ekonomi Asia. Arghh mengingat tugaas itu membuat kepalanya pening. Presentasi harus dilakukan esok tapi Aya masih di tahap latar belakang sementara ada kelas siang yang dilanjutkan dengan rapat BEM sampai malam tentu akan membuatnya kalang kabut jika saja Ia tidak mampu membagi waktu. 

Posdim Ay ? 

Manajemen A Sabda

Ay Ay matamu.  Aya mengabaikan pesan itu dan bergegas mandi sebelum kelas siang dimulai tugasnya harus segera selesai. 

Meskipun Aya aktif di organisasi dia sama sekali tidak berniat untuk mengabaikan nilai akademiknya. Kalau keduanya bisa dikerjakan bersama kenapa harus mengorbankan salah satunya ?

Perpustakan fakultas sudah cukup ramai. Hampir setiap kursi penuh dipenuhi mahasiswa yang senasib dengannya. Setelah melakukan registrasi online Aya menuju rak buku sub bagian perekonomian indonesia yang sudah sempat Ia simpan beberapa hari lalu. Waktunya tinggal tiga jam lagi sebelum kelas dimulai. Rasanya cukup jika Ia bisa fokus. Please Aya, ga da waktu lagi. Pikirnya mengingatkan diri sendiri.

Aya menarik kursi yang kosong, menimbulkan sedikit keributan saat meletakan beberapa buku, dan laptopnya. Setelah semua bahan siap Ia mulai menyusun makalah tersebut bagian demi bagian. 

Ditengah keseriusan itu seseorang menarik kursi di samping Aya. 

Ay

Yang disapa hanya menoleh datar.  Aya melirik hasil survei masyarakat yang dibawa Sabda di meja. Anak itu nyengir santai seolah ekspresi Aya tidak berarti apapun. 

"Km ga buka line po ? Aku cariin tahu" Aya membiarkan anak itu bermonolog. Masa bodoh. 

Sabda Bhanuaji. Salah satu teman terdekat Aya dikampus. Dimana ada Aya pasti ada Sabda. Meskipun Aya tidak suka membuntuti Sabda karena anak itu super sibuk di kampus dan memiliki dunia yang aneh, Sabda sering menghabiskan waktu berjam-jam di pusat penelitian jurusan, yang entah kenapa meski jarang terlihat Sabda tetap memiliki banyak teman yang dikenalnya. 

"Ay, Aku satu kelompok sama kamu ya di tugas metopen" Dengan santainya Sabda membuka satu persatu tabel yang dibawanya. Melihatnya saja sudah membuat Aya mual. 

"Enggak! Aku wes sekelompok mbek Aisha" Sial. Pikirannya jadi tidak fokus. Tenang Aya. Tenang. 

"Ya wes, nanti aku bilang ke Aisha biar cari partner lain selain kamu"

"Sabda, apaan sih kamu. Aku udah nurutin permintaaanmu buat tipsen ya! Kamu aja ga dateng kelas, bikin aku deg-degan sekarang minta sekelompok sama aku, Mbok pikirmu aku mau ?"

"Aku kan ga bolos Ay, ada dispensasinya. Cuma kata Pak Sono boleh absen aja. Kukira kamu udah paham"

"Terserah"

"Ada empat puluh orang yang ambil kelas metopen, cari aja temen lain. Kalau gak cewek-cewek yang menggilaimu tuh"

"Cewek-cewek memang menggilaiku karena aku ganteng, tapi yang bisa aku mintain gini-gini tu cuma kamu aja Ay" Aya mau belagak mau muntah di depan sahabatnya itu. Sahabat ? Dia bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk menentukan apakah mereka bersahabat atau Aya sedang dimanfaatkan saja karena setiap kali ada masalah akademik Sabda selalu merengek hanya kepadanya saja. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit Sore JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang