Prolog

10.2K 993 217
                                    

Writer Challenge 

#NgabubuReadChallenge

by FanficIndonesia

.
.
.
.
.
.
.
.

Terlambat, lagi-lagi Rosé terlambat bangun. Tiga puluh menit lagi kelas akan dimulai dan gadis itu masih belum melakukan apapun selain membuka mata.

Namun, tak ada kata panik bagi Rosé jika itu hanya berhubungan dengan terlambat. Gadis itu hanya akan merasa panik saat ada kecoak terbang ke arahnya atau om-om yang kata teman-temannya adalah "Bidadara" surga mulai menceramahinya dengan banyak hal.

Gadis 19 tahun itu pergi ke kamar mandi hanya untuk cuci muka, sikat gigit dan cuci ketek. Jangan kaget, gadis itu memang sejorok itu. Jika om-omnya sedang pergi dinas—yang dia sendiri tak ingin tahu mereka kemana—maka itu tandanya ia bebas.

Baru saja gadis itu keluar dari kamar mandi dan bukannya bersiap-siap dengan baju untuk ke kampus ia malah mengecek notifikasi hpnya. Ada banyak notifikasi dari instagram, telegram, whatsapp, line, tapi satu-satunya yang ia buka hanyalah grup line untuk tahu dimana kelasnya. Maklum, kuliah semester 4 yang dijalani sekarang dia tak pernah hafal kelasnya.

"Kenapa diundur doang sih? Nggak dibatalin sekalian."

Rosé benar-benar manusia yang tak pandai bersyukur, sudah untung kuliahnya diundur, jadi dia memiliki waktu yang lebih lama untuk bersiap ini malah meminta dibatalkan.

"Huff, bodo amat." Gadis itu asal mengambil baju dari lemari dan memakainya.

Dia siap dengan sangat cepat, ia hanya perlu memesan Grab untuk mengantarnya ke kampus tercinta untuk sarapan. Ayolah tak mungkin Rose ke kampus sejam lebih cepat dibanding jadwal kelasnya jika tak untuk mencari makan.

Tak butuh waktu lama karena abang Grab sekarang memang secepat kilat Rose curiga jangan-jangan mereka pembalap. Perasaan lima menit yang lalu ia lihat di map Abang Gofur—sang abang grab yang ia pesan—masih jauh sekarang tiba-tiba sudah sampai dengan selamat di depan rumahnya.

"Helmnya, Neng." Rose menerima helm itu lalu bersiap menaiki sang motor bebek menuju ke kantin fakultas seni.

"Bang ngebut ya, kalo bisa salip saja semuanya, saya buru-buru." Abang Grab hanya bisa mengangguk saja.

Dalam perjalanan abang Grab mencoba untuk membangun kedekatan dengan Rosé agar mendapat bintang lima plus tip, jika beruntung. Sayangnya, Rosé bukan orang dermawan. Gadis ini pelit dalam berbagi apalagi berbagi doi.

Perjalanan yang biasanya memakan waktu setengah jam lebih bisa menjadi singkat berkat abang Grab yang gesit seperti di iklan Yamaha.

"Makasih Bang, pake OVO ya."

"Iya Neng," katanya lalu berbalik dan pergi sementara Rosé melangkah dengan percaya diri kedalam kampus. Walaupun tak mandi dia masih cantik jadi tenang saja.

"Ini kenapa pada liatin gue dah," gumamnya saat memergoki beberapa orang melihatnya secara terang-terangan.

Rose yakin dia tak salah kostum, retsleting juga sudah tertutup rapi, rambut? Masih tertata rapi. Nggak mungkin dia bau kan? Dia sudah menyemprot parfum mahal hadiah dari om keduanya dari Paris.

"Pada kenapa sih?" pikir Rosé dia tak begitu suka jika harus menjadi pusat perhatian.

"Roséééé!"

Teman-temannya yang memang ditakdirkan rajin sudah sampai lebih dulu dan kini menghampiri Rosé dengan histeris.

"Cie-cie yang pacaran sama presiden BEM FT." BEM FT ? Mata Rosé langsung terbelalak bagaimana teman-temannya bisa tahu harus itu semua adalah rahasia bahkan semut pun tak boleh tahu.

Take Me Out ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang