Penyelidikan

13 3 1
                                    

Sesampainya ara di rumah, ia murung dan jarang keluar dari kamarnya karena masalah tadi di sekokahnya.

"Apa mungkin firly, itu suruhannya Sarah?, tapi kok firly, mau gitu di suruh adek kelas?" Renungnya dalam hati.
Ia menekuk kakinya, melipatkan tangannya di lututnya, dan menaruh kepalanya di lututnya.

Kemudian suara ketukan pintu terdengar.
Tokk..tokk...tokk
"Dek, ini mama, buka pintunya dong" pinta sang mama.
Ara pun membuka pintunya.
"Dek, di bawah ada jidan tuh, sana gih ajak dia ngobrol"
"Males" berjalan menuju kasurnya.
"Dek, kok gitu sih sama jidan?, biasanya aja kalo sama jidan semangat" mamanya masuk ke kamar ara dan duduk di pinggir kasur ara.
"Kali ini aku gak mau lagi nemuin jidan, daripada aku kena masalah mulu kalo sama dia" ucapnya dengan membaringkan tubuhnya.
"Dek, kalo punya masalah jangan disangkut pautkan ke temen dong, kan kasian temennya, apalagi dia jidan temen lama kamu"
"Masalahnya ma, aku kena masalah ini tuh berawal karena jidan, kalo bukan karena jidan, aku gak mungkin kek gini sama dia" ucapnya menyatukan alisnya.
"Udah sana temuin jidan, katanya ada yang mau dia omongin, penting"
"Gak" menutup wajahnya dengan bantal.
"Dek, gak boleh egois gitu ah, kalo kamu kek gini masalah gak akan selesai" membangunkan ara.
Dengan sangat sangat terpaksa ara harus turun kebawah dan nemuin jidan.Dengan wajah yang lusuh, males, dan datar.

"Ra, lo baik baik aja kan?" Tanya jidan
Ara memutarkan bola matanya.
"Lo kesini mau ngapain? To the point aja" judesnya.
"Kok lo kek gini sih? Egois tau gak, gue kesini bertujuan bantu lo nyelesaiin masalah ini"
"Ya emang gue egois, lo baru tau ya?, lagian ini udah terjadi mau diselesaiin gimana lagi? Kalo gue kasih tau dalangnya tub siapa, lo gak akan percaya dan" berdiri dan hendak meninggalkan jidan. Dengan sigap jidan menghentikan langkah ara.
"Ra, aku mau bantu lo, emang siapa sih dalangnya?"
"Gue kan udah bilang, lo gak akan percaya sama gue kalo gue ngomong" melepaskan genggaman tangan jidan.

Ara pergi naik ke kamarnya. Jidan pun mengikutinya.
"Tan, aku izinnya ke kamarnya ara, buat nenangin dia"
"Iya, bantuin dia ya, untuk selesaiin masalah ini"
Jidan pun mengangguk dan dia segera masuk ke kamar ara sebelum pintunya terkunci.

"Ra" panggilnya
"Ngapain lagi sih lo? Belum puas liat gue menderita? Apa sih mau lo?" Ucapnya dengan meneteskan matanya.
"Apa sih salah gue ke elo? Sampai sampai lo kek gini?"
"Mending lo pergi dari kamar gue, gue butuh waktu sendiri dan".
"Gak akan, gue gak mau liat lo kek gini ra, gue sahabat lo, sahabat macam apa gue, kalo temennya sedih gue malah seneng seneng di luar sana"
"Apa lo pikir? Sahabat? Ngaca dan ngaca, semenjak lo deket sama sarah, lo lupa sama keberadaan sahabat lo, apa itu namanya sahabat? Dan sahabat yang bikin sahabatnya sedih, dan lo itu bukan sahabat gue" ucapnya dengan nada agak tinggi.
"Terserah lo mau nganggep gue sahabat apa enggak, tapi gue gak mau lo gak ngenalin gue, gue gak mau kehilangan lo"
"Trus gue harus peduli gitu? Ini hidup gue, gue berhak ngenalin lo apa enggak"
"Dan gue harap, ini adalah terakhir kalinya kita bicara, dan bertemu, gue udah gak mau kenal lagi sama lo"
"Enggak, gak akan aku turuti omongan lo"
"Oh berarti kamu seneng liat aku kek gini, kamu seneng aku menderita iya? Apa lo mau aku lenyap di dunia ini?"
"Enggak, gue gak mau lo kenapa napa ra, gue hanya mau lo seceria kayak dulu" memeluk ara.
"Tapi gue gak bisa dan, udah cukup segini aja penderitaan gue, gue gak mau sakit lagi, gue pengen hidup tentram kaya dulu" ucapnya menangis di pelukan jidan.

"Gue janji, gue gak akan bikin lo menderita"
"Tapi ini sakit dan, gimana nasib gue besok di sekolah? Gue bakalan di bully abis abisan, gue gak siap hiksssss"
Ara menangis sejadi jadinya di pelukan jidan.
Jidan hanya mengelus rambut ara dan mengeratkan pelukannya.

"Sekarang lo bilang siapa dalang di balik ini, dan alasan kenapa lo benci sama gue, gue janji gue akan percaya sama lo"
"Tapi apa lo yakin?" Melepas pelukannya.
Jidan mengangguk.

"Jadi dalangnya mungkin Sarah"
"Sebelum kejadian, dia ngancem gue saat pulang sekolah, dia bilang kalo gue gak boleh deketin lo lagi, dan gue di ancam kalo sampai aku deketin lo, yasmin dan glencia taruhannya, atau itu akan terjadi sama gue sendiri, dan makanya gue mencoba untuk gak temuin lo dan cuek sama lo"
"Saat lo ngajak gue pulang dan meluk gue, mungkin Sarah tau itu, dan dia ngerencanain ini sama firly, apalagi firly, agak gak suka sama gue"
"Terserah lo mau percaya apa gak, tapi firasat gue itu sarah"

Setelah ara ceritain itu ke jidan, emosinya sudah agak tenang.
"Sarah? Tega banget dia lakuin itu, tapi apa mungkin dia, dia kan masih adek kelas lo"
"Nyatanya dia berani ngancam gue"
"Ikut gue" menarik tangan ara.
"Kemana"
"Ke sekolah"
"Loh loh, mau kemana ini?"
"Izin bawa ara tan, boleh ya bentar aja" udah nyelonong pergi.
Mama ara hanya melihat mereka saja.

"Dan gue belum siap siap lo ngajak gue keluar"
"Udah gapapa"
Mereka naik mobil jidan.

Sesampainya di sekolah.
"Pak, boleh izin masuk?" Tanya jidan ke security.
"Ada apa dan?" Tanya security itu.
"Ada yang ketinggalan pak buku saya"
"Ah silahkan"
Mereka berdua masuk dan masuk ke ruang pengawas cctv.

"Pak willy" panggil jidan.
"Jidan? Ada apa dan?" Tanya pak willy penjaga ruang cctv.
"Pak, boleh liat rekaman cctv kelas 12 ipa A?"
"Ada apa?"
"Ada, penting lah pak"
"Baiklah"
Pak willy langsung membuka komputernya dan langsung mengecek rekaman kelas 12 ipa A.

"Boleh di percepat pak?"
Rekaman di percepat sampai pukul 11.00(waktu kejadian).
"Ini pak, jangan dipercepat"
Semu fokus ke komputer melihat rekaman itu.
Dan terlihat 2 perempuan masuk ke ruang itu. Dan terlihat meletakkan sesuatu di tas Ara.
"Itu tas lo kan ra?" Tanya jidan.
"Iya itu tas gue" jawab ara.
Saat 2 anak itu membalikkan badan dan terlihat wajahnya di kamera cctv.
"Pak boleh di pause dan di zoom?" Pinta jidan.
Kemudian gambar itu di zoom.
Dan terlihat jelas bahwa itu Firly dan Sarah.
"Jadi pelakunya benar mereka berdua?" Tanya jidan
Ara pun mengangguk.
"Boleh minta rekaman ini pak?" Pinta jidan.
"Boleh, ini" memeberikan kartu hitam seperti memori.
"Makasih pak" ucap jidan.
Mereka keluar dari ruang itu.

"Ternyata emang sarah, dan gue merasa bersalah sama lo ra"
"Gapapa dan, gue mau minta maaf karena gue tadi ngucapin kata kata kasar sama lo, dan gue juga mau ucapin makasih, karena lo udah bantuin gue"
"Sama sama, jadi lo masih mau kan sahabatan sama gue? Masih mau kenalkan sama gue? Masih mau bertemu sama gue?"
Ara mengangguk dan tersenyum.

Mereka pun kembali ke rumah.





Buat readers, makasih udah nonton❤❤.
Jangan lupa vote ya 🌟⭐.
Komen juga yang positif biar akunya semangat untuk nulis💭💬
Follow juga nanti di follback📲.
Mau feedback? DM📩

Cinta Satu SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang