prolog

3 0 0
                                    

Seorang wanita muda sedang berdiri mematung, matanya tanpa berkedip menatap sebuah pemandangan yang bisa dipastikan sangat melukai hati.  Angin malam berembus terus menusuk kulit pucatnya pertanda bahwa malam sudah semakin larut.
"sayang,  kamu sayangkan sama aku?"
"ngk mungkin aku ada disini kalau aku ngk sayang sama kamu"
Samar terdengar percakapan dua orang yang sedang menikmati indahnya malam tanpa menyadari bahwa ada orang yang tersakiti karena ulahnya itu. Belum sepenuhnya percaya dengan apa yang dilihatnya,  wanita muda itu mendekati sumber suara  dengan langkah kaku hingga menyisakan jarak  dua meter saja dari tempat dia berdiri. Tanpa melepas sedetikpun tatapannya dari bangku yang ditumpangi dua sejoli itu.
"aku mau bukti yang lebih" ucap wanita itu dengan nada merajuk
"oke,  kamu mau minta bukti apa" suara berat dan khas itu sangat lita kenali,  suara yang selalu memanjakannya,  suara yang dapat menenangkannya disaat dia lagi terpuruk,  suara yang sering kali terdengar jika sedang membujuknya.  Siapa lagi kalau bukan pacarnya sendiri dino anggara yang 2 tahun lalu jadi pacar resminya.
"aku mau kamu putus sama alita,  aku ngk suka kamu dekat sama dia.  Aku benci"
"nanti ya,  tunggu waktunya.  Sekarang aku ngk bisa,  ada hal yang mesti aku lakukan terlebih dahulu" dino terdengar membujuk dengan suara meyakinkan,
"tapi_" belum sempat perempuan itu menyelesaikan ucapannya  terlebih dulu sudah dipotong dengan nada tegas tak ingin dibantah
"sudah,  jangan ungkit lagi. Kita sudah sering  membahasnya dian" helaan napas dian menutup percakapan itu. Hening beberapa menit.
Dino dan dian belum menyadari bahwa ada seorang yang tengah mendengar semua percakapan itu.
"hal apa itu dino? " ucapan lembut alita sukses membuat dua orang itu berbalik dengan mata membelalak kaget, muka pias tercetak jelas diwajah keduanya. darah dino berdesir dengan cepat terbukti dengan jantung yang memompa semakin kuat.
"lita,, ini ngk seperti yang kamu bayangin" ucap dino mulai panik.  Dia yakin bahwa alita sudah mendengar semua percakapannya.  Alita mendesah pelan.  Tidak ada air mata yang menetes dipipinya,  tidak ada wajah marah,  dan tidak ada wajah kecewa yang tergambar disana.  Yang ada hanya wajah dingin yang menuntut jawaban atas pertanyaan yang dia ajukan. Tapi percayalah hati seorang wanita mana yang tidak sakit jika mendapat pasangannya tengah selingkuh dengan sahabat sendiri. Apalagi sahabat yang sudah dianggap saudara sendiri.
Tatapan dingin alita terus terarah pada dino dan sesekali ke arah dian.  Hal ini membuat dino semakin mati kutu, lidahnya kelu, semua kalimat yang ingin dia keluarkan mendadak hilang dari otak pintarnya itu.
"aku ngk bayangin apapun kok,  aku hanya dengar percakapan kalian. Se mu a nya" suara lembut alita menekan kata 'semuanya'itu mengalun membuat rasa bersalah dihati dino semakin besar sementara dian hanya diam tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"ngk papa.." alita tersenyum hambar
"aku ngk papa,  tapi ingat satu kalimat dari saya (kamu khianatin seseorang yang sayang sama kamu tunggu saja kamu akan dikhianati balik oleh orang yang kamu sayang, its karma)  taukan arti karma" alita berkata sambil melirik sahabat yang lebih cocok disebut dengan "penghianat" atau "pelakor" entahlah.  Alita malas memikirkannya.
Alita berlalu setelah mengatakan hal itu,  dengan hati teriris, alita terus melangkah dengan tegas menghampiri mobilnya.  Niatnya untuk mencari udara segar dipinggir danau malam ini harus berakhir dengan tragis dengan mengetahui fakta yang tidak pernah alita bayangkan sama sekali. 
air mata sudah berlomba ingin segera menampakkan diri dimata indah hazel itu. Mencoba menahan dengan menetralkan pernapasannya, menarik napas kemudian menghembuskannya kembali berharap air mata yang sejak tadi dia tahan tidak jatuh. Dan hal itu berhasil
__

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MATAHARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang