A Woman and Her Husband (9)

2.9K 322 38
                                    

Sampai di sini, aku merasa ada yang 'salah' dengan cerita ini. Bukan plot hole, tapi alur berpikir yang jadi janggal. Aku memang harus belajar banyak buat nulis cerita misteri.

So, daripada makin kelamaan mikir, aku tulis aja ide yg semula. Rencananya, aku mau tulis ulang dan merombak cerita ini dalam bentuk novel yg terpisah.

Terakhir, please, beri aku masukan atau saran untuk cerita ini 😊

* * *

Kepalaku masih terasa pening. Perutku juga rasanya mual. Suara erangan keluar begitu saja dari mulutku. Butuh beberapa saat untuk menyadari bahwa kini aku terbaring.

Kenapa tanganku tidak bisa bergerak?

Aku sedikit mengangkat punggung untuk bisa melihat dengan jelas pergelangan tanganku yang terikat oleh borgol pada batang besi yang membatasi ranjang keras ini.

Dan di mana ini?

Terlihat seperti gudang dengan langit-langit yang sangat tinggi. Lebih mirip pabrik yang sudah lama tidak beroperasi. Sejumlah kotak kayu yang berdebu tertumpuk di pinggir ruang. Hanya satu lampu besar yang menerangi ruangan ini.

"Oh, baguslah kalau kau sudah sadar."

Aku menoleh ke sisi kiri dan mendapati Yelena berjalan masuk melewati pintu besi berukuran besar. Meski jaraknya mungkin lebih dari 10 meter, tapi aku masih bisa melihat seringainya yang menyebalkan. Dia pasti merasa sudah menang.

Suara ketukan sepatu terdengar lagi. Rupanya Steve—yang baru muncul dari pintu besar itu—beberapa langkah di belakang Yelena. Wajahnya terlihat menahan kesal.

"Aku memang menunggu kamu sadar supaya bisa melihat sendiri apa yang akan kulakukan padamu," senyum sadisnya membuat ngeri. Jauh berbeda dengan senyum hangat yang ia tampilkan saat menyamar menjadi Amalie.

Yelena meletakkan koper kecil yang ia bawa tadi di atas meja, tak jauh dariku. Lalu, ia melihat arloji di pergelangan tangan kirinya. Dia menoleh padaku dan memunculkan muka bersimpatinya yang palsu.

"Sayang sekali, suami tercintamu belum datang. Dia ternyata butuh dua jam lebih untuk melindungi anak-anak kalian," Yelena tertawa keras.

Allan.

Sean.

Kami menitipkan anak-anak pada Jake dan Grace. Apa yang bajingan ini lakulan pada mereka?

Aku tidak akan tinggal diam jika Yelena dan Steve sampai melukai anak-anakku.

"Kalian apakan anak-anakku?" Aku menggeram marah.

"Wow! Sepertinya naluri keibuanmu sudah muncul. Pasti hipnosisku tidak terlalu kuat untuk menghapusnya."

Aku mendengus saat Yelena mengakui salah satu trik manipulatifnya.

"Tapi itu tidak masalah," Yelena mengangkat bahunya santai, "karena sekarang kita lakukan dengan gayaku. Begitu kan, Steve?" Perempuan itu menoleh pada Steve yang sedari tadi hanya menjadi pengamat.

Dan lelaki itu memutar bola mata dengan kesal, tidak menjawab pertanyaan Yelena.

Yelena hanya tersenyum geli setelah tak diacuhkan partnernya. Dia membuka koper dan mengangkat sebuah suntikan yang telah berisi cairan berwarna agak biru.

"Harusnya kita lakukan ini sejak dulu. Kau hanya membuang-buang waktu," ucap Yelena pada Steve yang masih malas menanggapi, "lagipula, efek sampingnya hanya membuat otak wanita kesayanganmu itu sedikit kacau. Kamu juga bisa mendapatkannya lagi, setelah ini. Meskipun kondisi mentalnya akan sedikit berubah." Tawa Yelena terdengar memuakkan.

LOVE - Book Of Romance StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang